"Auwww..." teriak Alvano.
" Mas Al..." ucap Nayla kaget.
Nayla berusaha bangun untuk menolong Al, namun naas kakinya malah tersangkut selimut sehingga dia jatuh menimpa tubuh Al.
" Masya Allah Nay, kamu mau bunuh aku ya...?" ucap Al sambil menahan sakit di badannya.
" Maafin Nayla Mas, Nay cuma kaget tadi dan tak sengaja dorong Mas Al..."
" Cepat turun, kamu mau menindih aku sampai kapan...?"
" Maaf...maaf Mas...".
Nayla yang merasa bersalah dan juga malu langsung turun dari atas tubuh suaminya.
" Ayo Mas, Nay bantu bangun..."
" Cepetan...!!!"
Nayla membantu Al untuk berdiri namun karena kurang keseimbangan mereka berdua jatuh ke kasur dengan posisi Al menimpa tubuh Nayla.
" Auwww..." teriak mereka berdua.
" Punggungku sakit sekali Nay..."
" Maaf ya Mas, gara - gara aku Mas jadi sakit..."
" Udah nggak usah dibahas, bantu aku ke kamar mandi..."
" Iya Mas, tapi bisakah Mas Al menggeser tubuh Mas dulu. Nay nggak kuat menahan tubuh Mas..."
Al baru sadar kalau dia jatuh menimpa tubuh Nayla.
" Sorry...aku nggak sengaja...." ucap Al canggung.
Al segera menggeser tubuhnya ke samping Nayla. Nayla langsung bangun dan duduk sejenak.
" Mas Al mau saya pijit punggungnya sebentar sambil nunggu adzan shubuh..."
" Memangnya kamu bisa Nay...?"
" Sedikit - sedikit bisa Mas, Nay biasa mijitin Nenek..."
" Ya udah cepetan, sakit nih punggung aku..."
" Iya Mas..."
Nayla memijat punggung Al dengan telaten. Al yang merasa nyaman dengan pijatan Nayla malah kembali tertidur.
" Ya Allah Mas, kok malah tidur lagi sih...?" gumam Nayla.
Nayla beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan sholat shubuh. Selesai sholat, Nayla membangunkan Al untuk segera sholat shubuh.
" Mas, bangun... sholat dulu..."
" Hmmm...sebentar..."
" Mas, ayo cepetan...."
" Iya... bawel banget sih...!"
Al bangun dan langsung masuk ke kamar mandi. Sementara itu, Nayla keluar dari kamar menuju dapur. Disana ada dua pembantu yang sedang beres - beres ruangan dapur.
" Bik, belum bikin sarapan...?"
" Belum Non, biasanya keluarga ini sarapannya agak siang kalau hari libur..."
" Oh begitu ya Bik, ya udah kalau gitu saya ke depan sebentar..."
" Kalau Non mau ke taman ada di belakang Non. Bisa lewat pintu samping yang itu..." tunjuk salah satu pembantu.
" Terimakasih ya Bik, saya ke belakang dulu..."
" Iya Non...".
Nayla duduk di taman belakang di sebuah kursi panjang dekat kolam ikan.
" Keluarga ini terlihat sangat harmonis. Apa pernikahanku juga bisa bertahan dan bahagia atau akan segera berakhir...?" batin Nayla.
Nayla memikirkan hal terburuk pada dirinya jika sampai neneknya tahu tentang pernikahan paksa yang dialaminya. Tanpa sadar Nayla meneteskan airmatanya.
Al melihat Nayla yang sedang menangis dari kejauhan. Tadinya Al mau menghampiri Nayla namun sepertinya bukan waktu yang tepat karena mungkin Nayla sedang menangisi nasibnya yang harus di paksa menikah di saat usianya masih belia.
" Apa yang harus aku lakukan, hatiku saat ini juga sedang terluka Nay. Kita hanyalah seorang anak yang harus menunjukkan rasa bakti terhadap orang tua. Maafkan aku, mungkin sekarang ini sangat berat bagimu menanggung semua derita..." batin Al.
" Al, kamu lagi ngapain...? Tumben jam segini udah keluar kamar...?" tanya Mama.
" Iya Ma, tadi Al mencari Nayla. Dia ada di taman..."
" Ya udah kamu samperin sana, ajak dia berkeliling rumah ini..."
" Iya Ma..."
Al berjalan menghampiri Nayla yang sedang melamun.
" Nay, kamu ada disini...? Aku cari kamu dari tadi..."
" Eh...iya Mas, maaf Nayla hanya mencari udara segar saja..."
" Mau berkeliling di sekitar rumah...?"
" Memangnya punggungnya Mas Al sudah sembuh...?"
" Udah mendingan kok. Pijatan kamu mujarab juga..."
" Ah... Mas bisa aja..."
" Ayo berkeliling, aku mau nunjukin setiap sudut rumah ini sama kamu..."
" Tapi... Nayla mau bikin sarapan Mas..."
" Tidak usah, udah ada bibik dan juga Mama..."
" Tapi Nayla nggak enak Mas nggak bantuin Mama di dapur..."
" Tidak apa - apa Nay, kan Mama yang nyuruh..."
" Jadi semua yang Mas lakukan ini karena perintah Mama, bukan kemauan Mas Al sendiri..." batin Nayla.
" Ya udah kalau begitu Mas..." ucap Nayla sedikit kecewa.
Mereka berkeliling sambil berbincang - bincang. Sebenarnya mereka sudah mulai akrab walau hanya sebatas sebagai teman.
" Sebentar ya Nay, aku ada telfon..."
" Iya Mas..."
Al agak menjauh dari Nay namun suaranya masih terdengar walau pelan.
" Iya sayang, jangan sekarang. Nanti malam aja ya aku jemput..."
" Iya, pasti. Apapun yang kamu mau aku belikan..."
" Iya sayang, sampai ketemu nanti malam..."
" Bye... love you..."
Nayla merasakan sangat sakit di hatinya. Walaupun mereka hanya menikah secara terpaksa, namun bagaimanapun juga dia adalah istrinya yang sah. Nayla berusaha menahan airmatanya agar tak keluar. Dia mencoba untuk kuat menghadapi semua cobaan yang sedang dia alami sekarang ini.
" Apa aku harus mundur dari sekarang sebelum hatiku benar - benar hancur. Pernikahan ini sakral, tapi apa aku bisa mempertahankan semua ini sedangkan Mas Al tidak peduli sama sekali dengan status pernikahan ini..." batin Nayla.
Nayla meninggalkan Al yang sedang sibuk dengan ponselnya.
" Nayla...."
Al mencari Nayla yang sudah pergi dari taman.
" Kemana dia...? cepet banget perginya..." gumam Al.
Nayla kembali ke kamar dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya yang penuh dengan airmata. Setelah itu Nayla membereskan pakaiannya yang akan dia bawa pulang ke Desa.
Al menyusul Nayla ke kamar karena Mama menyuruh mereka sarapan bersama.
" Nay...." panggil Al.
" Mas Al..."
" Kamu mau kemana...?"
" Saya mau kembali ke Desa Mas, saya takut kemaleman sampai rumah..."
" Tapi tidak sepagi ini juga kan...?"
" Iya Mas, nanti agak siangan dikit supaya tidak ketinggalan Bus..."
" Baiklah, nanti aku antar ke terminal..."
" Tidak usah Mas, saya bisa pergi sendiri. Mungkin Mas punya urusan yang lebih penting..."
" Maksud kamu apa Nay...?"
" Tidak apa - apa Mas, aku cuma tidak mau merepotkan orang lain untuk hal - hal yang tidak penting..."
" Nay....!!!"
" Sudah Mas, tolong hargai keputusan saya..."
" Tapi Nay...."
" Mas, tidak perlu bahas lagi soal ini. Mas sendiri yang bilang supaya kita tidak mencampuri urusan pribadi masing - masing..."
" Iya Nay, maafkan aku..."
" Kenapa rasanya sakit ya dengan penolakanmu Nay... Seharusnya aku senang tidak harus dekat dengan kamu..." batin Al.
" Ya udah, ayo turun... yang lain sudah menunggu untuk sarapan..." ucap Al.
" Iya Mas..."
Al dan Nayla turun dari kamar dan bergabung dengan yang lain di meja makan.
" Kamu kenapa Al, kok jalannya kayak gitu...?" tanya Mama.
" Ah... Mama ini kayak nggak tahu pengantin baru aja..." saut Papa sambil tersenyum.
" Papa ngomong apa sih...? Al itu tadi pagi jatuh Pa..." elak Al.
" Jatuh dimana Kak...?" tanya Adel.
" Diem kamu anak kecil..." saut Al.
Nayla hanya diam mendengarkan perdebatan keluarga itu. Dia merasa tidak pantas masuk ke dalam keluarga konglomerat seperti ini.
" Nay, kenapa kamu diam aja...?" tanya Papa.
" Tidak apa - apa kok Pa..." jawab Nayla.
" Udah ayo sarapan, jangan kebanyakan ngobrol..." sela Mama.
" Siap Boss...!!!" jawab Adel sambil nyengir.
Mereka sarapan sambil sekali - sekali Adel menjahili kakaknya.
" Kak Nay, nanti kita jalan ke Mall yuk...?" ajak Adel.
" Maaf Del, saya tidak bisa... Setelah sarapan saya harus pulang..."
" Pulang kemana Kak...?"
" Pulang ke Desa, besok kan saya juga harus sekolah Del..." ucap Nayla.
" Yahh... kakak pindah aja kesini biar sekolahnya bareng sama Adel..."
" Nggak bisa Del, dua minggu lagi kita ujian. Nggak mungkin aku pindah..."
" Hhhh... padahal Adel seneng banget ada Kak Nay disini..."
" Iya Nay, kapan lagi kamu akan kesini...?" tanya Papa.
Nayla menatap Al yang duduk di sampingnya.
" Nanti setelah selesai ujian Nay pasti kesini Ma..." jawab Al.
" Beneran ya Nay, kamu kesini setelah ujian...?" pinta Mama.
" Insya Allah Ma..." jawab Nayla.
" Nanti kalau kakak balik kesini kita jalan - jalan ya Kak...?" pinta Adel.
" Insya Allah Del..."
Mereka kembali sarapan dengan tenang hingga selesai. Setelah membantu membereskan meja makan, Nayla kembali duduk di taman belakang.
" Ya Allah, kuatkanlah aku dalam menghadapi semua ujian darimu. Jika Mas Al memang telah menjadi takdir cintaku, hamba mohon persatukan hati kami dalam ikatan suci ini. Jika dia bukan takdirku, biarkanlah aku pergi sebelum cinta itu tumbuh di hati kami..." batin Nayla.
Sementara itu, Al masuk ke ruang kerjanya untuk memeriksa beberapa file yang ditinggalkan Bima kemarin.
" Ya Allah, takdir cinta yang mana yang Engkau tuliskan untuk hamba. Saat ini hamba masih bersama wanita lain yang bukan istri hamba. Setelah status pernikahan ini hatiku sedikit goyah dengan perasaanku terhadap Nadine. Hamba tidak ingin menyakiti keduanya, hamba mohon berikanlah petunjukMu dalam menentukan pilihan yang tepat..." doa Al dalam hati.
.
.
TBC
.
Mohon dukungan untuk Author ya...🙏🙏🙏
Jangan lupa like, coment, vote dan rate 5...
Selamat membaca....
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nay kalian baru aja menikah,kamu sendiri tau Al sebelum menikah dgn mu,dia sudah punya kekasih,Jadi kamu jgn cepat Baper,Keraskan hati kamu,jalanin jidup seperti biasa,Anggap aja semuanya hak pernah terjadi,Kamu juga akan pulang ke desa kan,nah itunkesempatan kamu buat menjauh..
2023-02-27
0
Sus Susyla
paling nadine pya selingkuhan..biasa y jy begitu
2023-01-14
0
Rosmawati Intan
putus kan Nadine shja..buar mcm mma pun istri lebih utama..dri pada pcr
2022-05-15
1