Siang hari, Nayla berpamitan untuk segera kembali ke Desa.
" Mas, Nayla pulang dulu ya...?" pamit Nayla.
" Aku antar ya Nay...?" ucap Al.
" Nay pulang sendiri aja Mas..."
" Tidak usah pergi kalau tidak mau diantar..." ucap Al kesal.
" Tapi Mas..."
" Cepat bersiap, aku tunggu di bawah...!"
Al mengambil kunci mobil di atas meja lalu turun ke bawah.
" Al, kamu mau kemana...?" tanya Papa.
" Mau antar Nayla ke terminal Pa...?" jawab Al.
" Kenapa tidak kau antar sampai ke rumahnya...?"
" Nayla tidak mau Pa, dia mau naik Bus katanya..."
" Jangan sia - siakan dia Al, bagaimanapun juga kalian sudah terikat dalam pernikahan. Papa yakin, dia adalah takdir untuk masa depanmu..."
" Al nggak tahu Pa, rasanya masih sulit untuk menerima kenyataan ini..."
" Cobalah untuk ikhlas Al, mungkin takdir cintamu ada pada Nayla..."
" Tidak semudah itu Pa, Al masih mencintai Nadine..."
" Kamu tidak boleh egois Al, pikirkan perasaan mereka berdua. Kau tidak mungkin memiliki keduanya, pilihlah salah satu diantara mereka. Walaupun Papa berharap kamu lebih memilih Nayla...".
" Al butuh waktu Pa..."
Nayla turun dari kamar setelah membereskan barangnya.
" Pa, Nayla pamit dulu ya...?"
" Hati - hati di jalan Nak... baik - baik disana. Kalau kamu butuh apa - apa hubungi saja Al..."
" Iya Pa..."
" Ayo Nay..." ucap Al.
" Mama dan Adel kemana...?"
" Mereka lagi ke Supermarket...."
" Assalamu'alaikum Pa..." Nayla mencium tangan mertuanya.
" Wa'alaikumsalam... jaga diri baik - baik Nak..."
Setelah selesai berpamitan, Al dan Nayla segera meninggalkan rumah menuju terminal. Di jalan, mereka hanya diam tak ada yang memulai pembicaraan.
Sampai di terminal, mereka segera turun dan akan mencari Bus jurusan kota tempat tinggal Nayla. Namun saat baru turun dari mobil, mereka di hadang oleh beberapa orang tak di kenal.
" Mas, siapa mereka...?" tanya mereka.
" Saya juga tidak tahu Nay..." jawab Al.
Al menyuruh Nayla untuk kembali ke dalam mobil.
" Masuklah ke dalam mobil Nay, ini bahaya buat kamu..."
" Tapi Mas..."
" Cepat Nay..."
Belum sempat Nay masuk ke dalam mobil, preman - preman itu sudah mendekati mereka.
" Heiii.... serahkan barang - barang kalian jika ingin pergi dari sini dengan selamat..." ucap salah satu preman.
" Oh... jadi kalian ingin merampok saya..." saut Al.
" Diem lho..."
Akhirnya mereka saling baku hantam. Al menghajar preman - preman itu tanpa ampun. Nayla hanya terpaku melihat aksi Al yang begitu lihai mengeluarkan teknik bela diri tingkat teratas.
" Ternyata Mas Al sangat bagus ilmu bela dirinya. Dia sudah mencapai tingkat tertinggi..." batin Nayla.
" Mas Al... sudah, lepasin mereka... jangan menyerang orang yang sudah tidak berdaya. Ayo kita pergi..."
Nayla mencegah Al menghajar para preman itu karena mereka sudah tak berdaya lagi.
" Biarkan saja Nay, mereka hampir saja melukaimu..."
" Udah Mas, Nayla tidak apa - apa... biarkan mereka pergi..." bujuk Nayla.
" Baiklah, kali ini kalian selamat karena istri saya. Tapi jika lain kali aku melihat kalian berbuat onar lagi, aku pastikan kalian masuk ke liang lahat..." ancam Alvano.
" Iya Bang... maafkan kami..." ucap para preman itu.
Al mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dari dompetnya dan di lemparkan kehadapan para preman itu.
" Kalian ke klinik sekarang, obati luka di tubuh kalian..." ucap Al.
" Terimakasih Bang..."
Al berlalu pergi menggandeng Nayla untuk mencari Bus yang akan dinaiki Nayla.
" Nay, biasanya bus yang mana yang menuju ke kota kamu...?"
" Yang itu Mas... yang warna biru..." Nayla menunjuk ke arah Bus yang terparkir di tempat paling ujung.
" Ya udah, kamu naik sana... Saya masih banyak urusan. Kamu hati - hati di jalan, hubungi aku kalau terjadi apa - apa..."
" Iya Mas... Assalamu'alaikum..."
" Wa'alaikumsalam..." Nay meraih tangan Al dan mencium punggung tangannya.
Setelah berpamitan, Nayla masuk ke dalam Bus, sementara Al langsung pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
" Pasti kamu akan bertemu kekasih kamu Mas... kenapa hatiku rasanya sakit mendengar kamu bicara mesra dengan dia di telfon. Apa aku sanggup bila harus mendengarnya lagi. Rasanya aku ingin mengakhiri saja pernikahan ini..." tak terasa airmata membasahi pipi Nayla.
Nayla memejamkan matanya setelah Bus yang di tumpanginya mulai melaju kencang di jalan tol. Nay pulang dengan membawa rasa luka dan kecewa dalam hatinya.
Tiga jam perjalanan, Nayla sampai di kota tujuan. Setelah turun dari Bus, Nayla naik angkutan umum menuju desanya. Nayla masih harus berjalan kaki untuk sampai ke rumahnya yang ada di atas bukit. Saat melewati kebun teh, Nayla berjalan sambil melamun sehingga tidak memperhatikan sekitarnya.
Sampai di sebuah pertigaan, ada beberapa orang yang menghadangnya.
" Neng... sendirian aja. Mau saya antar pulang..." ucap salah satu dari mereka.
Nayla yang sedang kesal dengan nasibnya itu hanya diam saja sambil menahan amarah lalu berjalan melewati mereka.
" Aduh... sombong banget sih Neng...?"
Salah satu dari mereka menarik tangan Nayla supaya berhenti.
" Tolong lepaskan tangan saya... Jangan membuat saya marah, hati saya lagi tidak bisa diajak damai..."
" Hahahaa... marilah kita bersenang - senang sebentar, baru aku lepaskan..."
Nayla hampir saja meluapkan semua amarahnya saat tiba - tiba Doni datang menghampirinya.
" Woiii...lepaskan tangan kotor lho itu dari temen gue..." ucap Doni.
" Hahahaa... ada pahlawan kesiangan rupanya. Ayo kita bereskan bocah ingusan ini terlebih dahulu..." ucap preman itu.
" Sial... beraninya kalian bilang gue bocah ingusan...".
Akhirnya Doni berkelahi dengan empat preman itu. Karena musuh terlalu banyak, Doni mulai kuwalahan dan tersungkur ke tanah saat punggungnya terkena tendangan dari belakang.
" Doni..." teriak Nayla.
" Hei bocah, cuma segitu aja kemampuan lho..." ledek preman itu.
" Cukup... kalian sudah membuatku marah..." teriak Nayla.
" Apa yang akan kau lakukan nona manis..." preman itu memegang tangan Nayla.
Karena amarahnya sudah memuncak, Nayla langsung memutar tangan preman itu lalu menendang hingga orang itu jatuh tersungkur ke tanah. Mereka sangat kaget karena tenaga gadis belia itu begitu kuat. Dengan cepat kawanan preman itu menyerang Nayla namun semuanya tumbang oleh tendangan seorang perempuan saja.
Semua preman itu babak belur dan sudah tak berdaya lagi namun Nayla tetap menghajar mereka dengan penuh amarah yang sengaja dia luapkan untuk melampiaskan luka dihatinya.
" Nay... hentikan...!!! Mereka bisa mati..." cegah Doni.
" Biarkan saja.... tidak ada gunanya mereka hidup, cuma bikin kerusuhan..." teriak Nayla.
Keempat preman itu tidak menyangka bahwa gadis yang di ganggunya ternyata sangat mengerikan saat marah. Mereka sudah pasrah jika nyawa mereka harus terpisah dari raganya saat ini juga.
" Nay... Istighfar... kamu kenapa...?" .
Doni menhan tangan Nayla supaya tidak menghajar para preman itu lagi.
" Lepaskan aku Don... Akan kubunuh mereka semua..."
" Istighfar Nay, jangan meluapkan amarahmu pada mereka..." bujuk Doni.
" Heiii kalian semua... cepat pergi dari sini sebelum nyawa kalian melayang..." teriak Doni.
Keempat preman itu langsung pergi dengan tertatih - tatih karena tubuhnya penuh dengan luka.
" Nay... tenang ya...? Apa yang sebenarnya terjadi...?" ucap Doni.
" Astaghfirullahal'adziim...." ucap Nayla.
Nayla bersimpuh di tanah dengan deraian airmata.
" Nay... Apa ada sesuatu yang terjadi padamu...? Kamu bisa membagi semua masalahmu padaku. Kita berteman sudah lama, jangan simpan dukamu sendiri. Aku akan selalu ada buat kamu..." ucap Doni.
" Terimakasih Don, kamu adalah sahabat terbaikku..."
" Iya Nay... jangan pernah sungkan untuk meminta bantuanku. Karena aku akan selalu menjagamu..."
" Saya tidak apa - apa Don, mungkin karena kecapekan habis perjalanan jauh..."
" Aku tahu kamu menyimpan masalah yang begitu besar Nay... Seandainya kamu mau, aku bisa menjadi sandaran hatimu..." batin Doni.
" Ya udah Nay... ayo aku antar pulang. Pasti kamu capek pulang dari luar kota...."
" Iya Don, makasih ya..."
Nayla di bonceng Doni dengan motornya menuju rumah Nayla.
" Assalamu'alaikum Nek..."
" Wa'alaikumsalam.... kamu sudah pulang Nay...?"
" Iya Nek..." Nayla memeluk neneknya dengan sangat erat.
" Kamu kenapa Nay...?" tanya Nenek.
" Tidak apa - apa Nek, Nayla kangen sama Nenek..."
" Oh iya, itu temenmu nggak diajak masuk...?"
" Iya Nek... Don, sini masuk dulu..."
" Tidak usah Nay, saya langsung pulang aja. Kamu juga capek kan habis perjalanan jauh..." ucap Doni.
" Makasih ya udah nganterin Nayla..."
" Iya sama - sama... Nek, Doni pulang dulu ya..."
" Iya hati - hati di jalan Nak, terimakasih udah nganter Nayla sampai rumah..." ucap Nenek.
" Tadi cuma kebetulan ketemu di jalan Nek..."
" Sampai ketemu besok Don..." ucap Nayla.
" Iya... Assalamu'alaikum..."
" Wa'alaikumsalam...".
Setelah Doni pergi, Nayla meminta ijin pada neneknya untuk beristirahat di kamar. Di dalam kamar, Nayla masih memikirkan nasib yang akan di laluinya di masa yang akan datang. Hatinya begitu sakit saat ini harus menerima kenyataan menyandang status seorang istri tapi tak dianggap oleh suaminya.
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Mila Adzkia
si al th gimna .. preman di gebukin trus dikasih duit buat berobat...lh istrj nya plng kmpung ko bk di kash ongkos .. 🤔🤔🤔aneh
2022-04-03
0
Lya Fatih Bayan
aku paling suka jika perempuannya tangguh.. tangguh dalam artian bisa ilmu bela diri... 👍👍👍
2022-03-25
2
Risna Murni
syukulah Nayla gadis tangguh
2022-03-23
0