" Jangan - jangan apa Al...?" tanya Sasya.
" Aku mau cek cctv dulu..." ucap Al.
Al membuka laptopnya yang terhubung langsung ke seluruh cctv di gedung itu.
" Astaghfirullah... bagaimana dia bisa sampai disini...?" ucap Al frustasi.
" Kenapa Al...?"
" Dia istri gue..." jawab Al pelan.
" Apaa....? kamu sudah menikah...?" ucap Sasya terkejut.
" Hmmm...."
" Ya udah, kamu kejar dia sekarang...".
" Tidak bisa Sya, sebentar lagi kita meeting dengan klien dari Kalimantan..."
" Oh iya, aku sampai lupa..."
" Sial... kenapa dia datang di waktu yang salah sih...?"
" Ya udah, setelah meeting kamu pulang aja. Biar nanti aku dan Bima yang urus meeting selanjutnya..."
" Makasih Sya... lho sahabat yang selalu mengerti tentang gue..."
" Iya Al, kita berteman sudah lama. Kamu juga sudah banyak bantu aku. Tapi kenapa kamu nggak cerita kalau udah nikah...?".
" Sorry Sya... sebenarnya gue nggak menginginkan pernikahan ini. Semua ini paksaan dari Mama supaya gue pisah dari Nadine. Seharusnya gue dengerin omongan Mama dulu untuk tidak bersama Nadine..."
" Sudahlah Al, tidak ada yang perlu disesali. Yang penting sekarang, kamu harus bisa memperbaiki masa depanmu..."
" Iya Sya... Setelah meeting, aku akan pulang untuk menemui Nayla..."
" Tapi Al... kalau aku lihat istrimu masih sangat muda..."
" Iya, dia seumuran dengan Adel..."
" Apaa...? Bukannya Adel masih sekolah...? Jadi....?"
" Iya, dia masih sekolah dan baru akan lulus sebentar lagi...."
" Wihhh... dapet barang bagus dong..." ledek Sasya.
" Emangnya suami lho... dapet barang..." Al tak meneruskan kalimatnya
" Jaga bicara kamu...! Emang kamu pikir aku ini perempuan apaan..." sungut Sasya.
" Hehehee... cuma bercanda Sya..." ucap Al sambil tertawa.
" Ya udah, ayo meeting sekarang. Nanti telat lagi..." ajak Sasya.
" Ok...!!!" jawab Alvano.
Setelah meeting selesai, Al langsung pulang ke rumah mencari Nayla. Sampai di rumah, Al langsung masuk ke dalam kamar.
" Nayla...."
" Nay..."
" Kenapa Nayla tidak ada...?" gumam Al.
" Nayla..."Al mencari ke dalam kamar mandi namun Nayla tak ada disana.
Al turun kebawah mencari Nayla di taman belakang.
" Nayla..."
" Al, kamu ngapain teriak - teriak...?" tanya Mama yang lagi mengambil minum di dapur.
" Ma... Nayla dimana...?"
" Memangnya tadi nggak ke kantor...?"
" Tadi Al sedang meeting Ma, jadi nggak ketemu...."
" Oh gitu, tadi Nayla bilang sama Mama kalau neneknya sakit jadi harus pulang sekarang ke Desa..."
" Astaghfirullah...."
" Al...ada apa...?"
" Tidak apa - apa Ma, Al kembali ke kantor dulu...".
" Ya udah, hati - hati Al..."
" Assalamu'alaikum Ma..."
" Wa'alaikumsalam...".
Al kembali ke kantor dengan perasaan yang sangat kacau.
" Maafkan aku Nay... aku sudah membuatmu menangis..."batin Al.
Al melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia merasa menyesal telah menyakiti Nayla.
Sampai di kantor, Bima dan Sasya langsung menghampirinya.
" Al... gimana...?" tanya Sasya.
" Dia sudah pergi..." jawab Al datar.
" Pergi...? Kemana...?" tanya Bima.
" Dia pulang ke rumahnya, neneknya sedang sakit..."
" Kenapa nggak kamu susul kesana...?" tanya Sasya.
" Tidak bisa Sya... itu malah bisa menambah situasi semakin memburuk..."
" Kenapa...?"
" Neneknya tidak tahu tentang pernikahan kami..."
" Masya Allah Al, kenapa bisa begitu...?"
" Kalau sampai neneknya tahu, itu bisa berakibat fatal Sya...".
" Kamu yang sabar ya Al... semoga kalian cepat baikan lagi...".
" Al... apa yang akan kamu lakukan sekarang...?" tanya Bima.
" Aku akan menyusul dia, tapi setelah dia merasa tenang..."
" Tapi Al, besok kamu harus ke Singapore untuk proyek kita yang baru..." kata Sasya.
" Berapa lama...?"
" Mungkin tiga minggu..."
" Bim, lho aja yang pergi...!" perintah Al.
" Tidak bisa Boss, ini proyek besar. Klien itu mau lho langsung yang turun tangan..."
" Kenapa...?"
" Soalnya banyak saingan bisnis yang menyewa mafia untuk menggagalkan proyek ini..." ucap Bima.
" Baiklah, kita berdua kesana. Setelah itu aku akan mencari Nayla. Sya... selama aku pergi, kamu urus pekerjaan disini. Nanti Papa akan sering kesini untuk membantu kamu..."
" Siap Boss...!!! Jangan khawatir tentang pekerjaan disini. Saya akan pastikan aman..." jawab Sasya.
" Tapi Sya, kamu harus hati - hati dengan proyek pembangunan Mall itu. Sering ada serangan mendadak disana. Waspadalah, bawa pengawal jika ingin meninjau proyek itu..." ucap Bima.
" Iya Bim, tenang aja... aku bisa jaga diri kok...! Kamu lebih perhatian daripada suamiku..." goda Sasya.
" Hhhh.... makanya punya suami jangan model kayak gitu... Kaku, pendiam, menyeramkan pula..." ledek Bima.
" Awas lho ngledekin Sasya terus bisa di tembak kepala lho..." saut Al.
" Kok lho bisa sih Sya menikah dengan seorang militer...?" tanya Bima.
" Gue juga awalnya menolak, sama seperti Al. Tapi suami gue bisa membuat gue luluh setelah menikah. Walaupun dia kaku dan pendiam tapi dia sangat sayang padaku. Dia juga tidak membatasi pergaulan aku..." jawab Sasya.
" Gue kangen sama Cilla Sya, kenapa nggak lho ajak kesini sih...?" tanya Bima.
" Hhhh... akhir - akhir ini kan kita banyak meeting di luar, siapa yang mau jagain dia disini...?" saut Sasya.
" Al... kamu kenapa diem aja sih...?" tanya Sasya.
" Gue merasa tidak tenang meninggalkan Nayla dalam keadaan seperti ini...".
" Al... fokus dulu dalam pekerjaan kamu, ini proyek besar. Kamu juga harus profesional, nanti kita juga akan bantu kamu menjelaskan semuanya pada Nayla..." ucap Sasya.
Sementara itu, Nayla sedang bersandar di kursi penumpang di dalam Bus. Bayangan Al dan wanita itu tak dapat dia hilangkan dari ingatannya. Hatinya sangat hancur saat ini, di tambah dengan neneknya yang sedang sakit.
" Ya Allah, apakah aku sanggup menjalani ujian dariMu kali ini... Sungguh, saat ini aku merasa sangat lemah dan tak berdaya..." batin Nayla.
Airmata Nayla terus saja mengalir di kedua pipinya. Nayla menyesal telah memberikan miliknya yang paling berharga pada seorang laki - laki yang tak pernah menganggapnya ada.
Nayla tersadar dari lamunannya saat Bus berhenti di terminal tempat tujuan Nayla. Nayla segera turun dan berniat mencari angkutan umum, namun dari kejauhan Doni melambaikan tangannya.
" Doni... kok kamu ada disini...?"
" Iya Nay, aku sengaja jemput kamu supaya cepat sampai di rumah..."
" Terimakasih Don... semoga suatu saat nanti, aku bisa membalas kebaikan kamu..."
" Jangan pikirkan itu Nay... sebagai sahabat, kita harus saling membantu kan...?"
" Iya Don... Oh iya... Nenek sendirian di rumah...?"
" Nggak Nay, tadi ada tetangga kamu. Terus ada Farhan dan Santi juga di rumah...".
" Ya udah, kita pulang sekarang..." ajak Nayla.
Sampai di rumah, Nayla langsung menemui neneknya di kamar.
" Assalamu'alaikum Nek..."
" Wa'alaikumsalam Nay... kamu sudah pulang...?"
" Iya Nek, Nenek kenapa bisa sakit...?"
" Nenek sudah tua Nay, sudah sering sakit - sakitan..."
" Nenek harus banyak istirahat ya...? Jangan melakukan pekerjaan berat lagi..." ucap Nayla.
Menjelang maghrib, semua teman Nayla berpamitan untuk pulang. Setelah itu Nayla masuk ke dalam kamarnya. Nayla beristirahat sejenak sambil menunggu waktu maghrib.
Setelah sholat Maghrib, Nayla membuat bubur untuk neneknya. Dengan telaten Nayla menyuapi neneknya kemudian memijat tangan dan kakinya.
" Nay... kenapa kamu murung ...?" tanya Nenek.
" Tidak apa - apa Nek, Nayla hanya mengkhawatirkan keadaan nenek. Semoga nenek cepet sembuh ya...?"
" Ya Allah, sembuhkanlah nenekku. Hanya beliau yang aku punya dan menyayangi aku...." batin Nayla.
Nayla kembali ke kamarnya setelah nenek tidur. Nayla bersandar pada pintu kamarnya sambil menangis.
" Ya Allah, jangan uji diriku melalui nenek. Aku tak sanggup melihat nenek terbaring lemah seperti itu..." batin Nayla.
Tiba - tiba ponsel Nayla berdering. Nayla mengambil ponselnya yang berada diatas meja. Terlihat nama suaminya yang menelfon. Hati Nayla semakin sakit, dia tak mampu mendengar suara suaminya di seberang sana. Beberapa kali Al menelfon, namun diabaikan oleh Nayla. Akhirnya Al mengirimkan pesan kepada Nayla.
" Nay... tolong jawab telfonku. Ada yang ingin aku jelaskan sama kamu...".
" Maaf Mas, tadi Nayla nggak sempat pamit. Nayla sudah sampai di rumah sekarang..." balas Nayla.
" Nay... maafin aku. Aku mohon...jawab telfonku...".
Al mencoba menghubungi Nayla lagi, dan kali ini Nayla menjawab panggilannya.
" Nay... maafin aku, apa yang kamu lihat tadi di kantor itu cuma salah paham. Aku dan Nadine tidak ada hubungan apa - apa lagi..."
" Sudahlah Mas, itu bukan salahmu. Aku yang salah karena masuk sebagai orang ketiga diantara kalian...".
" Tidak Nay... bukan seperti itu..."
" Mas, sudahlah. Nayla tidak ingin bicara soal ini dulu..."
" Tapi Nay... "
" Sudah dulu ya Mas, Nayla mau menemani nenek di kamar. Kita bicarakan lagi lain waktu. Nayla butuh waktu untuk sendiri..."
" Nay...aku..."
" Assalamu'alaikum Mas..."Nayla langsung mematikan panggilan telfonnya.
" Wa'alaikumsalam Nay...".
Al duduk di taman belakang sambil merenungi nasibnya saat ini. Hatinya begitu sakit ketika Nayla menolak untuk mendengar penjelasannya. Tanpa sadar, Al meneteskan airmatanya. Dia menyesal, dulu pernah mengabaikan istrinya dan lebih memilih wanira tak bermoral itu.
" Nay... maafkan aku. Aku baru menyadari sekarang, betapa dirimu sangat penting dalam hidupku. Aku berharap kamu masih mau kembali kepadaku. Aku janji Nay, aku tidak akan pernah mencintai wanita lain selain dirimu.
" Al...." panggil Bima.
Al menghapus airmatanya dan berusaha untuk tegar.
" Bim... ada apa...?"
" Pertanyaan lho aneh... kenapa sih...? Apa yang bisa membuat seorang Alvano Sanjaya menangis...?"
" Nayla...."
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kamu juga seharusnya mikir,setelah kepergok Nafine pasti akan mencari mu ke kantor setelah telponnya gak kamu angkat,jadi kamu harusnya udah siap2 bilang ke satpam agak gak ngebolehin Nadine masuk kekantor mu lg,gitu dong,,🤦🏻♀️🤦🏻♀️🙄🙄
2023-02-27
1
Qaisaa Nazarudin
Makanya jgn suka melafas kan janji,janji itu adalah hutang,kalo kamu tdk bisa menepati janji kamu sudah berdosa,,
2023-02-27
0
Rosmawati Intan
perasaan amarah..otak jadi buntu.. hati pns..belum dpt terima penjelasan..
2022-05-15
1