" Nayla.... kenapa dia tidak mau memaafkanku Bim...?" ucap Al.
" Sabar Al... mungkin Nayla butuh waktu untuk sendiri..." saut Bima.
" Sampai kapan...?"
" Sekarang kita fokus untuk proyek ini Al... semoga kamu bisa mencari solusi untuk masalah ini sambil kita fokus dalam pekerjaan...".
" Bim... lho yakin Sasya bisa mengatasi proyek disini...? Sepertinya musuh kita sudah terang - terangan menyerang kita....".
" Tenang... aku sudah sewa bodyguard terbaik untuk mengawasi proyek itu dan juga menjaga Sasya dari jauh. Aku tidak mau mereka terlalu mencolok tapi harus selalu waspada..."
" Baiklah, musuh kita kali ini tidak main - main. Mereka menghalalkan segala cara untuk bisa menghancurkan bisnis kita..."
" Kira - kira mereka siapa ya Al...?"
" Sudahlah... gue mau istirahat dulu. Kita pikirin besok lagi..."
" Selamat malam Boss...".
Al kembali ke dalam kamar dengan langkah pelan. Dia masih ingat dengan kejadian semalam bersama Nayla. Baru semalam Al merasakan kebahagiaan yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Melihat tempat tidurnya itu Al jadi ingat bagaimana semalam dia dan Nayla menyempurnakan pernikahan mereka.
" Nay... maafin aku. Jangan pergi dariku, rasanya hampa tanpa dirimu disini..." batin Al.
" Nayla... tunggulah aku, setelah pekerjaanku selesai aku akan segera menjemputmu pulang. Kita akan memulai semuanya dari awal lagi...".
Al merebahkan tubuhnya di sofa, dia tidak mau tidur di kasur karena itu akan mengingatkannya pada kenangannya bersama Nayla.
" Naylaaa... kembalilah..." teriak Al.
Sementara itu, di tempat lain Nayla sedang duduk di teras rumahnya. Dia memikirkan masa depannya nanti, apakah harus bertahan atau mengakhiri pernikahannya.
Nayla tersentak kaget karena seperti mendengar suara orang memanggilnya.
" Mas Al..." ucap Nayla begitu saja.
Tanpa sadar Nayla juga merindukan suaminya itu.
" Tidak mungkin... bagaimana bisa aku mendengar suara Mas Al disini..." gumam Nayla.
Nayla berusaha untuk mengusir ingatannya tentang Alvano, suaminya.
" Mas Al... kamu sudah menghancurkan hidupku. Kenapa kamu melakukan itu jika kamu masih mencintai wanita itu. Kau anggap aku apa selama ini...?".
Nayla menangis di dalam keremangan malam dengan cahaya redup lampu di teras rumahnya. Angin malam yang menerpa tubuhnya membuat dia merindukan kehangatan pelukan suaminya.
" Mas Al.... aku benci kamu...." rintih Nayla.
Di tempat lain, Al yang sudah memejamkan matanya seperti mendengar rintihan Nayla.
" Nayla...jangan..." ucap Al kaget.
"Astaghfirullah... Ya Allah, jagalah istriku dimanapun dia berada. Jangan biarkan dia menangis, aku tak sanggup hidup tanpa dia..." ucap Al.
* * *
" Boss... udah bangun belum...?" teriak Bima.
Al yang baru selesai mandi membuka pintu kamarnya.
" Ada apa...?" tanya Al.
" Di suruh sarapan sama tante, terus kita harus segera berangkat keburu ketinggalan pesawat...".
" Iya, gue siap - siap dulu...".
Al mencoba menghubungi istrinya namun tak ada jawaban.
" Kenapa sih Nay... kamu tidak mau menjawab panggilan aku..." gumam Al.
Karena tak ada jawaban dari Nayla, Al mengirimkan pesan padanya.
" Nay... aku mau keluar kota selama tiga minggu. Setelah aku pulang, aku ingin kita bertemu. Aku ingin menyelesaikan masalah ini...".
Al segera menyimpan ponselnya dan turun ke bawah untuk sarapan.
" Al... kamu kenapa...?" tanya Mama.
" Tidak apa - apa Ma..." jawab Al.
" Ya sudah, habiskan sarapanmu..." ucap Mama.
" Pa... Al bisa minta tolong nggak...?"
" Minta tolong apa Al...?" tanya Papa.
" Tolong awasi kerjaan di kantor Al selama tiga minggu ini. Al khawatir dengan Sasya, kasihan dia harus bekerja sendirian. Proyek yang sekarang ini kayaknya banyak sekali mafia yang ikut campur..."
" Ya sudah, nanti bisa Papa tangani soal itu. Tapi kamu harus siapkan pengawal khusus buat Sasya. Dia bisa saja jadi sasaran para mafia itu...."
" Om tenang saja, Sasya itu bisa menjaga dirinya sendiri kok. Lagian suaminya juga seorang militer..." saut Bima.
" Bagaimanapun Sasya itu perempuan Bim, kita tetap harus menjaganya semampu kita..."
" Iya Pa... kami sudah siapkan bodyguard khusus untuk menjadi bayangan Sasya dimanamun dia berada..." ucap Al.
" Baguslah kalau begitu, dan untuk Adel... kamu jangan keluar rumah di luar jam sekolah..." ucap Papa.
" Iya Pa... Adel tidak akan pergi kalau tidak ada Kak Bima..." saut Adel sambil tersenyum.
" Kok gue Dek, lho cari aja bodyguard lain sana..." timpal Bima.
" Kak Al... Kak Bima nggak mau..." rengek Adel.
" Bima... jangan membantah...!" ucap Al.
" Siap Boss...!!!" sungut Bima.
" Udah - udah... jangan kebanyakan ngobrol. Cepat habiskan sarapan kalian..." sela Mama.
Setelah selesai sarapan, Al dan Bima berpamitan pada orangtuanya untuk segera berangkat ke luar kota.
* * *
Sampai di Kalimantan, Al dan Bima langsung menuju Villa yang sudah disiapkan oleh rekan bisnisnya. Al langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Dia berharap Nayla akan membalas pesannya, namun Al sangat kecewa karena Nayla mengabaikannya.
" Kenapa rasanya hampa tanpa kamu Nay... Walaupun hanya sesaat kita bersama, tapi aku bisa merasakan cinta yang mulai tumbuh diantara kita. Jangan abaikan aku seperti ini Nay, aku merasa tak punya semangat melakukan apapun tanpa kamu..." batin Alvano.
Tak lama, Bima mengetuk pintu kamar Al.
" Masuk..." ucap Al.
" Boss... nanti kita ada meeting sekalian makan siang dengan klien..." ucap Bima.
" Baiklah, aku mau istirahat dulu. Bangunkan aku kalau sudah waktunya berangkat...!"
" Baik Boss..."
" Bima..."
" Iya Boss...?"
" Kenapa Nayla tak mau menjawab telfonku dan tak membalas pesanku...?"
" Sabar Al, berikan istrimu sedikit waktu untuk dia menenangkan diri. Kamu pikir mudah bagi seorang istri yang melihat suaminya mencintai wanita lain..."
" Aku sudah berusaha untuk melupakan Nadine Bim... Aku berusaha untuk bisa mencintai Nayla, tapi lho lihat... sekarang Nayla malah ninggalin gue..."
" Sudah Al... kamu jangan seperti ini. Sekarang kita harus fokus dengan proyek ini..."
" Ok Bim, gue akan berusaha untuk fokus dalam proyek ini...".
" Ya sudah, selamat istirahat Boss..." ucap Bima.
Al segera merebahkan tubuhnya di kasur untuk beristirahat sebelum mulai meeting.
Dua jam kemudian Bima kembali masuk untuk membangunkan Bossnya yang masih tidur.
" Nayla...maafkan aku ya...? Jangan pergi... jangan tinggalkan aku. Aku mohon... aku mencintaimu..." Al mengigau memanggil istrinya.
" Al...Alvano... bangun... Sadar Al...".
Bima mengguncang keras tubuh Alvano.
" Naylaa...." teriak Al.
" Istighfar Al.... kamu kenapa...?" ucap Bima khawatir.
" Astaghfirullahal'adziim..." Al duduk dan bersandar di bahu Bima.
" Tenang Al... jangan mikirin Nayla terus seperti ini...?"
" Nayla pergi Bim..."
" Tidak Al, Nayla tidak akan pergi.... kamu harus tenang...".
Bima jadi pusing memikirkan Bossnya yang malah sedang kacau hati dan pikirannya.
" Sorry Bim... gue lagi nggak fokus..."
" Lho mandi dulu terus sholat, mudah - mudahan hati lho bisa lebih tenang..."
" Iya Bim...".
Al langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
" Nay... kenapa bayanganmu selalu muncul dalam pikiranku..." gumam Al.
* * *
Nayla baru saja selesai menyiapkan makan untuk neneknya. Dari pagi Nayla belum sempat memegang ponselnya karena harus beres - beres rumah.
Nayla masuk ke dalam kamar dan mengambil ponsel diatas meja belajarnya. Dilihat banyak panggilan tak terjawab dari suaminya dan juga pesan.
Nayla membaca pesan dari suaminya. Nayla merasa bersalah juga sudah mengabaikan suaminya.
" Maaf Mas Al... Nayla butuh waktu untuk sendiri..." gumam Nayla.
" Jujur, Nayla sangat merindukan Mas Al... tapi Nayla juga tidak mau terluka terus - menerus...".
Baru juga dipikirkan, Al menghubungi Nayla. Dengan sedikit ragu Nayla menjawab panggilan suaminya.
"Assalamu'alaikum Mas..."
" Wa'alaikumsalam Nay... Alhamdulillah kamu mau jawab telfon aku sayang..."
" Iya Mas, maaf... Nayla lagi sibuk beres - beres rumah sama jagain Nenek..."
" Nggak apa - apa Nay... aku cuma pengen denger suara kamu aja sebelum pergi meeting. Aku khawatir dengan kamu. Soal kemarin di kantor itu..." ucap Al.
" Al... cepetan, klien udah nungguin..." ajak Bima.
" Iya sebentar Bim..." saut Bima.
" Mas Al udah mau pergi...?"
" Iya Nay... ini mau ada meeting sebentar lagi..."
" Ya udah, Mas pergi aja..."
" Tapi Nay... Mas belum menjelaskan soal kemarin..."
" Nanti aja Mas, pekerjaan kamu lebih penting..." ucap Nayla.
" Tapi... kamu jangan marah ya Nay...? Biar aku merasa tenang kerja disini..."
" Udah, Mas kerja aja sana... Nayla dipanggil nenek..."
" Tapi sayang..."
" Mas hati - hati ya...? Jaga diri baik - baik..."
" Iya sayang..."
" Assalamu'alaikum Mas..."
" Wa'alaikumsalam Nay...".
Setelah panggilannya terputus, Al langsung menghampiri Bima.
" Sudah siap Boss...?"
" Insya Allah Bim... setidaknya gue lebih tenang sekarang. Nayla mau menjawab telfon gue..."
" Alhamdulillah..." ucap Bima.
" Ayo berangkat sekarang Bim..."
" Siap Boss...!!!".
Al dan Bima keluar dari villa dengan mobil yang di sediakan oleh rekan bisnisnya. Dalam perjalanan menuju tempat meeting, Al merasakan ada yang mengikuti mereka.
" Bim... gue merasa ada yang mengikuti kita..." ucap Alvano.
" Siapa Boss...? Gue rasa kita nggak punya musuh disini...".
" Gue belum tahu Bim, mudah - mudahan tak ada hal yang buruk terjadi...".
" Kita berdo'a aja Boss..."
" Awas Bim...." teriak Alvano.
" Doorrr....Dooorrrr.....Doorrrr....."
* * *
" Prank....."
" Nayla....?"
.
.
TBC
.
.
Dukung terus karya Author ya...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian...
Like
Coment
Vote
Rate 5
Terimakasih buat readers yang sudah mendukung Author...🙏🙏🙏
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Lho kok KALIMANTAN??Bukannya mereka harus ke SINGAPURA ya??🤫🤫🤫
2023-02-27
0
Rosmawati Intan
Mati.... siapa ya nsuh Alvaro..kenapa Al..kmu tak jadi mafia juga jdi msuh tak berani sma kmu ..
2022-05-15
0
Jusmiati
Thor perasaan tadi ke Singapura deh, kenapa jadi berubah Kalimantan, sampai " kembali lagi baca yg sebelumnya untuk memastikan klau sy yg salah, dan emang bener Singapura bukan Kalimantan 😊😊😊😊😊
2022-03-21
4