membuat hidup kita menjadi bahagia sebenarnya cukuplah mudah tergantung pada niat kita. Jika niat kita tidak ingin berusaha untuk bahagia, maka kita tidak akan pernah bahagia Tetapi, jika kita berusaha untuk bahagia kita akan bahagia.
Ikhlas, saat ujian datang kepada kita, jalan satu-satunya adalah bersabar yang disertai dengan ikhlas, karena hanya dengan itu kita akan bisa menerima apapun yang terjadi dalam hidup kita entah itu ditinggalkan orang-orang yang kita cintai atau di ambil semua titipan yang Tuhan miliki.
Manusia adalah wayang, dimana dalang akan memainkannya. semua tergantung bagaimana kita akan berperan.
Tersenyum selagi bisa tersenyum, tertawalah selagi kita bisa tertawa, hari esok pasti ada, tapi belum tentu kita masih ada.
Shofia sudah sampai di kantor, sebelum masuk keruangannya, dia mengucapkan banyak terimakasih kepada semua karyawan yang telah hadir di acara pemakaman putrinya dan berterimakasih telah mendoakannya.
Setelah itu,Shofia langsung menuju ruangannya, karena Bapak Fakhri sudah datang, maka Shofia segera menghadap. Dan meninta semua berkas yang perlu di kerjakan.
"Permisi Bapak,"
Bapak Fakhri mengangkat kepala, melihat kedatangan Shofia, Bapak Fakhri merasa senang. Akhirnya pekerjaannya bisa di selesaikan dengan cepat.
"Silahkan duduk." Ujar Bapak Fakhri tersenyum.
Saat Bapak Fakhri tersenyum, Shofia merasa heran, karena selama bekerja hampir dua bualn, baru kali ini Bapak Fakhri tersenyum.
"Terimakasih, Bapak," Jawab Shofia duduk di depan Bapak Fakhri.
"Apakah kamu sudah bisa bekerja?"
"Bisa Bapak, saya akan lebih senang jika bisa bekerja. Dari pada harus di rumah."
"Terimakasih, dan selamat bekerja ya. saya sebenarnya sangat membutuhkan kamu. Karena beberapa hari ini sangat padat sekali. Beruntung ada Karin. Tapi dia juga sibuk di Kantornya."
"Iya, Bapak. Maaf sudah lama liburnya. "
"Tidak masalah. Sekarang kamu bawa berkas ini, cek mana yang perlu kamu ganti."
"Baik, Bapak."
"Oh iya, mengenai rumah yang akan kamu tempati, saya sudah suruh untuk di bersihkan. Jadi kamu tinggal menempati aja. Kunci ada di Bapak Aris."
"Terimakasih, kebaikan Bapak belum bisa Shofia balas."
"Balas dengan doa saja."
"Pasti Bapak, saya akan berdoa untuk keluarga Bapak, kebaikan dan kesehatan selalu menyertai keluarga Bapak."
"Terimakasih,"
"Sama-sama Bapak. Saya permisi dulu."
Bapak Fakhri mengangguk, Shofia segera meninggalkan ruangan Bapak Fakhri. Saat hendak masuk keruangnya, ada petugas cleaning service menghampiri Shofia.
"Maaf, Ibu Shofia, barusan satpam menitipkan surat ini untuk Ibu."
Sambil memberikan amplop berwarna coklat. Shofia menerimanya.
"Terimakasih ya,"
"Sama-sama, saya perrmisi Ibu."
"Iya, kamu boleh pergi."
Shofia langsung masuk setelah cleaning service itu pergi. Shofia meletakkan berkas di mejanya, kemudian membuka amplop itu.
Saat mata Shofia tertuju ke selembar kertas itu, tanpa di sadari Shofia menangis. Rasa sakit teramat sakit, karena kertas itu adalah, dari pengadilan agama.
"Surat panggilan," Batin Shofia, dengan rasa sakit jika mengingat masa lalunya.
"Akhirnya aku menjadi korban perselingkuhan, dan Naina adalah korban paling tersakiti. Aku tidak akan memaafkan dirimu Mas." Batin Shofia sambil meremas kertas itu. Sampai-sampai tangannya merah.
Segera Shofia membuang surat itu ke tempat sampah. Rasanya terlalu sakit saat melihatnya, dia fokus lagi ke berkas yang harus di kerjakan.
merasa dirinya harus segera bangkit dari ke terpurukannya membuat Shofia semakin ingin segera lepad dari Hanif.
Hanif adalah cinta pertamanya, di perjuangkan sejak masih pacaran. Sampai-sampai Shofia rela kekurangan. Melawan semua kesedihan, setelah di perjuangkan tujuh tahun lamanya, semua hanya sia-sia saja. Hanif lebih memilih wanita yang baru dikenal, dan belum tahu seperti wanita itu.
Shofia menarik nafas dalam-dalam, sakit rasanya jika harus mengingat semua masa itu. semua sudah berakhir, tidak ada yang perlu di ingat lagi.
•~•~•~•~•~•~●●●~•~•~•~•~•~•~
Di kediaman Ibu Ani, Bapak Ahmad yang sudah sakit-sakitan, kini tambah parah. Ibu Ani tahu, Bapak Ahmad memikirkan hubungan Hanif bersama Shofia.
Ibu Ani juga sangat sedih. Dalam sekejab Hanif menghancurkan keluarga, dengan hadirnya orang ketiga itu. Banyak yang Hanif sakiti, bukan hanya Shofia dan Almarhum Naina. Tapi, kedua orang tuanya juga merasakan sakit hati atas apa yang di lakukan oleh Hanif.
Sebaik-baiknya seorang pelakor, dia lebih buruk dari pada pencuri. Pelakor mampu membuat tembok yang kokoh hancur, bahkan tidak dapat di selamatkan. Sedangkan Pencuri, dia hanya mengambil sebuah barang, yang dapat di ganti atau di beli dengan uang.
Rumah tangga Hanif sudah hancur, Ibu An dan Bapak Ahmad merasa sangat bersalah dengan semua itu. Dia merasa telah gagal mendidik putranya. Yang keluarga Hanif tahu, Hanif adalah laki-laki penakut, dia tidak akan berani selingkuh. Tapi, itu hanya perkiraan dan dugaan seorang manusia. Pada kenyataannya Hanif sudah mempunyai Istri kedua. Menghianti pernikahan demi wanita barunya.
Bapak Ahmad sangat menyayangi Shofia, seperti anaknya sendiri. Saat sudah tidak bisa di pertahankan dan Shofia sudah menyerah pada sebuah taqdir, saat itu tidak ada harapan lagi keluarga Hanif untuk menyatukan kembali Hanif dan Shofia. terlalu menyakitkan sehingga Shofia benar-benar ingin lepas dari Hanif.
Tiba-tiba Hanif datang, saat melihat kedatang Hanif, Ibu Ani dan Bapak Ahmad langsung memanggil Hanif.
"Hanif," Suara Bapak Ahmad setengah berteriak.
"Iya, Yah?"
"Tidak ingin kah kamu kembali kepada Shofia, bukankah kamu tahu dia wanita yang menerima kamu apa adanya Nak."
"Maaf Yah, Hanif sudah tidak cinta kepada Shofia, jadi untuk apa di pertahankan. Biar dia memilih laki-laki yang antas untuknya."
"Kamu akan menyesal dengan semua ini. Kamu membuang Shofia yang sudah lama kamu kenal. Dan kamu tidak berpikir jika Shofia wanita pertama yang kamu cinta." Ujar Ibu Ani sedih.
"Ibu, Ayah, maaf. Tapi Hanif sudah tidak mencintai Shofia lagi. Lebih baik Hanif cerai, dari pada membuat Shofia sakit hati."
"Ibu tegaskan sekali lagi, pikirkan sebelum kamu menyesal, Hanif."
"Maaf Bu, Hanif sudah tidak cinta."
plak plak plak, tiga tamparan mendarat di pipi Hanif, Bapak Ahmad sangat marah dan kecewa kepada Hanif. Hanif diam, dia tidak melawan atau marah.
"Silahkan pergi dari rumah ini, dan jangan pernah injakkan kaki kamu dirumah ini. Ayah tidak Ridho. Ingat jangan sentuh mayat ayah jika Ayah mati. Karena Ayah tidak mau disentuh anak durhaka seperti kamu. Pergi, Pergiiiiii." Teriak Bapak Ahmad. sangat terpukul dengan sikap putranya.
Ibu Ani hanya menangis dengan semua itu. Anak yang di didik baik-baik, masih melawan dan membangkangnya.
Hanif langsung pergi, Ibu Ani dan Bapak Ahmat tidak lagi mencegahnya. Ada perasaan sakit hati saat di lawan oleh putranya sendiri. Semua pasti kecewa, saat anak kita tidak patuh terhadap kita. Kita yang sudah berusaha membesarkan dengan susah payah tapi anak menjadi suka melawan. Dan tidak mau patuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
YK
serem... ridho ortu itu ridho Allah...
2021-09-24
0
aira
ke bnykan kata bapak bapak nya thor.. udh di ksih masukan jg msih aja ada kata bapak nya berserakan di mana² .. iya bapak , terima kasih bapak, baik bapak, sy permisi bapak, dan masih bnyk lg bapak² lain nya
2021-07-14
3
arin
hemm ini juga ibu Ani ngapin msih nyruh ank gak pnya hti nyruh blikan sm Sofia,lgian Sofia juga gak bkl mau ibu....udh biarin aj cre nanti juga bntr lgi krm dteng,
2021-06-14
1