Setelah beberapa hari, Hanif tidak pulang. Dan tidak memberi kabar kepada Shofia. Akhirnya Shofia memutuskan pergi menemui Ibu Ani, dan Bapak Ahmad, di rumahnya. Shofia hanya tidak ingin di anggap menyembunyikan permasalahan antara Shofia dan Hanif. Karena Shofia tahu, Ibu Ani berharap Hanif tidak selingkuh, dan terus setia kepada Shofia.
Tapi, semua tidak bisa di cegah, karena, hati Hanif telah mencintai dan memilih wanita lain. Sakit sangat sakit. Shofia tahu apa yang harus di lakukan saat ini. Meskipun berjuang itu tidak mungkin. Karena Hanif dan wanita Selingkuhannya sudah menikah sirri.
Secara agama sudah sah menjadi istri Hanif. Tapi yang namanya hati tidak dapat di paksa, sekalipun poligami tidak dilarang dalam islam, tapi cara Hanif salah dengan perselingkuhan itu. Tidak pernah adil di dalam membagi waktu dan keuangan. Bahkan membiarkan Shofia tidak di nafkahi secara penuh.
Saat semua sudah tidak bisa di harapkan, saat itu Tuhan adil dengan hidup Shofia. Akhirnya Shofia di terima bekerja, dengan jabatan yang tinggi. Bahkan gajinya lebih besar dari Hanif. Tidak pernah terbayang oleh Shofia, semua yang Shofia kerjakan mendapat nilai baik dari Bos nya. Bonus mingguan selalu Shofia dapat.
Karena hari minggu, Shofia berangkat jam sembilan kerumah Ibu Ani. Membawa Naina dan Ibu Naflah. Ternyata ada mobil Hanif yang sedang parkir di halaman rumahnya.
Shofia tetap masuk bersama Naina dan Ibu Naflah, tidak ada yang perlu di takutkan. Yang salah Hanif bukan Shofia.
“Assalamualaikum, Ibu.” Ucap Shofia, yang tahu jika ada Ibu Ani di ruang tamunya.
“Waalaikumsalam, eh cucu Nenek, Ibu Naflah. Mari silahkan masuk.” Ibu Ani sangat bahagia melihat kedatangan Naina, karena sudah lama tidak bertemu.
“Sehat Mbak Ani? Tanya Ibu Naflah sambil bersalaman.
“Alhamdulillah, dek Naflah sendiri bagaimana?”
“Alhamdulillah, Sehat. Kalau Mas Ahmad bagaimana?”
“Ya, karena sudah tua penyakitnya sering kambuh.”
Mereka semua duduk, Naina langsung duduk di pangkuan Ibu Ani. Seorang anak kecil, hanya bisa tersenyum, tertawa, bahagia jika bertemu keluarga. Tidak akan tahu apa yang sedang terjadi.
“Mas Hanif ada disini, Bu?”
“Loh, tadi pamit kemana? Justru Ibu mau tanya, kenapa kalian tidak sama Hanif kesini. Kok malah pakai mobil sendiri-sendiri.” Ibu Ani heran. Hanif tidak pernah jujur kepada Ibunya.
“Sebaiknya saya bawa Naina ke toko depan. Biar kalian lebih leluasa berbicara.” Ujar Ibu Naflah.
“Ada apa ini Nak.” Ibu Ani memegang tangan Shofia.
Sedang Ibu Naflah mengajak Naina pergi membeli snack di toko depan. Tidak pantas jika ada Naina membicarakan perceraian dan tingkah bejat Papa nya.
“Ibu, maafin Shofia. Tapi sekarang Shofia sudah tidak bisa mempertahankan semuanya. Mungkin Shofia bukan jodoh Mas Hanif. “ Ibu Ani heran dengan ucapan Shofia.
“Ada apa Nak, kenapa dengan Hanif?”
“Dia selingkuh Ibu,”
Bagaikan di sambar petir di pagi hari, terasa sakit sekali, anak yang di banggakan ternyata menyakiti istrinya. Ibu Ani tanpa sadar menangis, merasa sudah gagal mendidik anaknya.
“Apa kamu yakin Nak?” Tanya Ibu Ani, masih belum terlalu percaya.
“Panggil Mas Hanif, Bu. Tanyakan langsung, atau Shofia akan panggil saksi biar Ibu percaya.” Ujar Shofia yang juga tidak mampu menahan tangisnya.
Ibu Ani masuk kedalam. Dia pelan-pelan sekali berjalan. Karena takut Bapak Ahmad mendengarnya. Saat didepan kamar Hanif, Ibu Ani mengetuk pintu. Saat pintu terbuka, Ibu Ani langsung menarik tangan Hanif menuju keruang tamu. Hanif terkejut saat melihat Shofia. Dia pun tidak dapat menghindar dari Ibunya. Shofia duduk tenang tanpa melihat Hanif.
“Ayo, katakan. Benar kamu selingkuh?” Tanya Ibu Ani marah.
Hanif diam, dia melirik kearah Shofia. Ada rasa marah kepada Shofia, karena mengatakan perselingkuhannya kepada Ibu Ani.
“Dia takut Ibu marah, makanya diam.” Jawab Shofia tidak takut lagi.
“Diam kamu,” Bentak Hanif.
“Tidak usah marahi Shofia, kamu yang salah. Anak seperti apa kamu Nak, dengan mudah menyakiti wanita baik seperti Shofia. Kurang apa Shofia, dia sudah rela hidup susah dengan uang gaji yang kurang. Ternyata uang kamu lebih banyak kamu kasik kan sama pelacur itu kan.” Ibu Ani sangat marah kepada Hanif.
Hanif tetap diam, karena percuma melawan. Yang di lawan adalah Ibunya sendiri. Satu tamparan mendarat di pipi Hanif, dari Ibu Ani.
“Kamu akan menyesal telah menyia-nyiakan Shofia, mungkin saat ini kamu belum merasakan karmanya. Tapi suatu saat nanti kamu juga akan merasakan, seperti yang Shofia rasakan.”
“Ibu maafkan Hanif, tapi Hanif sudah tidak cinta sama Shofia. Saya mau menceraikan dia.” Jawab Hanif pelan. Tapi cukup membuktikan bahwa talak itu sudah sampai, dalam islam, Hanif sudah menceraikan Shofia.
“Jangan khawatir Mas, saya akan urus secepatnya perceraian kita,” Ujar Shofia tegas, tanpa melihat Hanif.
Ibu Ani terasa sakit dadanya, mendengarkan kata perceraian di antara Shofia dan Hanif. Tanpa disadari, Ibu Ani tidak sadarkan diri.
“Ibu,” Teriak Shofia langsung menghampiri Ibu Ani.
Hanif pun langsung duduk di dekat Ibu Ani. Dia tampak panik melihat Ibunya tidak sadarkan diri. Shofia segera mengambil minyak kayu putih di kotak P3k, di ruang keluarga.
Mengusapkan minyak kayu putihnya kehidung. Tidak perlu menunggu lama Ibu Ani sadar. Shofia tersenyum saat melihat Ibu Ani sudah sadar.
“Alhamdulillah, Ibu sudah sadar.” Ujar Shofia. Tapi tidak dengan Hanif, dia hanya diam menemani Ibu Ani.
“Nak, apa tidak bisa di pertahankan lagi, Ibu mohon kepadamu, Nak.” Shofia memegang tangan Ibu Ani saat memohon dengan wajah sedihnya. Seorang Ibu yang berusaha menyelamatkan pernikahan putranya.
“Ibu, Mas Hanif sudah menikah sirri, dan dia sudah membuktikan kepada Shofia. Selama tiga tahun Shofia di biarkan kekurangan, bahkan Naina tidak pernah dibelikan mainan oleh Mas Hanif. Biar Shofia mengalah Bu, yang terpenting hubungan Shofia, Naina, tetap seperti anak dan Ibu. Shofia akan sering datang kesini menemui Ibu.”
Hanif tidak lagi bisa menjawab, hatinya sudah tertutup untuk membuka lembaran baru bersama Shofia. Sehingga Hanif tidak lagi memikirkan nasbi putrinya. Tidak pernah terbayang di benak Hanif, bagaimana seandainya Naina terpukul dengan perceraian dirinya dan Shofia. Bagaimana jika Naina hilang semangat belajarnya hanya karena perceraian orang tuanya.
Hanif laki-laki egois yang lebih mementingkan dirinya sendiri. Tanpa melihat kebelakang, apa yang akan terjadi dengan masa depan putrinya Naina.
Setiap pertumbuhan anak, tanpa orang tua yang utuh akan berdampak tidak baik. Karena seorang anak dapat merasakan sebuah kasih sayang dari kedua orang tuanya. Lantas bagaimana jika orang tuanya tidak lagi bersama, mengurus dalam satu rumah.
Keluarga adalah tiang utama untuk tumbuh kembang anak, dimana seorang anak akan baik pertumbuhannya jika di dampingi seorang ayah dan ibu, yang sama-sama merawatnya, mendampingi saat masa pertumbuhannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Sulati Cus
percaya naina pasti anakmu tumbuh kuat dan mandiri ak contoh nyata ibuku cerai ketika usiaku 7th dan adikku 5 th krn ayahku sakit hati di gugat cerai ama ibu akhirnya ayahku g pernah ksh nafkah ke ak sm adikku tp alhamdulillah km bisa sp usiaku 45th ak g pernah lg ketemu ayahku, kangen ayah?? tdk sama sekali.
2021-08-06
0
Erna Yunita
awas kau yah.....mungkin sekarang indah di matamu....tapi ingatlah....air mata kepedihan lebih menyakitkan....tunggu saja
2021-06-29
0
Mawar Berduri
Dimana manapun kalau Perceraian Anak yg jadi korban... tapi akupuntur gak setuju kalau seorang istri harus terlantar lahir dan batin
2021-06-06
2