Bapak Fakhri”
Shofia masih tidak percaya, jika bapak Fakhri yang datang secara kebetulan dan langsung menanggung biaya rumah sakit Naina. Saat yang di harapkan menjauh, datang seorang yang paling di segani datang menolong.
“Iya, saya harap, kamu rawat putri mu baik-baik. Untuk urusan kantor, biar saya yang urus.”
Sambil menyodorkan Map yang belum di tanda tanganin oleh Shofia.
“Apa ini Bapak?”
“Surat perjanjian dengan PT ADITYA. Kamu lupa tidak tanda tangan.”
“Maaf Bapak, dan saya ucapkan terimakasih Bapak, saya tidak tahu harus membalas dengan apa kebaikan Bapak.” Shofia merasa malu dan berhutang budi karena kebaikan Bapak Fakhri.
“Cukup kerja yang rajin, jujur dan patuhi aturan kantor.” Ujar Bapak Fakhri, masih tanpa senyum. Lalu pergi.
Shofia tidak mengejar, meski baru kenal tapi Shofia tahu watak Bosnya seperti apa. Shofia lebih memilih diam, kembali lagi ke ruang UGD.
“Nak, Naina baru saja di bawa ke ruang VIP kelas 1, ayo kita cepat kesana.”
“Iya, Bu.”
Merek segera menuju ke kamar rawat inap. Dimana Naina sudah di pindahkan, arena pengaruh obat, Naina masih tertidur pulas dan lebih membaik keadaannya. Ibu Naflah duduk di detail tempat tidur Naina. Shofia juga duduk berjejer dengan Ibu Naflah.
“Nak, kenapa harus memilih kamar mahal? Bukankah kamu belum gajian. Kalau ibu sih setuju ambil yang kelas 1 biasa. Ibu tidak bisa bantu kamu Nak. Sekarang semua kebutuhan kamu tanggung sendiri. Hanif tidak mungkin datang menemui kamu dan membantu biaya rumah sakit.” Ujar Ibu Shofia sedih, melihat putrinya harus berjuang untuk membesarkan Naina sendiri.
“Ibu, saat yang di harapkan menjauh, tapi kita ikhlas, pasti datang orang-orang baik yang akan menolong kita. Semua biaya bos saya bu yang Membayar. Shofia tidak meminta, tapi entah kenapa Bapak Fakhri datang saat Shofia memerlukan. Shofia tahu uang Shofia tidak banyak. Dan Shofia sempat berpikir mau pinjam Karin. Tapi ada keajaiban tuhan yang memberikan kejutan.” Jelas Shofia, sambil menggenggam tangan Ibu Naflah.
“Ya Allah. Baik sekali Bosmu, tapi kamu harus hati-hati Nak, jangan sampai jatuh cinta kepada suami orang. Cukup kamu saja yang menjadi korban di selingkuhi suami. Dan jangan pernah berpikir untuk balas dendam ya.” Ibu Naflah mengelus pipi Shofia, menatap penuh rasa iba, dengan mata berkaca-kaca.
“Ibu, meski Shofia nanti resmi bercerai, Shofia tidak akan memilih laki-laki yang sudah beristri. Semoga jodoh Shofia laki-laki baik dan bertanggung jawab. Dan yang pertama dia harus menerima dan menyayangi putriku.”
“Amin. Semoga yang kamu harapkan terkabulkan Nak.”
“Saat ini Shofia hanya ingin fokus mengurus Naina dan merawat Ibu. Kalian harta yang paling berharga “ Shofia tersenyum.
Karena sudah malam, Shofia segera istirahat di Sofa, begitu juga Ibu Naflah. Kamar yang di pesan sangat istimewa, ruangan yang lebar. Lengkap dengan dengan kulkas, dan sofa yang nyaman. Seperti kamar hotel saja.
Malam semakin larut, suara jarum jam terdengar pelan tapi tetap menunjukan bahwa dia berputar cepat. Saat hendak terlelap, Naina menjerit, membuat Shofia dan Ibu Naflah terkejut. Segera Ibu Naflah dan Shofia bangun dan menuju ranjang Naina.
“Naina, sadar Nak.,” Shofia begitu panik, begitu juga Ibu Naflah.
Tubuh Naina meronta-ronta, badannya panas, detak jantungnyaberdebar-debar tidak stabil. Segera Shofia memencet Bell yang biasa di buat memanggil perawat. Tak lama kemudia perawat datang, dan langsung memeriksa Naina.
“Suster tolong putri saya, ada apa ini? Kenapa dia kejang seperti ini.”
“Tenang Ibu, kami akan tangani, mohon ibu tunggu di luar.”
“Tolong putri saya suster.”
“Iya Ibu, mohon jangan panik, Dokter sedang menuju kemari, untuk memeriksa putri ibu kembali.”
Shofia keluar, dia juga berpapasan dengan Dokter yang menangani Naina. Setelah itu Dokter memeriksa Naina.
Di depan kamar Naina. Shofia dan Ibu Naflah sangat panik, berjalan mondar mandir kesana kemari. Mereka takut hal yang tidak di inginkan terjadi.
Tak lama kemudian Dokter keluar dari kamar Naina. Ini Naflah dan Shofia segera menghampiri Shofia.
“Bagaimana putri saya Dokter,”
“Sabar Ibu, segala sesuatu sudah Tuhan gariskan menurut taqdir masing-masing manusia. Kita hanya berusaha selebihnya tuhan yang akan mengatur semua.”
Ujar Dokter, tapi melihat wajah Dokter tersebut, Shofia sudah tidak dapat bersemangat lagi, seperti ada kabar yang kurang baik yang akan di sampaikan Dokter tersebut.
Shofia hanya berharap yang terbaik, tidak pernah menginginkan hal buruk menimpa Naina, hanya gara-gara perceraian yang sedang Shofia urus.
Ada tanda tanya besar dalam benak Shofia, Dokter yang menangani Naina terlihat panik dan wajahnya terlihat lesu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Sulati Cus
DBD ak pernah msk ICU gara2 penyakit ini
2021-08-06
0
bilkis
semangat thor
2021-06-01
1
🍁 Claresta Ayu 🍁
ada apa dengan naina thoor???🤔🤔
2021-04-02
2