Pernikahan adalah dua hati yang saling memiliki, saling menghargai, saling menjaga kehormatan dirinya. Bukan karena saling cinta saja, karena terkadang cinta itu masih mampu melukainya.
Pernikahan adalah janji suci, yang di ucapkan saat ijab kabul. Bukan seberapa banyak pemberian nya, bukan pula masalah harta yang dimilikinya. Tapi pernikahan adalah perjanjian dua manusia berlain jenis, untuk bisa menghormati dan menjaga kesuciannya.
Ketika pernikahan itu sudah tidak mampu di pertahankan, di perjuangkan, di hormati, maka carilah jalan keluar terbaik, yaitu perpisahan.
Perpisahan atau cerai. Kata yang mudah di ucapkan, tapi di benci oleh Allah. Kata yang tidak bisa di buat suatu mainan. karena semua akan berakibat fatal.
Saat seorang suami di tanya.
Apakah kamu mampu menafkahinya?
Apakah kamu mampu membahagiankan kewajiban terbesarmu?
Apakah kamu mampu membuatnya tidak kekurangan sedikit pun?
Jika kamu belum mampu pikirkan!
Karena menikah bukan karena soal cinta sejati
Bukan karena soal kasih sayang.
Pernikahan itu perlu materi, menafkahi, membahagiakan, membuat istrimu nyaman itu adalah kewajiban terbesar dalam rumah tangga. sehingga saat kita menjalaninya, akan ada rasa nyaman dan saling mencintai, tanpa harus meninggalkan disaat istrinya sudah tidak secantik yang di inginkan.
Kecantikan istri dari suami
Keindahan dalam berpakaian juga karena suami.
Istri lapar atau cukup semua tergantung suami.
Maka pantaskah wanita di persalahkan dalam hal ini.
Shofia sudah keluar dari ruang sidang. Hanif sudah membuktikan jika dia sudah benar-benar tidak ingin mempertahankan pernikahannya. Shofia mungkin tidak menampakkan dia bersedih, tapi dia simpan semua hanya untuk dirinya, tidak ingin melihat orang tuanya sakit hati dan terluka.
Setelah dari pengadilan agama, Shofia langsung kekantor. Karena pukul 13.30, Shofia harus meeting menemani Bapak Fakhri.
Setelah selesai sholat Dhuhur, Shofia langsung kembali ke ruangannya. Dan menyiapkan berkas yang akan di bawa, tak lama muncul Bapak Fakhri di ambang pintu.
"Permisi,"
"Bapak, apakah sudah mau di mulai?"
"15 menit lagi. Bagaimana sidang kamu?"
"Alhamdulillah Bapak berjalan lancar, karena Mas Hanif tidak datang."
"Kamu tidak boleh larut dalam kesedihan, ingat kamu punya seorang ibu yang harus di bahagiakan."
"Iya Bapak. Terimakasih sudah menasehati saya."
"Oke, kalau semua sudah kamu siapkan, segera menuju ruangan meeting."
"Baik, Bapak."
Bapak Fakhri langsung pergi, entah apa yang membuat dia tidak bersikap dingin dan menakutkan. Semenjak Naina meninggal dan tahu jika Shofia di sakiti, Bapak Fakhri lebih bersikap lebih ramah.
Segera Shofia menyusul Bapak Fakhri, karena jam sudah menunjukkan pukul 13.20, Shofia tidak ingin terlambat masuk ruang Meeting.
•~•~•~•~•~•~•~●●●~•~•~•~•~•~•~•
Ibu Naflah sibuk menata barang bawaannya di rumah baru, yang di fasilitasi oleh kantor. rumah yang lumayan besar, meski hanya satu lantai tapi ukuran rumah itu dua kali lipat dengan rumah pembelian Hanif. Lengkap dengan kolam renang dan taman mungil di samping rumah itu.
Tiba-tiba ada suara Bell, yang membuat Ibu Naflah terkejut, Ibu Naflah segera berlari menuju ruang tamu, dan membukanya.
"Assalamualaikum," Ternyata Ibu Ani dan Bapak Ahmad yang datang.
"Waalaikumsalam, mari masuk Mbak, Mas."
"Iya, tadi saya kerumah yang lama dek Naflah. Beruntung sekali tetangga memberikan alamat baru rumah ini." Ujar Ibu Ani.
" Iya, Mbak, sengaja saya titip alamat rumah baru ini, karena takut ada teman, atau saudara yang mencari saya dan Shofia."
"Kenapa harus pindah Dek? Bukankah rumah peninggalan almarhum Dek Nafi sudah bagus,"
"Shofia yang memintanya, dia tidak ingin teringat masa lalunya dengan Hanif, dan juga tidak ingin terus-terusan terbayang oleh Naina. Makanya dia segera pindah dari rumah itu, saya sih ngikut Shofia saja karena hanya dia milik saya, dan saya tidak punya keluarga lain lagi."
"kalau memang itu yang terbaik untuk Shofia tidak apa-apa. Saya sebagai orang tua dari Hanif merasa sangat bersalah tidak bisa mendidik anak saya menjadi laki-laki bertanggung jawab. Saya berharap kita tetap menjalin silaturahmi sebagai besan, seperti adik dan kakak, saya sangat mencintai Shofia, Karena dia sudah seperti anak saya sendiri" Ibu Ani yang sejak tadi menahan tangisnya kini pecah juga. Ibu Ani seperti kehilangan putrinya sendiri.
"Terimakasih Mbak, Mas. Sudah menyayangi putri saya. Sudah takdir Shofia ya harus terima, hanya saja Shofia terluka dengan perpisahan ini, apalagi Naina telah tiada. Saya harap Mas Ahmad sama Mbak tetap menganggap dia seperti putrinya sendiri, dan jangan sungkan-sungkan sering main kesini. Biar ada yang menghibur Shofia."
" Iya dek, kita akan sering main ke sini semoga Shofia tidak marah kepada kita atau tidak membenci kita, karena kita adalah orang tua Hanif."Ujar Bapak Ahmad dengan mata berkaca-kaca.
"Yang salah Hanif bukan Mbak Ani sama Mas Ahmad, jadi Shofia tidak mungkin marah kepada kalian. Biarlah semua ini jadi pelajaran untuk Shofia, agar lebih hati-hati dalam melangkah."
"Saya sudah usir Hanif dari rumah, saya tidak mau melihat wanita itu datang kerumah, sampai kapanpun saya tidak akan pernah merestui hubungan mereka. Jangankan mau menginjakkan kaki di rumah, saat saya mati pun saya tidak rela dia menyentuh tubuh saya" Ucap Bapak Ahmat sangat marah.
" Tidak baik Mas berkata seperti itu seburuk-buruknya Hanif dia adalah putramu , Mas. Mungkin bukan jodohnya saja dengan putri saya kita ambil hikmah dari semua ini, pasti Shofia bahagia kelak dengan jodohnya yang Allah kirimkan."
"Amiin."
"Jam berapa Shofia datang, Saya sangat merindukan Shofia. Apakah tadi di persidangan Hanif datang? atau dia tidak hadir?"
"Saya tidak tahu, karena saya tidak ikut, coba nanti tanyakan langsung sama Shofia sebentar lagi dia datang dari kantor. Kebetulan kantor sefia dekat dengan perumahan ini."
"Iya, Dek. Saya sebaiknya menunggu Shofia saja, karena saya ingin bertanya langsung. Saya juga mau minta maaf kepada Shofia, Karena Hanif, Shofia menderita."
Ujar Ibu Ani, yang sangat merasa bersalah. Meksi bukan Ibu Ani dan Bapak Ahmad yang menyakiti Shofia, tapi dia merasa bersalah.
Yang Ibu Ani dan Bapak Ahmad mau di akhir hidupnya, melihat anak-anaknya bahagia, bukan malah mendapat kabar perceraian. Sikap Hanif sungguh sangat mengecewakan untuk keluarga, karena perselingkuhan itu juga Hanif jauh dan di usir oleh Bapak Ahmad.
Rasanya Bapak Ahmad gagal dalam segala hal mengenai Hanif. ternyata materi tidak bisa membuat orang bahagia. Kebanyakan orang yang sukses dia akan lupa dari mana asalnya.
Bahkan banyak yang menggunakan kekayaan dan kesuksesannya untuk hal yang tidak baik, Selingkuh, bahkan tidak betah dirumah, karena banyak yang memilih mencari hiburan di club.
Itulah manusia, yang tidak pernah merasa puas, jika didalam hidupnya tidak ada iman sama sekali. Sehingga tidak dapat mencegah nafsunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Tjitjik Juni Supriyati
o.k thor. ikut merasa lega dan benar2 ikut bersyukur dgn perceraian sofia n hanif. semoga sofia tambah sukses kedepannya. amien. 🤲🤲🤲
2021-05-28
1
mamae farin
mantap ceritamu thor 😍😍
2021-05-26
0
Ria Diana Santi
Nah, ini bagus Thor! Udah rapi.
Boom like sampai sini dulu ya!
Mari saling dukung! 🤗🤗
2021-05-14
1