Naina belum terbangun. Shofia sudah berangkat kekantor. Ibu Naflah masih menatap kepergian Shofia, karena saat ini Ibu Naflah sudah tahu jika Shofia sedang bertengkar dengan Hanif. Tanpa sengaja, Ibu Naflah menyuruh sahabat Shofia yang kebetulan rumahnya dekat dengan Hanif.
Ternyata Hanif tidak keluar kota. Dia tinggal di rumah ibunya. Perasaan Ibu Naflah cemas, memikirkan Shofia. Dia tidak ingin terjadi sesuatu dalam rumah tanggan putrinya. Karena, perpisahan suami istri akan membawa duka di hati buah hatinya.
Di kantor. Shofia langsung masuk keruangannya, seorang karyawan menghampiri Shofia.
“Dengan Ibu Shofia?”
“Iya, saya sendiri. Ada yang bisa di bantu Ibu?”
“Ibu Shofia di minta keruang Bapak Manager,"
“Baik, kalau boleh tahu dengan Ibu siapa?”
“Saya Ibu Santi.”
“Baik Ibu Santi, saya segera menuju ruang Direktur.”
Santi keluar dari ruangan Shofia, setelah itu Shofia menyusul Santi menemui Bapak Manager.
Tok tok tok tok..
“Masuk,”
“Selamat pagi Bapak,” Shofia dengan sopan memberi hormat, kepada Direktur, perusahaan itu, yang bernama Bapak Aris.
“Kamu sekertaris baru di sini?”
“Iya, Bapak.”
“Kamu pelajari semua file ini. Nanti begitu kamu mengerti segera temuan Bapak.”
“Baik,Bapak. Permisi.”
Bapak Aris mengangguk saat Shofia permisi keluar, Shofia tahu apa yang harus di lakukan, dia dengan cepat mempelajari semua file itu. Sampai-sampai jam istirahat dia tinggalkan demi satu tugas.
Jam menunjukkan pukul 13.30, Shofia langsung menuju musholla dia sholat dhuhur. Setelah sholat, Shofia kembali lagi keruang Direktur. Bapak Aris melihat hasil kerja Shofia, saat Shofia menjelaskan semua, Bapak Aris terkejut, karena Shofia sudah menguasai semua file yang akan di buat materi meeting keesokannya.
“Kamu pintar, saya tidak akan menjadikan sekertaris saya, tapi lebih tepatnya kamu akan menjadi asisten CEO Perusahaan ini. “
“Tapi, Bapak. Saya masih baru, Saya takut tidak bisa menguasai yang lain.”
“Kamu jangan mengatakan tidak bisa. Bersikap lah layaknya asisten paling senior. Karena bagi saya kemampuan kamu hebat.”
“Alhamdulillah, terimakasih Bapak.” Shofia, sangat bahagia. Di balik kesedihannya dia mendapat kejutan luar biasa, bahkan di awal karirnya, Shofia di pertemukan dengan orang-orang baik.
“Kamu boleh kembali keruangan kamu, besok kita bertemu CEO Perusahaan ini, saya harap kamu disiplin jika sudah bekerja dengan beliau. Karena dia orangnya tidak suka karyawan yang sering terlambat. Harus tepat waktu.”
“Baik, Bapak. Saya akan berusaha tidak melanggar aturan ini.”
“Oke silahkan kembali keruangannya.”
“Permisi Bapak.”
Sangat bahagia terus bersyukur, akhirnya dia tidak akan lagi di remehkan oleh Hanif suaminya.
Shofia pulang dengan wajah bahagia sekali. Menemui putri kecilnya di kamar, yang sedang tidur bersama Ibu Naflah.
“Assalamualaikum, Ibu.”
“Waalaikumsalam.”
“Hari ini Shofia bahagia Bu, akhirnya Shofia mendapat jabatan tinggi di kantor. Ini berkat doa ibu.”
“Kamu bahagia karena mendapat pekerjaan. Tapi kamu lupa bagaimana memperbaiki hubungan kamu dan Hanif, Nak.” Ujar Ibu Naflah sedih.
“Maksud Ibu?” Shofia pura-pura tidak mengerti. Karena selama ini Shofia tidak pernah bercerita apapun masalah rumah tangganya.
“Ibu tahu kamu dan Hanif sedang ada masalah. Kamu bilang Hanif keluar kota. Tapi kamu berbohong sama Ibu. Hanif ada, dia dirumah orang tuanya.” Ujar Ibu Naflah berharap Shofia menjelaskan semua permasalahannya.
“Maafin Shofia Ibu. Tidak pernah terpikir di benak Shofia untuk membohongi ibu. Tapi Shofia tidak ingin Ibu memikirkan masalah di dalam rumah tangga Shofia. Shofia juga tidak bisa bercerita kepada Ibu. Biar semua yang terjadi Shofia hadapi sendiri. Doakan saja Shofia Bu. Semoga masih bisa perbaiki pernikahan ini. “ Shofia sedih saat mengucap itu semua. Karena Shofia masih mencintai Hanif.
Tapi bagaimana dengan Hanif? Apakah masih ada cinta untuk Shofia dan ingin memperjuangkan rumah tangganya? Atau membiarkan Shofia pergi membawa luka yang telah di buat oleh Hanif.
Bagi Shofia, bisa bekerja dan membantu semua pengeluaran keluarga itu akan membuat bahagia. Tanpa harus merepotkan Hanif untuk kebutuhan hidupnya.
Hanif tidak bisa di tebak, karena sikap Hanif yang sering berubah. Dan tidak pernah mengajarkan sabar untuk menghadapi semua. Justru yang ada Hanif membiarkan Shofia menderita.
“Nak, pertahankan demi putri kalian. Jangan hanya karena materi kalian berpisah. Bukankah Hanif bekerja sudah punya gaji besar. Tinggal kamu bagaimana bisa mengelola tidak.”
Deg... membuat Shofia terkejut dengan ucapan ibunya. Seandainya Ibu Naflah tahu jika uang bulanan Shofia tidak pernah cukup karena di kurangi. Pasti Ibu Naflah terkejut.
“Ibu, suatu saat nanti Ibu akan tahu ada apa dengan rumah tangga Shofia. Tapi untuk saat ini Shofia tidak ingin membahas ini.” Ujar Shofia masih tetap tersenyum.
“Kalau begitu tidurlah. Kamu besok bekerja. Biar tidak kesiangan bangunnya.” Ujar Ibu Naflah, penuh perhatian.
Shofia meninggalkan Ibu Naflah, yang menemani Naina dikamarnya. Ibu Naflah melihat Naina tertidur pulas, ada rasa iba dan tidak bisa membayangkan jika Shofia dan Hanif bercerai. Naina sangat merindukan Hanif yang sudah tiga hari tidak datang mencari Naina.
Ibu Naflah heran dengan sikap Hanif, yang sangat tidak perduli kepada Naina, dan Shofia. Sedangkan selama ini, Ibu Naflah tidak pernah melihat Hanif bersikap seperti itu. Malam semakin larut, Ibu Naflah tidak bisa tidur sama sekali, dia memilih mengaji, di dekat tempat tidur Naina. Meminta pada sangat Maha Pencipta, keutuhan rumah tangga Shofia dan Hanif. Karena hanya memohon pada Tuhan Yang Maha Segalanya, yang mampu menjawab semua.
Begitu juga Shofia, dia tidak biasa tidur, banyak hal yang dia pikirkan tentang Hanif, yang tidak pernah berusaha mencari atau menemui Shofia dirumah. Bahkan menanyakan kabar Naina pun tidak pernah.
“Apakah sudah tidak bisa diperbaiki hubungan ini Mas? Kenapa kamu tega tidak menemui Naina, dia Anak kamu sendiri. “ Batin Shofia, dengan mata berkaca-kaca.
Tanpa terasa Shofia pun terlelap. Dia sudah berada dialam mimpi, melupakan semua yang ada dialam nyata. Berharap saat terbangun semua akan baik-baik saja.
Shofia mungkin terlihat tegar, kuat, tidak bersedih, karena dia tidak ingin terlihat rapuh atau lemah, karena Shofia tidak ingin Ibu Naflah khawatir.
Pernikahan yang rukun dan penuh kasih sayang, pasti akan di imami oleh laki-laki yang bijaksana, tidak membuat istrinya tersinggung, tersiksa dan merasa tidak di anggap. Karena sebuah kejujuran dan kepercayaan didalam rumah tangga adalah tiang dari pernikahan itu. Tanpa kejujuran dan kepercayaan maka akan roboh dan tidak bisa berdiri tegak.
Seharusnya jika Shofia salah, Hanif tegur dan memberikan arahan yang benar, bukan malah membiarkan sendiri dan ditinggalkan pergi.
Saat seorang wanita sudah diambil alih tanggung jawabnya oleh seorang laki-laki, dari orang tuanya. Saat itu dia sudah harus siap membahagiakan wanita itu, dan siap menjadi imam untuk wanita itu. Bukan hinaan, buka pula cacian tapi sebuah kasih sayang seperti orang tua menyayangi putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Siti Nur Dianti
lanjut kkk
2022-09-03
0
gek novi irayanthi
Direktur apa manager.....
2022-09-01
0
Lasmini Cetar21
akan kah CEO akan jatuh cinta pada sofia
kayaknya iya 😂😂
2021-08-02
0