Bantu vote ya, like, biar AUTHOR bersemangat
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Jam menunjukkan pukul 07.00 Keluarga Shofia sudah berkumpul untuk membawa Naina. Bapak Ahmad sudah siap membawa jenazah Naina. Terlihat Bapak Aris dan Bapak Fakhri juga hadir di acara pemakaman Naina.
Karin dan Rakha mendampingi Shofia, yang tidak berbicara sama sekali sejak dari rumah sakit. Badannya masih lemas. Bajunya kusut, wajah nya juga pucat.
Saat yang dicintai telah tiada saat itu dia menyadari dirinya bersalah, bahkan dia menyesal tidak bisa memberinya Kebahagiaan, tidak bisa memberinya kesenangan, tidak bisa memberinya hak selayaknya seorang anak yang butuh kasih sayang. Untuk keperluan sehari-hari saja sudah kekurangan, Shofia sangat menyesal dengan semua yang terjadi. Belum sempat Shofia membahagiakan Naina dengan hasil jerih payahnya, kini Naina telah pergi, bukan hanya sesaat tapi untuk selama-lamanya. Banyak cerita yang dilalui bersama Naina, cerita sedih yang jauh dari kata bahagia.
Saat tubuh Naina yang sudah terbungkus kain kafan dimasukkan ke dalam kubur. Saat itu juga Shofia sadar, jika Naina benar-benar sudah meninggalkannya. Tanpa sadar Shofia menjerit sekuat-kuatnya, membuat terkejut para pengunjung dan para tetangga yang melayat ke makam Naina. Bukan marah karena shofia menjerit histeris, tapi mereka semua Iba. Setelah Shofia disakiti oleh Hanif, kini dia harus kehilangan putri tercintanya.
“Tidaaaaaaaaaaaak, jangan kubur anakku, biarkan dia menemani aku. Tolong kembalikan anakku.” Teriak Shofia sambil menangis.
Karin dan tetangga yang lain memegang Shofia, karena Shofia berusaha menghentikan acara pemakaman itu.
Ibu Ani tidak mampu berbicara apa-apa. Dia sangat marah dengan Hanif, karena tanpa Hanif sadari, kesalahan yang Hanif perbuat telah mengorbankan satu anak yang tidak bersalah. Ibu Ani seperti mengutuk dirinya sendiri atas kejadian itu. Dia merasa gagal mendidik Hanif menjadi anak yang penurut, dan bisa menjaga keluarganya.
Ayah tidak bertanggung jawab, saat putrinya tiada, Hanif justru hilang tanpa kabar, bahkan semua sudah berusaha mencari tahu Hanif. Ibu Ani dan Bapak Ahmad sangat sedih, setelah tahu Hanif tidak benar-benar tidak perduli dengan putrinya Naina.
Penyesalan tidak akan datang di saat kita melakukan kesalahan. Penyesalan itu datang saat kita sudah jauh dari kesalahan. Terpuruk sangat terpuruk. Bahkan untuk di kenang pun kita akan malu sendiri.
Saat ini Hanif masih terobsesi oleh wanita simpanannya. Mungkin besok, lusa, bulan depan, atau tahun depan. Kita hanya manusia, tidak pernah tahu kapan kita akan mneyadari kesalahan yang sudah membuat semua orang terluka. Bukan hanya Shofia, tapi kedua orang tua Hanif, mertua Hanif, dan sahabat-sahabat shofia.
Saat para pelayat sudah mulai pergi, saat itu kesepian, kesedihan, mulai menguasai diri Shofia. Rakha dan Karin belum bisa meninggalkan Shofia. Karena tahu keadaan Shofia masih sangat sok, dan terpukul. Hancur, sehancur-hancurnya, sakit, sesakit-sakitnya. Meski para karyawan kantor tempat Shofia datang, mereka tidak bisa bertemu shofia, hanya bertemu Ibu Elma dan Ibu Naflah saja.
Bapak Fakhri juga hadir, meski hanya sebentar bos besar Shofia masih menghormati untuk bisa hadir ke pemakaman Naina. Bapak Aris juga sudah kembali ke kantor. Karena banyak pekerjaan penting yang harus di selesaikan.
Di kamar, Shofia hanya berdua saja dengan Karin, tatapan kosong Shofia membuat karin khawatir. Karin takut shofia depresi dengan kejadian semua itu. Karema tidak mudah melupakan begitu saja. Seorang putri yang masih lucu dan sangat menggemaskan.
“Karin, tolong panggil Naina, aku ingin mengajaknya jalan-jalan. Kasihan dia, sudah tidak pernah di bawa jalan-jalan sama Papanya.” Ujar Shofia tersenyum tapi menangis.
Karin tak kuasa dengan apa yang di bicarakan Shofia. Dia pun ikut menangis dan memeluk Shofia. Semua akan sakit, semua terluka jika buah hatinya harus pergi secepat mungkin.
“Kamu harus tabah, tuhan sudah menempatkan Naina di surganya. Dia bahagia, dia sudah bisa bermain dengan bebas. Bahkan dia akan hidup lebih nyaman. Kamu harus ikhlas, shofia. Kasihan Naina jika kamu, terus menerus bersedih seperti ini.”
Shofia tidak menjawab, masih tetap menangis. Seperti sudah kehilangan masa depan. Kehillang sebuah harapan, dan seperti tinggal di kegelapan.
Tak nama datang Ibu Nafla duduk di dekat Sofia dan mengendus kepalanya Sophia langsung memeluk Ibu Nafiah dan menangis sejadi-jadinya.
“Naina masih hidupkan Bu? Naina belum matikan? aku janji akan membahagiakan Naina. Asal dia mau menuruti kata-kataku, dia tidak boleh tinggal dengan papanya Bu. Dia akan kekurangan nantinya, aku janji akan bekerja sekuat tenagaku untuk membahagiakan Naina."
“kamu harus ikhlas, mati dan hidup sudah ada taqdir hidup masing-masing dari Allah. Jika kamu terus seperti ini maka kamu akan menderita seterusnya. Lihat ibu, ibu sudah tua, Ibu butuh kamu, Nak. Butuh kamu yang mau merawat ibu, bukan Ibu yang merawatmu. ayo bangkit, kamu harus sadar. semua yang ada di dunia ini pasti akan mati, karena semua hanya titipan. Kebahagiaan, kesedihan, pasti akan berakhir. maka dari itu kamu harus sadar jangan terus terpuruk seperti ini, Naina sudah bahagia disana.” Ujar Ibu Naflah berusaha tegar meski sebenarnya sangat terpukul dengan semua yang di hadapi. Tapi, ibu naflah tidak menampakan kesedihannya hanya dia ingin menjadi Ibu yang tegar Ibu yang bisa tersenyum disaat Kehilangan ingin memberikan contoh kepada Shofia, bahwa dia kuat menghadapi semua itu. Meski sebenarnya dia juga hancur.
Masih tetap menangis, menangis dan menangis. Mungkin masih belum waktunya Shofia untuk bisa tegar, kuat, dan bisa menghadapi kenyataan bahwa Naina telah pergi. Dia butuh banyak waktu untuk bisa menyadarkan dirinya, bahwa dia sudah keehilangan Naina. Butuh banyak waktu untuk menyendiri, karena kepergian Naina seperti mimpi di siang bolong.
Surat An Nisa ayat 78.
Artinya: Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muham-mad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?"
Manusia semua akan kembali kepada sang Pencipta, baik yang muda atau yang tua.
Shofia tidak banyak bicara. Masih duduk menatap keluar jendela, banyak tamu yang datang. Meski Ibu Naflah tidak punya saudara, tapi semua tetangga sangat baik dengan Ibu Naflah.
Rakha sudah pulang terlebih dahulu, karena harus bertugas. sedangkan Karin masih menemani Shofia. Hari ini Karin sengaja tidak ke kantor. karena ingin menemani Shofia yang masih berduka. Duka yang mendalam, membuat shofia sulit menerima kenyataan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Siti Nur Dianti
hanya bisa bilang sakitttt sekali😭
2022-09-14
1
Heni Heni
ya allah sakit nya 😭😭
aku aja smpai 2 tahun depresi berat karna ditinggal putri smata wayang
2022-08-27
0
NasyafaAurelia🐧
subuh2 dibkn nangisss 😭😭😭😭
2021-10-22
0