Assalamualaikum, para pembaca, Alhamdulillah masih di beri kesehatan. sehingga bisa membaca karyaku lagi. Bismillah semoga pembaca suka. jangan lupa like, dan vote ya.
🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞
Apapun alasannya, bertahan demi seorang putri tercinta. Tapi, tidakkah kita memikirkan apa yang akan terjadi jika terus dipaksakan. Mungkin sakit, atau bahagia. Semua masih mencari kebenaran, meskipun kebenaran itu akan menyakitkan.
Tidak perduli seberapa besar kita menghadapi sebuah ujian. Jika kita ikhlas dan sabar, maka ujian yang akan di kirim Tuhan terasa ringan dan mudah di selesaikan.
Siang itu, orang suruhan Rakha sudah berada di halaman kantor Hanif. Dan sudah menempelkan alat pelacak di mobil Hanif, seorang laki-laki muda, tapi berpengalaman dalam mencari informasi. Dia adalah Rio, sahabat dari Rakha sendiri.
Jam menunjukkan pukul 12.00, terlihat Hanif masuk ke mobilnya. Rio dengan cepat mengikuti mobil Hanif yang sudah keluar dari area kantor. Terus memantau, mobil Hanif masuk kehalaman Restoran. Setelah mobil diparkirkan, Hanif turun, masuk kerestoran. Di ikuti Rio yang duduk di belakang kursi Hanif.
Pelayan datang menghampiri Rio, secangkir kopi hitam pun dipesan. Sedangkan Hanif memesan makanan untuk dua orang. Rio terus mengaktifkan kamera tersembunyi yang berbentuk cincin. Tidak diragukan lagi, jika Rio sudah sangat mahir dengan caranya mencari informasi.
Setelah beberapa menit, datang seorang wanita muda, menghampiri Hanif, terlihat akrab dan romatis. Siapapun yang melihat pasti bisa menebak, ada hubungan apa di antara mereka. Satu kecupan mendarat di dahi wanita itu.
Rio merasa jijik melihatnya, meski dia laki-laki nakal, tapi tidak seperti Hanif yang menyakiti istrinya. Rio belum menikah, tapi dia bisa setia kepada pacarnya.
Terus dalam posisi memata-matai. Masih dalam tanda tanya besar, siapakah wanita muda itu? Apakah simpanan Hanif, saudara Hanif, atau memang istri keduanya. Setelah satu jam berlalu Hanif dan wanita muda itu keluar bersamaan dari restoran. Rio tetap dalam posisi mengikuti. Tapi berjauhan karena tidak ingin di curigai.
Setelah dibiarkan pergi, Rio pun menyusul, melihat alat pelacak yang tidak lagi menuju ke kantor Hanif. Tapi menuju ke sebuah losmen. Rio pun masuk ke dalam, menemui Resepsionis. Entah apa yang dibicarakan, tapi Resepsionis itu terlihat takut.
Setelah selesai bertemu Resepsionis di losmen itu. Rio pergi terlebih dahulu. Dia langsung menemui Rakha di kantor polisi tempat dia bertugas.
“Bagaimana tugas kamu?” Tanya Rakha tegas, tanpa basa basi atau pun senyum.
“Ini buktinya, dan ini tempat biasa bertemu.”
“Kerja bagus, ini bonus kamu hari ini.” Rakha langsung memberikan uang kepada Rio.
“Terimakasih kawan, bekerja sama dengan kamu sungguh menyenangkan.”
“Aku akan panggil kembali, jika aku butuh bantuan kamu,”
“Siap, Aku selalu ada 24 jam untuk kamu.”
“Kamu boleh pergi,”
“Baiklah terimakasih.”
“Sama-sama.”
Rio segera pergi. Rakha langsung menghubungi Karin, dan meminta bertemu pukul 19.00 di Cafe pelangi, untuk memberitahukan dan mengantar semua bukti yang di dapat hari ini.
Disisi lain, Karin langsung menghubungi Shofia, karena Shofia sedang sibuk dan tidak menjawab panggilan Karin, dengan cepat Karin langsung mengirimkan pesan.
“Kita bertemu jam tujuh, di Cafe Pelangi. Jangan sampai tidak datang, penting.” Pesan terkirim dan langsung di baca oleh Shofia.
“Oke. Maaf aku masih ada tamu, jadi tidak bisa terima telfon.” Balasan Shofia pun di baca.
Setelah semua pekerjaan kantor selesai, Shofia pun langsung pergi, karena waktu sholat maghrib sudah tiba, segera Shofia sholat terlebih dahulu. Selesai sholat Shofia langsung menuju ke Cafe Pelangi.
Jam menunjukkan pukul 18.50, Shofia sampai terlebih dahulu. Karena belum ada kabar dari Karin, Shofia tidak langsung masuk Cafe, dia masih menunggu di halaman Cafe. Tak lama kemudian Karin dan dan Rakha datang bersama. Karin melambaikan tangannya kearah Shofia, sambil berjalan menghampiri Shofia.
“Mas, Kenalkan ini Shofia. Dan Shofia ini Mas Rakha calon suamiku.” Mereka bersalaman, menyebut nama masing-masing.
“Semoga kalian langgeng sampai tua nanti,”
“ Amin.” Jawab Karin dan Rakha.
Mereka pun masuk, dan duduk di meja nomer 5. Rakha memesan makanan terlebih dahulu, Karin dan Shofia, memesan makanan yang sama, Rakha pun memesan pesanan yang sama.
Mereka masih membahas pekerjaan, karena Rakha tidak ingin melihat sahabat Karin sedih dan tidak selera makan jika di ceritakan terlebih dahulu. Makanan pun datang, karena sudah lapar mereka langsung makan dengan lahap.
Tidak menunggu lama, setelah selesai makan, Rakha memulai pembicaraannya, sebenarnya Rakha tidak tega jika harus menyampaikan apa yang di dapat dari hasil penyelidikan hari ini. Tapi suka tidak suka, mau tidak mau, tetap Rakha harus mengatakan, karena semua keputusan ada di tangan Shofia.
“Begini, Shofia. Tapi maaf sebelumnya, jika nanti apa yang saya ceritakan dan saya tunjukkan akan melukai hati kamu, saya mintak maaf. Alangkah baiknya kamu menyikapi masalah ini dengan sabar. Dan satu lagi belajar ikhlas.” Ujar Rakha, pelan.
“Maksud Mas Rakha?” Shofia tidak mengerti.
“Ada apa sebenarnya Mas?” Tanya Karin lebih penasaran lagi.
Rakha mengambil handphonenya, dan mencari video yang dikirim Rio. Setelah di temukan Rakha langsung memutar video itu, meletakkan Handphonenya di meja, di hadapan Shofia. Awalnya terlihat biasa saja. Tapi lama kelamaan apa yang dilihat Shofia membuat Shofia terkejut, matanya membulat sempurna. Shofia tidak berkedip, dengan cepat tetes bening itu lolos di pipinya Shofia. Karin pun sama terkejutnya. Ikut sedih dan tidak tahan melihatnya. Dirangkulnya Shofia, yang sudah menangis.
“Kamu harus kuat, semua yang kamu lihat adalah nyata, bahwa suami kamu menyakiti kamu. Dan ini bukti foto jika suami kamu sudah beberapa kali mengidap di losmen yang terekam tadi.” Jelas Rakha, tidak tega tapi semua harus diberitahukan. Kebenaran yang menyakitkan, saat terungkap sebuah perselingkuhan suami tercintanya. Shofia mengepal tangannya sendiri. Sambil menangis terisak. Dia juga tidak mampu bersuara, rasanya mulutnya telah di kunci rapat.
Kenyataan pahit tentang perjalanan cintanya dengan Hanif kini benar-benar di rampas oleh orang ketiga. Tidak pernah terbayang bahwa Hanif dengan mudah menduakan cintanya. Cinta yang begitu tulus untuk Hanif, sampai rela kekurangan demi tidak ingin berdebat dengan Hanif.
“Kamu harus kuat. Semua keputusan ada di tangan kamu. Aku tidak akan lagi memaksa kamu untuk berjuang, ini sangat menyakitkan. Kamu berhak bahagia. Tapi semua kembali kepada keputusan kamu, jika kamu mencintai Hanif, rebut kembali dia. Kamu temui Hanif, karena dia sering bermalam di losmen itu.” Karin menghapus air mata Shofia. Tidak rela sebenarnya Shofia kembali kepada Hanif. Tapi Karin tidak punya hak apapun untuk melarangnya, karena semua keputusan ada di tangan Shofia.
Shofia diam, apa yang dia dengar belum sepenuhnya masuk dan belum terpikir mau apa dan bagaimana selanjutnya. Shofia masih terpukul dan sok atas apa yang dilihatnya, wanita yang dilihat Shofia masih muda bahkan sangat muda dan cantik. Shofia merasakan sesak, tanpa permisi atau mengatakan apapun.
Bruuk. ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Sulati Cus
klu aku ogah bertahan, ak seandainya diajak susah masih bertahan tp klu udah di selingkuhi +KDRT bye aja cari bahagia sendiri bersama anak.
2021-08-06
0
Tjitjik Juni Supriyati
aduuuch kenyataan yg sangat menyakitkan. apa sofia msh mo mempertahankan rmh tangga yg sdh tdk suci lagi itu. benar2 sdh terkontaminasi ketidak jujuran oleh seorang suami yg pembohong. tega mengkambing hitamkan ibu kandungnya sendiri. 🤑🤑🤑
2021-05-27
3
Azizah Mairah
sediiih
2021-03-27
0