“Sekarang silahkan pergi, urus anakku. Dan ingat jangan mengadu kepada Ayah dan Ibu. Kalau tidak, kamu aku cerai.” Shofia menangis bersimpuh di lantai.
Hanif menarik tangan Shofia untuk berdiri, dan pergi dari losmen itu. Shofia seperti pengemis saja. Dia pun berdiri dan menatap wajah Hanif, yang sedang menatap tajam Shofia.
“Aku tidak takut ancaman kamu. Silahkan ceraikan aku jika kamu mau. Untuk apa juga aku bertahan, jika hanya menjadi penunggu rumah dan merasakan sakit hati setiap hari. Aku sudah tahu maksud kamu melakukan semua ini. Aku dan dia mungkin jatuh berbeda, tapi kamu harus ingat. Bahwa kamu tidak akan pernah mendapatkan hak atas Naina.” Ujar Shofia lantang.
Tiba-tiba wanita simpanan Hanif keluar, hanya dengan pakaian tidur yang begitu terbuka. Wanita yang masih muda sekali, terlihat seperti gadis SMA.
“Siapa wanita ini sayang?” Tanya Wanita itu, yang bernama Sherly. Terlihat manja didepan Hanif.
“Ooh. Ini wanita pengganggu itu. Cantik masih muda lagi, tapi sayang kecantikannya dijadikan alat untuk menggoda suami orang.” Ujar Shofia menatap sinis Sherly.
Sherly yang mendengar itu langsung marah dan mau menampar Shofia. Tapi, tangan Sherly sudah di pegang oleh Shofia.
“Kamu tidak usah marah, jelas kamu menggoda suamiku. Menjual tubuh demi uang.” Teriak Shofia marah.
“Diaaaam. Aku wanita baik-baik. Kami sudah menikah siri, dan kami tidak berselingkuh.” Jawab Sherly marah.
Shofia di buat terkejut lagi. Pernikahan dibawah tangan, yang dilakukan Hanif benar-benar membuat Shofia hancur. Jadi selama ini uang belaanja Shofia terbagi dengan orang ketiga di dalam rumah tangganya.
“Ya Tuhan Kamu tega Mas. Membagi hakku dan Naina secara tidak adil selama ini. Hanya demi wanita murahan ini.” Tunjuk Shofia tambah marah.
Dan aneh sekali, tidak satupun penghuni losmen itu keluar, apakah pengunjung losmen itu semua tidak ada status pernikahan. Sehingga mereka tidak berani keluar saat ada orang ribut keras di luar kamar.
“Sekarang silahkan pulang, kalau kamu sudah tidak betah denganku silahkan gugat cerai aku. Kalau kamu masih mau bertahan. Izinkan kami menikah secara resmi.” Ujar Hanif terlihat cuek. Sambil memeluk Sherly.
“Silahkan pergi, aku males bertemu kamu,” Ujar Sherly sinis. Dan menarik Hanif untuk masuk. Lalu pintu di tutup.
Shofia tidak lagi memanggil Hanif. Karin yang melihat kejadian itu terlihat sok, dan menangis juga. Tidak tega dan tidak terima saat melihat sahabatnya dipermainkan. Tapi taqdir tidak bisa lawan. Tuhan sudah menentukan taqdir masing-masing manusia.
Karin membawa Shofia pergi dari losmen itu. Rakha sudah menunggu di mobil, tidak tega melihat Shofia. Meski Rakha seorang laki-laki, tapi dia punya belas kasihan melihat seorang wanita disakiti.
Karin dan Shofia tidak banyak bicara, mereka sama-sama memikirkan masalah yang terjadi di losmen. Shofia bingung, karena takut mengecewakan Ibu Naflah saat tahu Hanif telah menyakiti Shofia.
Jam menunjukkan pukul 23.30, Mobil sudah berhenti di depan rumah Ibu Naflah. Mereka bertiga turun dari mobil. Ternyata Ibu Naflah berada diteras rumahnya. Naluri seorang ibu sangat kuat, meski tidak mengatakan jika putrinya sedang sedih dan tersakiti, Ibu Naflah sudah merasakan kecemasan.
“Assalamualaikum, Ibu,”
“Waalaikumsalam, Nak ada apa? Kenapa dengan Shofia?” Shofia langsung memeluk Ibu Naflah. Menangis sejadi-jadinya, tidak mampu menceritakan apa yang terjadi.
“Karin, ada apa ini Nak?”
“Shofia baru saja bertemu Hanif, yang saat ini, Hanif sedang bersama istri keduanya.” Jelas Shofia gugup.
Ibu Naflah langsung lemas, apa yang di katakan Karin membuat sesak. Ibu Naflah memikirkan nasib Shofia dan Naina. Selama ini Ibu Naflah tidak pernah tahu masalah rumah tangga putrinya. Dan saat tahu, menyakitkan hati Ibu Naflah sebagai seorang Ibu.
“Nak, kamu banyak menyimpan kepedihan selama ini. Tapi kamu tidak pernah bercerita tentang rumah tanggamu. Sekarang semua keputusan ada di tanganmu, ibu tidak akan lagi melarang kamu untuk terus bersama Hanif. Jika hidup bersama Naina kamu bisa bebas dari kepedihan kamu, maka tinggalkan. Jika kamu mampu menghadapi semua kepedihan dan rasa sakit yang akan datang setiap hari, maka pertahankan. Masih banyak pahala di luar kebebasan di madu. Carilah pahala lain yang tidak menyiksa dirimu Nak.” Ujar Ibu Naflah menasehati putrinya. Sambil menangis tak kuasa.
“Ibu, maafkan Shofia, mengecewakan Ibu.”
“Tidak Nak. Kamu tidak mengecewakan Ibu, selama ini kamu sudah memperlihatkan kebahagiaanmu, dan kamu sudah menjadi istri yang baik. Tapi semua yang terjadi adalah taqdir, yang sudah di atur oleh Sang Maha Pencipta.”
“Ibu, benar. Kamu harus memutuskan sendiri. Tapi jangan menyiksa diri hanya karena Naina. Yakin suatu hari nanti Naina pasti paham dengan masalah kamu.”
“Iya, aku akan berusaha tegar menghadapi ini semua. Demi Naina dan Ibu, yang selalu ada untukku.” Ibu Shofia menghapus air mata Shofia.
“Sudah, sekarang kamu mandi, sholat, lihat rambut kamu acak-acakan. Kamu harus kuat Nak."
Shofia menatap Ibu Naflah, mengangguk pelan. Ada dua orang yang harus Shofia jaga dan harus terus dibuat bahagia, Ibu Naflah dan Naina. Tidak ada alasan lagi untuk terus ada didalam kesedihan. Yang ada, harus berusaha ikhlas dengan semua apa yang terjadi.
“Aku pamit pulang, ini sudah malam.” Ujar Shofia.
“Terimakasih, Nak Karin, Nak Rakha. Tanpa kalian mungkin Shofia, tidak bisa menghadapi ini.”
“Sama-sama Ibu. Kami pulang dulu, kalau ada apa-apa hubungi Karin langsung.” Ujar Rakha sopan.
“Karin, Mas Rakha. Terimakasih.” Ucap Shofia, yang sudah lebih tenang.
“Iya, Shofia. Kamu jaga diri baik-baik. Semangat besok bekerja.” Ujar Karin.
Setelah berpamitan, Rakha dan Karin pulang. Jam menunjukkan pukul 01.00, Karin yang sangat capek, akhirnya tertidur di mobil. Rakha tersenyum melihat Karin yang tertidur pulas.
Setelah sampai Rakha mengambil kunci rumah Karin, dan membukanya. Karena Karin belum terbangun, terpaksa Rakha mengangkat tubuh Karin kekamarnya. Lalu Rakha menutup pintu kamar Karin dan langsung pergi. Kunci rumah pun dititipkan satpam.
Disisi lain, Shofia langsung mandi dan sholat Isya’. Tidak lupa dia berdoa, memohon petunjuk dan jalan keluar terbaik untuk keluarganya.
● Tuhan, beri jalan atas apa yang Hamba hadapi saat ini. Jika Mas Hanif jodoh Hamba, kembalikan dia kejalan yang benar. Hamba tidak mau di madu, karena Hamba tidak mampu menjadi wanita sabar dan ikhlas. Jika Mas Hanif bukan jodoh Hamba, jauhkanlah, dan mudahkan urusan perceraian kami. Amin, amin.●
Setelah sholat, Shofia langsung tidur. Dia tidak ingin masalah pribadinya mengganggu pekerjaannya. Berharap yang terbaik, dari semua masalah yang datang, sampai masalah selesai. Shofia tidak ingin terus larut dalam kesedihan. Meski tidak mudah tapi Shofia yakin pelan-pelan pasti bisa melupakan Hanif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Putra Indra
beberapa tahun yang lalu, persis Doa seperti itu pernah beberapa kali aku panjatkan
2022-09-17
0
Sulati Cus
ibu ku jg dimanja dg uang oleh ayahku, tp begitu tau ayahku py simpanan ibu menggugat cerai intinya tdk ada satupun wanita yg rela berbagi suami, klu dia blg rela pasti boong.
2021-08-06
0
Erna Yunita
dia sdh tidak menghargaimu....lepaskan saja....
2021-06-29
0