Karin sudah membawa Shofia ke rumahnya, tidak mungkin juga Karin membawa pulang Shofia. Kondisi Shofia masih dalam keadaan belum stabil. Pikirannya masih kosong, dia masih sok. Dengan terpaksa Karin menelpon Ibu Naflah, berkata bohong, jika Shofia masih ada lembur sampai malam.
“Selamat malam Ibu, ini Karin.”
“Iya, Nak. Ada apa? Dimana Shofia.”
“Maaf Ibu, Shofia ada lembur malam ini. Dia masih sangat sibuk. Terpaksa saya yang menyampaikan kepada Ibu. Biar ibu tidak khawatir.”
“Iya, Nak. Tidak apa-apa, kalau sudah selesai suruh cepat pulang ya Nak. Kasihan Naina.”
“Pasti Ibu. Saya yang akan mengantarkan Shofia langsung.”
“Terimakasih, Nak. Jangan lupa suruh makan ya.”
“Siap Ibu.”
Karin mengakhiri panggilannya. Rasanya berdosa Karin berbohong kepada Ibu Naflah. Tapi semua yang di lakukan demi tidak ingin menyakiti Ibu Naflah. Karena pasti ibu Naflah akan kepikiran. Setelah beberapa menit kemudian, Shofia sadar. Karin tersenyum, digenggam tangan Shofia.
“Kamu harus kuat. Bukankah ini yang kamu mau, melihat kebenaran meski akan menyakiti kamu.” Ujar Karin tetap tersenyum, karena ingin memberikan semangat kepada Shofia.
“Terimakasih, kamu sudah menemani aku saat seperti ini, tanpa kamu aku tidak tahu lagi. Hiks hiks hiks hiks.” Masih menangis mengingat semua yang terjadi.
“Sekarang kamu harus tegar, jangan menangis lagi. Yakin kan hati kamu, bahwa akan ada jalan dari masalah yang datang saat ini.”
“Antar aku ke tempat biasa Mas Hanif dan wanita itu bermalam.” Ajak Shofia menatap Karin.
“Kamu sanggup melihat kenyataan?”
“Sanggup, asal kamu menemani aku. Kuat tidak kuat, aku harus kuat. Demi melihat bukti nyata, dan ingin tahu apa yang Mas Hanif mau dari perselingkuhan ini.” Ujar Shofia, sambil menghapus air matanya.
“Baiklah, tapi kamu harus janji,”
“Janji apa?”
“Jangan memukul, atau berkelahi atau melukai, bersikap profesional. Jangan sampai kamu terlihat lemah di hadapan Hanif.” Ujar Karin memberikan nasehat.
“Iya, aku janji.”
“Cuci muka dulu, setelah itu kita berangkat. Ada Mas Rakha yang akan mengantarkan kita.”
“Sekali lagi terimakasih.”
“Sama-sama, tapi jangan kebanyakan bilang terimakasih.” Ledek Karin.
Shofia masuk kekamar mandi untuk cuci muka. Setelah selesai langsung menemui Karin yang sudah keluar terlebih dahulu dari kamar.
Terlihat sedang berkumpul di ruang keluarga. Shofia menghampiri Ibu Ainun dan Bapak Aris. Menyalaminya dan duduk di dekat Karin.
“Tante, Bapak. Maaf sudah merepotkan. Shofia pikir datang kesini pengen ketemu tante karena lama tidak bertemu. Ternyata datang kesini dalam keadaan tidak sadarkan diri.”
“Tidak apa-apa Fia. Tante kangen sama kamu, sekarang cepat temui suami kamu. Selesaikan dulu masalahnya. Tante doakan semoga ada jalan terbaik.”
“Amin, terimakasih tante.”
“Kamu jangan sampai mengamuk atau menyakiti mereka. Pikirkan masa depan anak kamu ya.” pesan Bapak Aris.
“Iya Bapak, Shofia berusaha tidak marah nantinya.”
“Pergilah, hati-hati ya.” Ujar Ibu Ainun.
“Kalau gitu, kita pamit ya Ma, Pa.”
“Tante, Om. Rakha ngantar Karin dan Shofia dulu.”
“Titip mereka ya Nak.”
“Iya, pasti.”
Setelah itu mereka pergi, Ibu Mely dan Bapak Aris mengantarkan sampai teras. Bersyukur Rakha menemani Karin dan Shofia.
Didalam mobil Shofia banyak diam. Dia masih belum percaya dengan apa yang di lakukan Hanif. Pernikahan yang sudah berjalan tujuh tahun, haruskah berakhir karena hadirnya orang ketiga. Apa yang akan terjadi jika Naina tahu Papa nya telah memilih wanita lain. Tidak kuat memikirkan semua itu Shofia menjambak rambutnya sendiri.
Karin tidak sadar jika Shofia di belakang sedang frustasi memikirkan hidupnya. Saat menoleh kebelakang Karin terkejut. Karena Shofia masih menangis sambil menarik rambutnya.
“Hei Shofia, kamu jangan menyiksa kamu sendiri. Hentikan, Shofia.” Karin setengah berteriak.
“Kalau Kamu seperti itu kita tidak usah menemui Hanif.” Ujar Rakha tegas.
Shofia pun diam, menghapus air matanya. Karin tahu apa yang dirasakan Shofia sangat menyakitkan. Bahkan lebih sakit dari luka bakar.
“Pikirkan masa depan putri kamu. Kalau kamu seperti itu, bagaimana bisa kamu memperjuangkan semuanya. Kamu harus terlihat sukses di mata Hanif. Jangan sampai Hanif menertawakan kamu. Laki-laki seperti dia, tidak akan punya belas kasihan.” Ujar Rakha, meski terlihat diam dan tidak perduli, ternyata Rakha sangat dewasa dalam berpikir.
“Mas Rakha, benar Shofia. Berhenti menangis. Jangan tunjukkan kalau kamu sedih atau apapun itu. Biar kamu tidak di anggap tergantung kepada Hanif.”
“Iya, kalian benar. Aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Aku harus bangkit demi Naina putriku.”
Karin tersenyum, dia pun berbalik menghadap kedepan lagi. Karena jaraknya tidak terlalu jauh. Tidak perlu berjam-jam untuk sampai. Akhirnya mereka pun sampai, di losmen tempat biasa Hanif datang.
Mereka bertiga turun dari mobil. Shofia memegang dadanya, saat melihat mobil Hanif diparkir di pojok kanan losmen.
Rasa sakit kembali datang, selama tiga tahun berubah, ternyata hanya untuk bersenang-senang. Karin langsung menarik tangan Shofia, untuk ikut masuk kedalam. Rakha langsung menunjukkan identitas diri kepada Resepsionis losmen.
Mereka seperti takut saat tahu yang datang seorang polisi. Mungkin losmen itu sering ditempati para laki-laki dan perempuan yang tidak punya ikatan. Sehingga melihat identitas Rakha, mereka takut.
“katakan nomor berapa kamar Hanif,” Tanpa melihat kearah Resepsionis itu.
“Sebentar Bapak, kami cek.”
“Cepat, jangan sampai bohong. Kalau tidak tempat ini saya gerbek.”
“Iya, Bapak sebentar. “ Jawab Resepsionis itu gugup.
“Nomor 20 Tuan lantai dua.”
“Terimakasih.”
Mereka langsung naik kelantai dua, tangan Shofia di gandeng oleh Karin. Karena Shofia terlihat gemetar.
Saat sudah sampai di depan kamar nomor 20, Shofia mengetuk pintu. Setelah tiga kali ketukan, pintu baru terbuka. Mata Shofia langsung membulat sempurna. Yang dilihat di hadapannya bukan mimpi, tapi sebuah petir yang seakan menyambar tubuh Shofia. Laki-laki yang dia anggap suci, ternyata lebih hina dari binatang. Menjijikkan dan memalukan.
Begitu juga Hanif, dia sangat terkejut dengan kedatangan Shofia yang secara tiba-tiba. Tidak pernah menyangka jika Shofia akhirnya mengetahui perselingkuhannya. Yang disembunyikan selama hampir tiga tahun.
Masih dalam suasana terkejut, Shofia terasa disiram air mendidih. Yang langsung mengelupaskan tubuhnya. Sakitnya tidak lagi bisa diuraikan dengan kata-kata, semua yang di perjuangkan menjadi sia-sia. Karena perubahan Hanif di sebabkan oleh orang ketiga.
Plak, plak,
Dua tamparan mendarat di pipi Hanif. Membuat Hanif tersadar dari suasana terkejutnya.
“Apa yang membuat kamu menyakiti aku? Kurang sabar bagaimana aku menjalani pernikahan kita? Dan siapa wanita gatal yang sudah merayu kamu?” Ujar Shofia dengan nada keras.
Karin dan Rakhan bersembunyi dekat lift. Mereka tidak ingin ikut campur masalah rumah tangga Shofia. Tapi Rakha siap siaga, takut Shofia mengamuk, terus memantau dari jauh.
“Diam Shofia. Pelan kan suara kamu,” Nada Hanif tinggi.
“Kamu marah? Ketahuan selingkuh? Kamu malu atau takut aku adukan sama orang tua kamu?”
Teriak Shofia.
“Diam Shofia.” Mulut Shofia di bungkam oleh Hanif.
Shofia meronta-ronta, dan akhirnya dilepas juga oleh Hanif.
“Kamu mau tahu kenapa aku selingkuh. Kamu mau tahu kenapa aku berubah?”
“Iya, aku mau tahu alasan kamu menyakiti aku.”
“Karena kamu, sudah kurang berasa saat melayani aku. Penampilan kamu sudah menbuat aku neg.” Ujar Hanif pelan, tapi bagaimana sebuah tamparan.
Ucapan yang tidak mampu Shofia jawab. Singkat tapi penuh kepedihan dan rasa sakit yang melukai Shofia.
Masih dalam kebiasaan, laki-laki yang di anggap baik dan takut dosa, ternyata sudah lama menjalin ikatan dengan wanita lain. Dengan alasan Shofia tidak layak lagi. Perempuan mana tidak sakit hati, perempuan mana tidak hancur saat suaminya mengatakan itu semua.
Kita berubah bukan karena kemauan kita. Tapi karena kekurangan biaya untuk merawat tubuh kita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
NasyafaAurelia🐧
mau istri berpenampilann cantikk modalin donkk , jatah 3 juta mana cukup buat buat makan n bli skincare ,nyalon ,dllnya.....
2021-10-22
0
YK
pengin istri cantik tapi gak dimodalin... apa bedak dan foundation cukup dari tepung? apa cabe bisa menggantiian lipstik? 😑
2021-09-24
0
Sulati Cus
hadeuh suami mcm gini g kyk di perjuangin klu mau istri tampil cantik y modalin donk buat merawat diri, gaji 25 jt ksh istri cm 3jt buat masak aha kurang boro2 buat memanjakan diri aduh knp jd ak yg ngomel.
2021-08-06
0