Adit di lemah, harus menerima perjodohan dengan wanita yang dia tidak cintai, wanita yang menurut sedikit bar-bar, atau mempertahankan Sesil yang betul-betul tidak direstui oleh mama.
.
.
.
.
.
Sedangkan mama Metha dan bunda Astrid lagi shopping berdua di mall, sambil merencanakan perjodohan anak mereka.
"Mbak apa itu anak berdua mau menerima perjodohan ini?" tanya bunda Astrid.
"Harus mau bagai mana pun caranya, soalnya aku udah terlanjur sayang sama Dita," jawab mama Metha.
"Semoga saja mbak, soalnya Dita itu cuek, nggak pernah mau jawab ya atau tidak."
"Sama dengan Adit, aku juga bingung sama itu anak," umur dia udah tua."
Kedua orang tua yang masih merasa ABG ini, keliling mall untuk mencari sesuatu yang mereka inginkan,sampai mereka lupah waktu.
Karena sudah mulai sore ke orang tua berjiwa ABG itu memutuskan untuk pulang, karena sebentar lagi suami dan anak mereka pulang kantor, jadi mereka harus di rumah Sebelum suami mereka pulang dari kantor.
Sedangkan Dita masih berkutat dengan pekerjaan nya, dia melirik jam tangannya, sedikit lagi jam pulang kantor, dia segera menyelesaikan pekerjaan nya.
Setelah semua pekerjaan nya selesai Dita langsung membereskan meja kerjanya dan bersiap-siap untuk pulang, dia keluar dari ruangannya bersama dengan Lia, mereka berdua berjalan menuju lift sambil ngobrol santai.
Mereka berdua memasuki lift menuju lobby, setelah sampai di lobby dan langsung keluar dari lift untuk menuju parkiran
Dita dan Lia sama-sama membawa mobil mereka masing-masing, pas mau menuju parkiran dia bertemu lagi dengan Adit dan Yohan.
"Selamat sore pak," sapa Dita dan Lia kepada Yohan.
"Sore juga," Dita kamu tidak pulang bareng dengan Adit kan kalian tetangga."
"Aduh terimakasih pak tawarannya, tapi saya tidak bisa, karena nanti saya beku, kalau satu mobil dengan es balok," jawab Dita.
Lia hanya bengong dan jadi pendengar setia, karena dia tidak mengerti apa yang bos dan sahabat nya bahas.
"Pak.. Dita, aku duluan ya," pamit Lia
"Tunggu gue Lia.. gue juga pamit ya pak," Dita langsung mengejar Lia.
Adit hanya diam dengan muka datarnya, sedangkan Yohan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Dita.
" Anaknya lucu.." sambung Yohan sambil menatap Dita.
"Mata loe yang katarak, anak bar-bar begitu di bilang lucu," sambung Adit.
"Jangan benci, nanti lama-lama bucin jadinya," Jawab Yohan sambil menuju mobilnya.
Adit dan Yohan menaiki mobil masing-masing, sedangkan Dita sudah duluan dengan Lia.
Selama perjalanan Dita memutar musik di mobilnya supaya tidak suntuk di jalan karena macet, Dita memang paling suka dengar musik, karena menurut dia dengar musik bisa menghilangkan capek dan stres.
Sepanjang perjalanan Dita ikut menyanyi, mengikuti lagu yang dia putar, sampai tidak terasa dia sudah sampai di rumahnya, setelah memarkirkan mobilnya di garasi, dia segera turun dari mobil dan menuju pintu, tapi tiba-tiba dia melihat Adit yang juga masuk ke halamannya, dia juga baru pulang, Dita segera meneriaki Adit.
"Woi... tetangga, baru pulang juga, kirain masih betah jadi tukang parkir." Dita tertawa sambil berlari masuk rumahnya.
Sedangkan Adit hanya diam saja, tidak merespon Dita, dia segar masuk ke dalam rumahnya juga.
"Adit segera masuk dalam rumahnya, " Sore ma.." sahut Adit.
"Sore juga sayang, siapa yang teriak tadi?" tanya mama Metha.
"Oh titisan sanggokong ma.." jawab Adit dengan santai dan langsung menuju kamarnya di lantai dua.
Mama Metha heran siapa yang di maksud Adit titisan sanggokong, dia mau tanya anaknya tapi sudah nyelonong naik ke kamarnya.
Bedah halnya dengan Adit, Dita langsung masuk rumah dan menghampiri bunda nya di ruang keluarga.
"Sore bunda ku yang cantik, tapi lebih cantik anaknya," sahut Dira sambil mencium tangan bundanya.
" Tadi kamu teriaki siapa lagi, ini bukan hutan Dita."
"Tenang bunda, Dita tadi cuma teriaki si bambang," jawabnya sambil cengengesan.
"Siapa?" Bambang, emangnya kita ada tetangga bernama Bambang?"
"Ada dong bunda.. tidak usah penasaran nanti pasti bunda tau."
"Ya sudah kamu mandi, habis itu turun bunda masak untuk makan malam, sebentar lagi ayah pulang."
Dita naik ke kamarnya, sedangkan bunda Astrid menuju dapur untuk memasak makan malam mereka bertiga, karena kakak Dita tidak tinggal dengan mereka, dia tinggal di kota lain.
Sesampainya di kamar Dita menyimpan tas di atas meja riasnya, dan segera menuju kamar mandi untuk mandi, seperti biasa dia mandi sambil bersenandung, sekitar dua puluh menit Dita selesai mandi, dan segera keluar kamar mandi, dan ganti baju, memakai baju santai.
Setelah selesai Dita langsung turun membantu bundanya untuk masak, bagi Dita itu sudah biasa, bukan cuma masak, Dita juga pandai mengurus rumah.
Sesampainya di dapur dia segera menghampiri bundanya yang lagi asik memasak dengan di bantu oleh Mia pembantu di keluarga mereka.
"Bunda apa yang bisa Dita bantu?" tanya Dita.
"Kamu potong-potong sayur ya?"
"Ok soal gampang itu bunda, mau masak apa pun Dita bisa,"
"Jadi udah siap dong menikah dengan Adit kalau begitu?" sambung bundanya.
"Aduh salah bicara lagi non," jawab si Mia sambil tertawa.
Mia masih mudah, seumuran dengan Dita, jadi kalau bersama Dita mereka nyambung, mereka memperlakukan Mia dengan baik, mereka sudah menganggap Mia keluarga mereka, jadi kalau Dita bercanda dengan Mia itu udah biasa.
"Mia loe aja yang nikah sama si Adit, nanti gue endorse nya." tawar Dita.
Kok gue si non, kan yang di jodohkan dengan dia kan non Dita,"
Tiba-tiba bel berbunyi Mia segera menuju pintu depan, mengecek siapa yang datang.
"Selamat sore menjelang malam tuan," sapa Mia
"Sore juga Mia, jawab ayah Romi dan segera masuk ke dalam rumah, dan bunda Astrid sudah menyambut nya.
Mia segera masuk ke dalam dapur, untuk menuntaskan pekerjaan nya.
Dita dan Mia asik masak berdua, karena bunda Astrid mengurus suaminya yang baru pulang kerja.
"Non.. menurut Mia ya, den Adit itu ganteng loh," masak non Dita tidak mau sama dia?" tanya Mia.
"Ia memang ganteng, gue akui, tapi gue nggak suka karena muka datar," lanjut Dita.
"Tapi biasa orang begitu non, kalau sudah sayang dan cinta, gila tampah posesif non."
"Dari mana loe tau?" tanya Dita.
"Ya baca di novel non," lanjut Mia
"Dasar penggila novel, jadi loe percaya cerita-cerita di novel?"
Mereka berdua asik cerita sambil masak, tidak terasa mereka selesai masak, dan juga sudah selesai menyajikannya di meja.
Dita segera pergi memanggil bunda dana ayahnya untuk makan malam.
"Bun.. anak kita ini udah pandai masak, udah cocok menikah," goda ayah Romi.
"Nggak usah panggil bunda dengan singkatan Bun.." lanjut Dita.
"Emangnya kenapa?" tanya bundanya.
"Soalnya bunda, nanti ayah kebiasaan panggil Bun.. lama-lama jadi buntal," jelas Dita.
"Ada-ada saja kamu ini Dita," sambung bundanya
"Siapa tau lidahnya ayah keseleo," lanjut Dita sambil tertawa.
Mereka makan sambil ngobrol-ngobrol kecil, mereka menceritakan kegiatan mereka sepanjang hari.
.
.
.
.
.
**Bersambung 😘
Hai guys cerita nya sampai di sini dulu ya, jangan lupah like dan komentar ya🙏 terimakasih 😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Intan Puspasari Sari
emng gitu yg kraktrnya dingin KY es balok v dia itu pnyayang & setia looch
2021-09-17
0
Anna Alfanja
titisan sanggokong wkwkwk ngakak thor adit mah ada2 aja ngasih julukan ke dita
2021-09-16
0
Miswati Aekok
dita bar bar, cocok sama es balok,,, semanggattt thor
2021-09-01
0