Perasaan Arya

Setelah mengikuti lomba dance, Disya takut kembali ke bangku penonton karena Arya pasti akan bertanya-tanya dan bahkan mungkin akan meledek. Kalau berhasil membuat dia ill feel padanya, berarti sesuai rencana. Tapi kalau ternyata dia malah makin menyukainya, aku harus bagaimana?

Arya sudah menanti Disya ingin menunjukkan video yang dia rekam tadi untuk meledeknya. Tapi tak kunjung terlihat. Hingga tiba pengumuman pemenang lomba dance. Saat itu ternyata Disyalah yang menjadi pemenangnya dan membawa hadiah langsung tablet merk Samsung Galaxy.

Arya lalu menjemputnya di dekat panggung saat acara sudah selesai.

"Selamat ya Disya" ucap Arya.

"Terima kasih kak"ucap Disya senang. Akhirnya dia bisa juga punya tablet tanpa harus membelinya. Dan ini adalah hasil jerih payahnya dalam mengikuti lomba.

"Ayo kita pulang" kata Arya mengulurkan tangannya membantu Disya menuruni panggung dance itu. Disya menyambut tangannya dan berjalan bersama menuju area parkiran. Dimobil, Disya lalu melepas rompi jas yang sudah basah dengan keringat itu dan memasukkannya ke dalam tasnya. Begitupun topeng dan gelang warna warninya. Disya lalu memeluk hadiahnya dengan erat dan ekspresi muka yang paling bahagia.

"Akhirnya aku mendapatkanmu tabletku" kata Disya senang. Arya melihatnya ikut senang. Ia lalu menyalakan mobilnya. Kemudian menyalakan AC mobil, GPS dan Music, lalu memasangkan seat beltnya.

"Disya, kenakan seat beltmu" perintah Arya karena ada alarm belum memasang seat belt pada monitor.

Lagu Dynamite-BTS pun terputar kembali. Disya lalu menggantinya agar dia tak membahas yang lain soal nge-dancenya tadi. Dia mengganti dengan Budi doremi-Mesin Waktu

"Akhirnya aku melihat sisi liarmu, pantas saja kau sangat memilih makanan dan menjaga pola makanmu" kata Arya.

"Apakah kamu sangat menikmatinya?" tanya Arya.

"Ya bisa dibilang seperti itu" jawab Disya.

"Sejak kapan kamu suka dance?" tanya Arya.

"Sejak suka nonton Drakor aja" jawabnya.

"Tunjukkan apalagi yang kau bisa. Kau membuatku makin penasaran" kata Arya mendekatkan wajahnya pada Disya sebelum mulai menyetir.

'Deg.. deg..deg' serasa jantung Disya makin tak karuan. Bukannya ill feel padanya namun Arya makin tertarik padanya.

"Jangan penasaran, nanti kakak jadi suka sama aku" canda Disya

"Boleh jujur ga?" Arya menatap Disya dengan lekat.

"Kakak sudah suka sama kamu" tambah pengakuannya.

'Deg

Disya menutup mulutnya karena kaget dan jantungnya saat ini berdegup tak karuan. Kemarin kak Ardi, sekarang kak Arya. Apa yang harus aku katakan?

"Kenapa kakak menyukaiku?" tanya Disya untuk mengatur ritme nafas dan alunan jantungnya yang masih berdegup.

Lalu Arya meraih tangan Disya. Arya merasakan tangan Disya kenapa jadi sedikit bergetar dan dingin. Apakah dia nervous atau merasakan hal yang sama dengannya.

"Entahlah tapi perasaan itu muncul begitu saja, sejakku bertemu denganmu. Kakak selalu merasakan merindukanmu. Setiap hari berharap pagi cepatlah datang agar aku bisa bertemu denganmu" ujar Arya

"Secepat itukan seorang pria mudah jatuh cinta. Padahal, aku baru lima hari kerja disini?"

"Cinta itu datang tidak memandang waktu sya" jawab Arya

"Kak, aku harap kakak jangan menyukaiku" ucap Disya.

" Kenapa aku tak boleh menyukaimu, sya?" tanyanya mulai serius.

" Kalau boleh jujur, aku juga menyukai kakak.. tapi... aku takut kalau kakak menyukaiku hanya karena wajahku mirip dengan Almarhumah kak Jihan. Itu akan membuatku jauh lebih sakit kak." ucap Disya tanpa terasa air matanya menetes dan memalingkan wajahnya dari Arya.

"Sya" panggil Arya, sambil memegang dagunya Disya untuk kembali menatapnya. Melihat Arya menangis, dia menghapusnya dengan telapak tangannya dengan lembut.

"Kepribadianmu dengan Jihan amatlah berbeda walaupun wajah kalian mirip. Aku sudah meyakinkan perasaan itu dan ternyata aku lebih menyukai Disya yang dari luar terlihat kuat namun hatinya ternyata mudah menangis tanpa bersuara. Dan hatiku tersentuh olehmu" ujarnya.

"Tapi ada satu lagi kak yang aku semakin takut untuk menyukaimu terlalu dalam." katanya sambil sesenggukan menangis namun tak ada suara membayangkan akan banyak pihak pastinya menentang karena perbedaan agama.

"Apa?Katakanlah?Agar kita bisa mencari solusinya" kata Arya berusaha menenangkan hatinya.

"A..aku seorang Muslim dan kakak.. non muslim. Akan banyak pihak yang pasti menentang kita." kata Disya kembali berurai air mata.

Jawaban Disya membuat Arya mematung sejenak karena seperti Dejavu dirinya tidak menutup kemungkinan akan terpisah lagi dengan orang yang dicintainya. Pernyataan yang sama dengan Jihan terulang kembali.

"Sebab itu aku berniat untuk tak menyukaimu terlalu dalam kak. Jadi, Disya mohon pada kakak, jangan menyukaiku ya kak, please!" Disya memohon dengan berurai air mata.

"Jangan berkata seperti itu Disya. Kau tidak bisa melarang hati seseorang untuk tidak menyukaimu."

"Tapi kak..."

Arya menempelkan jarinya ke bibir Disya untuk berhenti berbicara. Lalu mengambilkan tisu untuk Disya yang semakin deras air matanya namun tak ada suara tangisan.

Arya lalu melajukan kendaraannya agar Disya kembali tenang.

Yang membuat Arya lega, Disya pasti menangis seperti ini karena dia juga menyukainya tapi saat ini dia sedang berusaha keras untuk mengubur dalam-dalam perasaannya.

Lagi-lagi alasan beda agama yang selalu menjadi penghalang baginya. Apakah tidak boleh beda agama itu menikah? Mungkin bagi agama yang diyakini Arya membolehkan. Namun tidak dengan Disya dan Jihan. Tapi agama yang diyakini adalah turun temurun. Terbesit dihatinya bagaimana jika dia saja yang pindah ke agama yang diyakini Disya. Tapi melihat Disya lebih keras kepala ketimbang Jihan kala itu. Jangan-jangan idenya makin membuat Disya semakin ingin menguburnya. Tapi harus diutarakan agar tidak menjadi beban dihatinya

"Bagaimana jika aku saja yang seiman denganmu, apakah kamu akan menerimaku?" tanya Arya.

Disya terkejut dengan penyataan Arya barusan. Tak mungkin dia bisa memikirkan ide gila seperti itu. Apakah ia sudah memikirkannya berulang kali sebelum mengucapkannya?

"Jika kakak pindah keyakinan karena aku, apakah kakak akan mencintai Tuhanku, Nabiku serta agamaku? Jika kelak aku menyakitimu, apakah kelak kau akan meninggalkan agamaku dengan begitu saja? Aku tak akan bisa memaafkan diriku jika alasan kau pindah keyakinan hanya karena aku, kak" ucap Disya yang sangat menohok dan menampar hatinya.

Arya sendiripun belum yakin akan niatnya pindah keyakinan itu. Walaupun dia anak SMA tapi prinsipnya sudah tergambar dengan jelas dan kuat.

"Kak.. pelan-pelan saja kau bisa mencoba menghilangkan rasa sukamu padaku ketimbang kakak pindah keyakinan karena aku. Aku hanya ciptaan Tuhanku yang bisa saja nyawa ini tiba-tiba dipanggil menghadap-Nya."

Arya lalu membelokkan setirnya untuk menepi dan menghentikan laju kendaraannya.

"Sya, please jangan bicara seperti itu. Baiklah jika itu keinginanmu. Tapi jika seandainya aku tak bisa melupakanmu tapi malah makin menyukaimu dan keyakinanku untuk pindah lebih kuat, bagaimana denganmu? apakah kau tetap mengubur perasaanmu?" ujar Arya sedikit emosi karena sedih Disya bicara seperti itu. Dia ga bisa membayangkan kalau harus kehilangan Disya seperti dirinya kehilangan Jihan kala itu.

Disya terdiam dan mendengarkan lagi ucapan Arya.

"Sya, tetaplah kita jalani perasaan kita masing-masing. Luapkanlah perasaanmu yang sesungguhnya. Aku tetap akan berada di sampingmu sya dan tetap mencintai serta menyayangimu. Aku akan memberikan waktu. diantara kita." ucap Arya mengecup kening disya dan melajukan kembali kendaraannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!