Asyik Bermain

Akhirnya sampai juga mereka ditempat rekreasi terbesar di Jakarta. Dunia Fantasi yang terletak di Ancol kawasan Jakarta Utara. Disya dan Arya lalu bergerak menuju kantor pemasaran. Dikantor pemasaran mereka mulai bertanya dan bernegosiasi terkait perencanaan Family Gathering. Setelah mencapai harga deal dengan bagian pemasaran. Kemudian Arya memberikan kartu namanya dan meminta pihak pemasaran Dufan untuk segera mengirimkan price list dan benefit ke emailnya. Sebelum pulang, Arya berniat ingin bermain sebentar di wahana itu bersama Disya.

Arya lalu menarik tangan Disya dan mohon "Saya mau main wahana di sini sebentar, maukah kau menemaniku?"

"Perut saya sudah lapar kak. Bisakah kita mencari makan dahulu?" pinta Disya.

"Didalam juga ada restoran, kita makan disana saja ya" Kata Arya yang juga sudah lapar tentunya.

"Baiklah" kata Disya. Kemudian Arya membeli dua tiket masuk Dufan dan Disya berjalan dibelakang Arya.

Mata Arya lalu mencari keberadaan Restoran cepat saji yang berada di dalam Dufan. Setelah menemukannya, Arya lalu menggenggam tangan Disya memasuki restoran tersebut. Mereka memesan makanan menu paket ayam dan soupnya. Disya meminta pelayanannya mengganti soda dengan air mineral saja. Setelah pesanan lengkap, Arya mengeluarkan kartu black card-nya untuk membayarnya.

Arya tak mengizinkan Disya membawa makanannya. Arya lalu meraih nampan dan membawanya ke sudut di dekat jendela. Arya meletakkan jaketnya dibelakang kursi itu dan Disya bergegas ke wastafel untuk cuci tangan dan duduk tepat didepan Arya. Kini mereka makan berhadap-hadapan dan memilih saling diam.

Arya melihat Disya tak menghabiskan makanannya karena beralasan lauknya terlalu banyak dan membuatnya cukup kenyang. Setelah menghabiskan makan, mereka berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan dan mengambil jaket Arya yang melekat dikursi.

"Ayo sya kita bermain. Kamu tidak takutkan dengan semua wahana disini?" tantang Arya.

"Tentu tidak, dulu saya sering main ke sini bersama ayah" jawab Disya.

Kemudian Arya memulainya dengan wahana Kora-kora, Halilintar, Niagara-gara, Arum Jeram, Pontang Panting, Hysteria, Kereta Misteri, Baku Toki dan Terakhir Istana Boneka

Sepanjang waktu bermain mereka selalu foto bersama dan minum es kopi. Baju mereka sudah basah gara-gara naik Arum Jeram dan Niagara-gara. Kini mereka mengantri untuk masuk ke dalam Istana Boneka karena Disya ingin sekali kesana katanya kangen dengan masa kecilnya. Di Istana Boneka, Arya hanya memperhatikan wajah Disya. Wajah Disya membuatnya berdegup kencang ditambah posisi duduk mereka amat dekat. Arya dengan refleks mencium pipi Disya.

"Kak" kata Disya kaget

"Maaf... Refleks" kata Arya lalu menggeser posisi duduknya. Arya menyesal tak bisa mengendalikannya perasaannya. Disya lalu memunggungi Arya dan mengusap-usap pipinya. Hati mereka kini menjadi dag dig dug tak karuan apalagi suasana disini sangat gelap dan sepi pengunjung. Mereka jadi serba salah tingkah dan saling berdiam diri selama berada didalam tidak seperti saat bermain diwahana lain tadi yang sama-sama sangat energik, saling memegang dan menarik tanpa rasa canggung dan malu.

Tanpa terasa hari sudah menjelang maghrib. Namun Arya masih ingin bersama Disya. Disya lalu mengingatkan Arya bahwa mereka belum absen pulang kerja dan harus kembali ke kantor. Arya menurut, lalu menghidupkan mesin mobilnya. Disya masuk dan duduk manis dimobil Arya. Arya lalu menyalakan musik dan mulai mengemudi.

Saking lelahnya Disya hari ini, dia tertidur dengan pulas dan mengigau. Arya melihat posisi tidur Disya yang kurang nyaman karena kedinginan, Arya menepikan kendaraannya. Dia meraih jaket dan menyelimuti tubuh mungil itu Disya.

"Kak, aku lelah"

"Tapi aku sangat senang. Makasih ya" ucap Disya mengigau.

"Aku juga sangat senang Disya. Mimpi yang indah ya" kata Arya pada Disya yang tertidur dan melajukan kendaraannya kembali.

Arya sudah sampai dikantor tapi Disya tidak bangun juga. Arya yang tidak tega membangunkannya segera mencari kartu nametagnya di dalam tas Disya yang berada di jok belakang.

Setelah menemukannya, ia lalu membawanya ke mesin absen. Setelah absen, Arya segera kembali menuju ke mobil dan melajukan kendaraannya menuju Restoran cepat saji.

Disya terbangun saat mobil berhenti disebuah restoran cepat saji

"Lho kak, bukankah kita harus absen dulu?" tanya Disya.

"Sudah absen, Maaf tadi saya tidak tega membangunkanmu. Nametagnya ada di tas." Arya memberi penjelasan.

"Makasih ya kak" ucap Disya dan baru sadar bahwa tubuhnya diselimuti oleh jaket milik Arya. Jaketnya masih wangi padahal tadi dia sudah berkeringat.

"Ayo, kita turun makan, setelah itu saya antarkan pulang." ajak Arya saat mobilnya sudah selesai terparkir.

"Ya"

Kemudian mereka memasuki Restoran cepat saji itu dan memesan beberapa menu makanan yang mereka sukai. Setelah kenyang, Arya mengantarkan Disya pulang. Namun Disya meminta berhenti di Indomaret yang lumayan jauh dari rumahnya. Karena Disya sadar, mobilnya tidak akan muat masuk ke jalan menuju rumahnya dengan dalih mau membeli sesuatu di sana.

"Kamu yakin ga mau saya antar sampai depan rumah. Padahal saya ingin meminta maaf kepada kedua orang tuamu karena telah mengajakmu pulang larut malam"

"Akh tidak usah kak. Orang tua saya juga sedang dirumah paman saya. Saya malah ga enak sama tetangga kalau kakak datang ke rumah saya yang sedang kosong" kata Disya beralasan agar Arya tak jadi mengantarnya sampai ke rumah.

"Baiklah. Salam untuk kedua orang tuamu ya dan sampaikan permintaan maafku padanya" kata Arya yang sebenarnya khawatir menurunkan Disya bukan dirumahnya.

"Okey.. Makasih ya kak atas hari ini" ucap Disya berterima kasih.

"Jangan tidur malam-malam. Besok harus masuk soalnya" pesan Arya sebelum meninggalkannya.

"Siap boss" katanya sambil hormat santai.

Mereka lalu saling melambaikan tangan mengucapkan perpisahan. Setelah melihat mobil Arya mulai berlalu. Disya lalu berjalan memutar arah. Namun siapa sangka bahwa rasa khawatir Arya terlalu berlebihan sehingga dia menghentikan mobilnya dan memarkirkannya dengan aman. Dia memilih untuk membuntuti Disya hingga masuk ke dalam rumah, memastikan bahwa Disya benar-benar aman sampai rumah.

Seluruh orang disini ternyata sangat mengenal Disya. Mungkin karena pembawaannya ramah sehingga semua orang yang dilaluinya menyapanya.

Saat Disya mulai memasuki rumah bercat warna biru yang bisa dibilang sangat sederhana. Disya memeluk dan menyebutnya Mama, disampingnya ada seorang laki-laki seumuran mamanya. Mungkinkah itu mama dan ayahnya Disya.

Kenapa Disya tidak jujur saja, kalau rumahmu tidak bisa dimasuki mobil? Kenapa harus beralasan bahwa kedua orang tuanya pergi ke rumah saudaranya. Arya yang kini telah mengetahui rumah Disya dan kebenarannya. Ia bergegas pulang ke Apartemen yang terletak di dekat kantornya. Tak mungkin ia pulang ke rumahnya karena sudah terlalu lelah dan mulai mengantuk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!