Kenangan

Keesokan harinya saat jam istirahat kantor. Tim Family Gathering berpencar melaksanakan tugasnya. Hanya galih yang tinggal sibuk merancang kata-kata, gambar dan spanduk. Fahmi pergi ke beberapa agen bus pariwisata. Siska mulai membagikan quesioner ke semua karyawan untuk Family Gathring. Arya dan Disya pergi survey ke tempat wisata menggunakan mobil milik Arya.

Dikejauhan Ardi melihat Disya dan Arya membawa tas dan sudah berganti baju dengan pakaian bebas namun sopan. Entah kenapa warnanya senada seperti baju couple. Ardi penasaran, apakah mereka sudah jadian? Kalau benar memang sudah jadian, berarti Disya gampang ditahlukan dan dipikat kembali. 'Aku akan merebutmu darinya' batin Ardi.

Arya lalu membukakan pintu mobil untuk Disya, memastikan dia masuk lalu menutup pintunya. Kemudian berjalan menuju setir untuk mengendarainya. Disya memasang safety belt dan Arya masuk lalu menyalakan mesin mobil dan memakai safety belt. Arya menghidupkan AC mobil dan menyetel musik Budi Doremi-Melukis Senja agar memecah suasana keheningan mereka.

Arya sedang memperhatikan Disya sedang berdo'a, lalu Arya melakukan hal yang sama dan segera melakukan kendaraannya. Tak lama kemudian terdengar bunyi WA Disya. Disya lalu membukanya dan terdengar bunyi WA yang sama milik Arya, namun Arya membukanya via layar mobilnya yang sudah dihubungkan dengan perangkat smartphonenya. Betapa kagetnya mereka melihat kiriman foto diri mereka saat makan kemarin dan pagi ini yang diambil diam-diam. Lalu saling tatap-tatapan dan tersenyum senyum sendiri.

"Ternyata baju kita warnanya mirip ya pak? Padahal ga janjian. Jadi orang salah paham, maaf ya pak" kata Disya meminta maaf merasa tak enak sudah jadi bahan gosip karena dirinya.

" Kenapa minta maaf?" tanya Arya.

"Dan Disya, bisakah kau memanggilku kakak, seperti halnya kau memanggil Siska dan Galih." pinta Arya padanya.

"saya tidak bisa karena kau adalah atasanku." jawab Disya pelan

"Okey gini aja, kalau sedang berdua panggil aku dengan kakak. kalau dikantor boleh panggil aku pak, mengerti!!?"

"Tapi pak.. eh kak" kata Disya meralat saat raut wajah Arya berubah tak suka.

"Justru kita saat ini sedang survey, kalau orang mendengar dan melihatmu memanggilku dengan pak, nanti bisa terjadi salah paham lagi dikira saya om-om genit" Arya memberikan penjelasan pada Disya agar mau memanggilnya kakak. Disya tertawa kecil.

"Ehm.. baiklah pak eh kak. Maaf saya belum terbiasa kak." jawab Disya merasa canggung.

Setelah itu Arya menelpon Siska untuk mengucapkan terima kasih ya atas kirimannya. Ia menyukai hasil jepretannya. Dan berniat ingin memberikannya tugas tambahan yaitu seksi dokumentasi atau fotografer. Siska menolaknya, namun beberapa saat memikirkan tawaran Arya dan menerimanya. Siska memikirkan ide baru dalam otaknya untuk menjahili temannya itu.

"Kenapa cepat sekali berubah?Tadi kamu menolak sekarang menerima?" tanya Arya heran.

"Sudah-sudah, tenang saja aku akan terima tugas itu dengan senang hati. Lekaslah kembali dan hati-hati dijalan" jawabnya sambil mengakhiri pembicaraan.

"Hai Sis tung...."

"Tut.. Tut..Tut.." bunyi nada telepon diputus.

Arya menjadi kesal dan Disya hanya tersenyum saja dan menaruh kembali HPnya di saku kantongnya. Arya lalu kembali menyetel musik agar menghilangkan rasa kesalnya pada Siska.

Sepanjang perjalanan Arya mengobrol dengan Disya terkait betah tidak magang di PT Inti Garuda Persada, ada masalah atau menemui kendala selama magang dan sebagainya.

Disya menceritakan bahwa dulu saat magang, dirinya sempat kangen sama sekolah, nonton drakor dan menikmati tidur siang sepulang sekolah. Tapi semenjak magang, Disya mengaku sangat menyukai bekerja.

Arya justru terbalik dengan Disya, ia merindukan masa-masa sekolah, banyak kenangan manis saat disekolah dulu termasuk kisah cinta SMA. Arya. Arya menceritakan tentang kenangan manisnya dengan mantan pacarnya yang wajahnya sangat mirip dengan Disya. Namanya Jihan. Jihan adalah gadis yang sangat baik, rajin mengikuti kajian di masjid, sering ikut acara bakti sosial. Arya lalu meminta Disya mengambil sebuah foto di dashoard. Saat Disya melihatnya, betapa terkejutnya ia karena wajahnya mirip dengannya. Hanya Jilbab yang membedakannya.

"Mirip kan?" tanya Arya. Disya hanya mengangguk seakan masih syok ada orang yang mirip dengannya. Namun Disya merasa dirinya berdosa karena dia berhijab sedangkan dirinya tidak. Seakan dirinya sedang mengumbar aurat perempuan solehah itu di depannya Arya.

Arya lalu menceritakan kisah cintanya yang tak berjalan mulus karena faktor beda agama. Hingga akhirnya kedua orang tua mereka mulai luluh dan merestui hubungan mereka. Namun sayang, saat Arya hendak melamarnya, Jihan sakit keras dan meninggal dunia sebelum ia menikahinya.

Arya selalu menyalahkan dirinya yang tidak mengetahui tentang penyakit yang selama ini diderita Jihan. Padahal Jihan selalu bersama dengannya. Dia memang terlihat pucat, namun dia selalu beralasan ia memiliki kelainan gen kulit. Ternyata dia sedang mengidap Kanker Otak. Bodohnya Arya tak mencari tahu semua tentangnya. Hal itu yang membuatnya menyesal hingga saat ini. Jihan hanya bilang, dia akan tetap hidup dan mendampinginya walaupun beda alam.

Kemudian Arya menanyakan terkait pacar Disya. Disya terdiam dan mengaku tak pernah berpacaran. Karena dirinya memang ingin fokus pada pelajaran. Jikapun nanti bertemu, disya memiliki kriteria untuk dijadikannya sebagai pendamping.

Disya menyebutkan kriteria pria yang akan dia sukai. Dia sangat suka dengan pria dewasa, mandiri, penyayang, tidak menuntut lebih untuk merubah apa yang ada dalam dirinya, humoris, asyik diajak ngobrol, mendukung segala kegiatannya dan bisa menuntun saya menjadi lebih baik.

"Apakah itu seperti saya?" tanya Arya memberanikan diri. Disya terkejut dengan pertanyaan Arya. Tapi jujur sebenarnya Disya suka dengan Arya karena perlakuannya yang sangat baik padanya.

"Ehm.. Mungkin?" jawab Disya sedikit membuat Arya merasa abu-abu.

Disya lalu meletakkan kembali foto mantannya Arya ke dalam laci dashboard dan menutupnya kembali.

"Maaf kak, karena kehadiran saya yang mirip dengan kak Jihan membuat kakak mengingat kembali kenangan kakak." kata Disya yang mengerti akan maksud dari pertanyaan Arya

"Maaf ya Disya, tapi kalau boleh jujur saya senang kamu hadir disini. Walaupun kalian mirip, kalian tetaplah beda." kata Arya yang merasa tak enak takut Disya salah paham.

"Makasih kak sudah menerima saya magang disini. Tapi mohon perlakuan saya sebagai Disya saja, bukan orang lain." permintaan Disya yang agak kecewa karena perlakuan Arya ke dia karena dirinya mirip dengan Jihan.

"Tentu saja." jawab Arya.

Arya yakin pasti Disya saat ini sedang salah paham mengartikan perhatiannya kepadanya karena wajahnya mirip dengan Jihan. Memang dari awal Arya juga yang salah selalu terobsesi dengan Disya karena kemiripannya dengan Jihan. Namun akhir-akhir ini dia menyadari bahwa Disya lebih menarik hatinya.

Apakah Arya sudah mengganti posisi Jihan dihatinya?.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!