Perasaan Ardi

"Sya.. Disya.. Disya.. tunggu" kata Ardi setengah berlari mengejar Disya lalu menggenggam tangannya untuk menghentikan langkah berlarinya.

"Pertanyaanmu bodohmu itu secara tidak langsung menghinaku kak." marah Disya sambil membuang bekas kopi ke dalam tong sampah dekat pintu keluar.

"Entah kau menganggap aku cewe apa saat ini. Tapi jangan bawa-bawa pak Arya dalam hal ini." Disya memberikan penegasan.

"Lepasin tanganku kak" kata Disya mencoba melepaskan. Namun bukannya dilepas, Ardi memegang kedua bahu Disya.

"Hey Disya dengarkan aku. Pertama-tama aku minta maaf telah bertanya hal yang sensitif kepadamu" permohonan maaf Ardi.

Melihat Disya yang matanya mulai berkaca-kaca rasanya memang keterlaluan Ardi menanyakan hal itu. Ardi merasa bersalah.

"Maafin aku sya" kata Ardi memelas

"Aku tak bermaksud membuat hatimu terluka tapi aku tak mau dirimu tersentuh oleh Arya. Aku merasa cemburu saat Arya dengan berani membelai rambutmu, memegang tanganmu dan memelukmu. Karena aku sudah jatuh cinta padamu sejak pertama kali bertemu diangkot saat kau baru pertama kali magang" Ardi mengutarakan perasaannya dan melepas pegangan pada bahu Disya.

Disya terperangah dengan pernyataan Ardi barusan. Dia menutup mulutnya serasa tak percaya. Selama ini Ardi selalu memperhatikannya.

"Aku lebih rela kalau kau jalan bersama atau menyukai sesama muslim ketimbang non muslim" kata Ardi lagi.

"Maaf kak.. aku belum bisa menerimamu. Terima kasih atas perhatiannya, aku juga sedang mencari cara untuk tak terlalu dalam menyukai pak Arya" jelas Disya.

"Maukah mencoba bersama mencari cara agar kau tak terlalu mencintainya"

"Tidak mungkin kak. Bahkan pak Arya saja langsung memberikanmu SP ketika kau berusaha mendekatiku dan sengaja tak memberiku kesempatan briefing. Apalagi kalau kita bersama. Aku tak mau jadi penyebab kau di pecat olehnya dan nilai magangku hancur. Kamu kena SP saja, aku sudah merasa bersalah."

"Dari mana kau tau aku kena SP?" tanya Ardi pada Disya dengan wajah serius.

"Aku tak sengaja menemukan surat yang telah kau tanda tangani di dalam surat SP di atas meja pak Fahmi saat tak sengaja membereskan meja beliau.

"Aku berfikir, apakah karena aku? dan ternyata benar, saat aku mendengar pembicaraan Dwi pada Dewi di lobby kantor." kata Disya tersenyum sedih

"Tolong sya, jangan pernah surat itu menjadi bebanmu. Cukup aku saja yang akan menanggungnya." Ardi mencoba meyakinkan Disya untuk tak larut dalam rasa bersalahnya.

"Sya, dengarkan aku. Aku akan mencoba bersikap seperti pak Arya jika kau mau?" ucap Ardi sambil memegang bahunya kembali.

"Jadilah diri sendiri kak" kata Disya sambil menepis tangan Ardi dari bahunya lagi. Lalu Disya melihat jam tangannya telah menunjukkan waktu sholat Maghrib.

"Aku mau sholat dulu kak." kata Disya pada Ardi

"Okey.. kita jamaah bareng" ajak Ardi.

Kemudian mereka berjalan bersama mencari tempat musholla di dalam Mall Bella Terra. Mushola luas dan bersih serta ACnya sangat dingin.

Ardi memimpin sholat sebagai imam dan Disya menjadi makmum bersama jamaah lainnya yang berada di Musholla tersebut. Disya takjub akan bacaan sholatnya Ardi yang lantang dan merdu. Bacaan sholatnya bagus sesuai mahroj panjang dan pendeknya huruf hingga tiga raka'at tak terasa sudah akan selesai.

Selesai sholat, jemaah lainnya yang sebagian besar ibu-ibu sangat terkesima akan bacaan sholatnya, malah ada yang berniat ingin menikahkan Ardi dengan anak mereka. Disya pun seakan melupakan masalah hatinya sejenak karena bacaan sholat yang menyejukkan. Disya jadi ingin sekali belajar mengaji padanya.

Ardi menunggu Disya di depan musholla. Perutnya sudah keroncongan karena lapar. Taklama yang ditunggu pun muncul. Lalu mengajak Disya makan diluar mall. Lalu Arya dan Disya mengirimkan pesan singkat ke teman-temannya untuk pulang mendahului mereka.

"Sya, aku laper. Makan diluar yuk" ajak Ardi.

"Mau makan apa?" tanya Disya.

"Kamu suka nasi goreng?" tanya Ardi balik. Disya hanya mengangguk.

"Aku tau tempat nasi goreng enak. Kamu pasti suka."

"Boleh, dimana?"

"Ada deh. Yuk" kata Ardi lalu menggenggam tangan Disya menuju tempat parkiran motornya. Kali ini Disya lupa menaruh tasnya sebagai pembatas antara dirinya dan Ardi. Ardi yang mengetahuinya, membiarkannya. Menurut Ardi, mungkin alam bawah sadarnya telah menerimanya. Sampai saat Ardi mengerem mendadak di lampu merah, saat tubuh Disya mendekat ke Ardi, dia baru teringat lupa menaruh tas sebagai pembatas.

"Astaghfirullah.. pelan-pelan kak" omel Disya lalu memindahkan tasnya ke depan.

"Koq tasnya dipindahin?" tanya Arya.

"Aku lupa"

"Padahal aku kira, kamu sudah mulai membuka hati untukku" kata Ardi jujur.

"Beri aku waktu kak" jawab Disya.

"Baiklah"

Tak lama lampu hijaupun menyala, Ardi lalu melajukan motornya menuju tempat makan favouritenya Ardi yang terletak di Kemayoran.

"Akhirnya sampai juga" kata Ardi menghentikan laju kendaraannya. Disya pun turun dari motor lalu membuka helmnya dan memberikannya pada Ardi. Lalu mereka masuk ke dalam warung makan pinggir jalan.

"Hei Di, wah sombong sekarang jarang makan disini" sapa pedagang nasi goreng yang sangat mengenal Ardi.

"Sombong dari mana sih kang?"

"Cie.. Gebetan baru nih" ledek ibu-ibu yang sedang membantu penjual nasi goreng itu.

"Do'a in aja mb" jawab Ardi.

"Oiya sya, kenalin nih ini Kang Dedi dan Mb Marni" Ardi mengenalkan pedagang nasi goreng padanya. Lalu Disya memperkenalkan diri dan bersalaman.

"Wah cantik di" Puji mb Marni

"Pinter aje ni bocah nyari cewek" timpal kang Dedi meledek.

"Udahlah kang ngeledeknya, tolong bikinin nasi goreng dua" pesannya Ardi.

"Baek-baek neng, Ardi ini pinter ngerayu." kata mb Marni sambil mengelap meja tempat dimana mereka duduk

"Hush mb, jangan buka kartu"

"Minumnya apa nih di?" tanya mb Marni.

"Teh tawar anget aja mb" kata Ardi

" Sya, Lo mau apa? tanya Ardi pada Disya

"Es teh manis aja"

Kemudian mb Marni pergi mengambil gelas dan membuatkan pesanan mereka. Kang Dedi membuatkan nasi goreng spesial untuk mereka. Saat menunggu, Ardi iseng berjalan dan mengambil gitar yang ada di dekat mb Marni.

"Gitar siapa nih mb?" tanya Ardi

"Itu punyanya si Sulih." jawab mb Marni.

"Kesini dia?"

" Iya kesini dia terus pergi lagi dia Ama temen-temennya main bola sampai nitip gitarnya." mb Marni menjelaskan.

"Pinjem yak" kata Ardi.

"Pake aja"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!