Amarah Arya

"Disya" panggil Ardi saat ingin memasuki mushola kantor.

"Ya" jawab Disya dengan santai sambil membawa mukena hendak ingin sholat.

"Bisa bicara berdua nanti selepas sholat. Ada sesuatu yang penting ingin ku bicarakan" pinta Ardi

"Baiklah" jawabnya.

Kemudian mereka masing-masing mengambil air wudhu dan hendak sholat berjamaah dengan yang lainnya. Selepas sholat Ardi langsung menunggu Disya di depan halaman mushola. Saat Disya sudah keluar, buru-buru Ardi menarik tangan Disya dan membawanya ke ruang rapat yang kedap suara namun bisa terlihat dari kaca oleh orang lain.

"Ada apa sih?" tanya Disya melihat Ardi seperti orang yang mencurigakan

"Disya, kamu tau bahwa Arya adalah non muslim?" tanyanya pertama

"Ya tentu" jawab Disya

"Apakah kamu pergi berduaan dengannya kemarin?" tanyanya lagi.

"Ya karena memang sedang ada tugas" jawab Disya santai

"Apakah kamu pacaran dengannya?" tanyanya lagi.

Pertanyaan macam apa ini. Gosip apalagi yang tersebar disini.

"Bukan urusanmu" jawabnya sambil bergerak menuju pintu keluar ruang rapat. Namun tangannya kanannya kini di tarik oleh Ardi.

"Jangan terlalu dalam mencintainya. Nanti kau bisa murtad" kata Ardi lalu melepaskan tangannya dari tangan Disya.

"Maksudmu??" giliran Disya yang bertanya dengan kesal sambil mengelus pergelangan tangan yang ditarik Ardi tadi

"Masih banyak pria muslim yang lebih baik dari Arya. Kamu cantik, aku yakin kamu bisa menemukannya." kata Ardi

"Hanya itu saja yang ingin kau bicarakan padaku?" Disya memastikan tidak ada pertanyaan atau yang ingin dibicarakan olehnya.

"Aku mengingatkanmu karena kita sesama muslim. Semoga kau tidak salah mencintai atau menyukai seseorang" pesan Ardi lalu membuka pintu rapat dan pergi meninggalkan Disya.

Sebelum Ardi pergi, Disya lalu berkata "Terima kasih atas sarannya."

Pintu pun ditutup. Tak berselang lama Arya masuk ke ruangan itu. Disya sangat kaget bahwa orang yang dibicarakannya dengan Ardi muncul dihadapannya.

Arya merasa khawatir saat melihat Disya ditarik tangannya oleh Ardi menuju ruang rapat. Saat Ardi keluar barulah ia masuk. Arya pura-pura tidak tahu bahwa Ardi yang mengajaknya ke ruang rapat ini.

Disya berbohong dan berpura-pura mencari buku catatannya yang sepertinya tertinggal diruang rapat. Arya tahu Disya berbohong dan sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Kamu sudah makan?" tanya Arya.

"Sudah tadi sebelum sholat" jawabnya

"Oiya, bisa minta tolong, panggilkan Fahmi dan Galih ke ruangan ini?" Arya meminta tolong pada Disya sambil tersenyum datar.

"Siap pak"

Kemudian Disya berlalu meninggalkan Arya. Namun Arya mulai kesal pada dirinya yang tidak bisa menemukan jawaban kenapa Ardi membawa Disya kemari.

Arya lalu melihat Ardi dan Ardi pun menatap tajam Arya seakan-akan adalah musuhnya. Kemudian melanjutkan pekerjaannya. Arya lalu menelpon Fahmi, memintanya untuk menilai kinerja Ardi. Mulai dari absen, kemampuannya memproduksi barang dan pekerjaannya yang lainnya.

Fahmi bertanya-tanya apakah Ardi telah berbuat lancang pada Arya hingga membuatnya sangat murka sampai mencari-cari kesalahan Ardi.

Fahmi pun tau bahwa Ardi kinerjanya sangat bagus. Hanya saja memang absen Ardi sangatlah jelek. Namun hanya Ardi karyawan yang bisa menyelesaikan target dengan baik dan hasil produksinya sangat memuaskan dan berhak mendapatkan penghargaan Minggu depan.

Lalu Arya menelpon Siska.

"Hallo Siska, boleh minta tolong kirimkan contoh surat SP dan Nomor suratnya" perintah Arya.

"Baiklah. Tapi tunggu, kamu mau memberikan sanksi pada siapa??"

"Ardi Nugraha"

"What?? Are you serious" tanya Siska kaget.

"Cepatlah aku tunggu sekarang" perintah Arya.

"Tapi.. Ardi itukan minggu depan.." Siska belum selesai berbicara sudah ditutup teleponnya.

"Dasar tidak sopan" kesal Siska.

kemudian Siska membuatkan surat SP atas nama Ardi dan mengirimkannya pada Arya sebelum dia murka padanya. Lalu Arya menelpon Galih.

"Hallo Galih"

"Ya boss" jawab Galih

"Bisa minta print dokumen yang telah saya kirim ke WA barusan" perintahnya.

"Kenapa tidak menyuruh assistenmu saja boss? Kebetulan disya ada disini" cerita Galih.

"Tidak, dokumen itu tidak boleh dititip ke Disya. Karena Disya sedang aku suruh tugas yang lain dan mendesak. Nanti bisa hilang. Saya butuh cepat. Setelah itu minta tolong bawakan ke ruang rapat dibawah" Arya menjelaskan

"Akh baiklah" katanya sambil menutup telpon dari Arya

"Kak Galih" panggil Disya

"Ya" jawabnya sedikit bete namun tetap senyum pada Disya dan belum membuka dokumen di HPnya.

"Dipanggil pak Arya ke ruang rapat segera" kata Disya menyampaikan pesan dari Arya.

"Baiklah, barusan dia meneleponku" Galih bercerita.

"Kalau begitu saya permisi" pamit Disya.

"Kamu mau kemana?"tanya Galih

"Mau ke atas memanggil pak Fahmi, Ada yang bisa dibantu kak?" jawab dan tanya Disya.

"Ya sudah kerjakan tugasmu"

Tak lama Disya berlalu. Galih kaget saat membuka HPnya dan melihat dokumen yang di WA Arya berisi tentang surat peringatan untuk Ardi Nugraha. Bergegas ia print dokumen dan meminta penjelasan pada Arya.

Saat Disya hendak masuk, pas sekali pak Fahmi ada dihadapannya

"Pak Fahmi, maaf dipanggil pak Arya di ruang rapat bawah"

"Okey" jawab pak Fahmi lalu sambil pergi. Kemudian Disya masuk dan menaruh mukenanya di loker. Kemudian dia mengerjakan tugasnya kembali.

Kata-kata Ardi memang masih terngiang dikepala Disya saat ini. Disya juga paham, tak mungkin dia bisa bersama dengan Arya karena beda keyakinan. Lagi pula usia mereka juga terpaut sangat jauh. Arya usianya sepuluh tahun lebih tua darinya.

Tapi kejadian kemarin menyisakan kenangan manis yang tak akan terlupakan baginya. Disya lalu mengelus pipinya sambil tersenyum teringat ciuman Arya pada pipinya. Disya duduk di depan laptop milik Arya melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi.

Diruang berbeda

"Pak, bagaimana sih?? Bukannya bapak bulan lalu yang mengusulkan nama Ardi untuk penerimaan penghargaan atas prestasinya. Tapi kenapa sekarang mau di SP?" Protes Ardi.

"Kinerjanya bagus lho pak. Cuma memang absen saja sih dia akhir-akhir ini sering terlambat. Tapi keterlambatan masih kategori ringan koq" Fahmi memberikan masukkan agar pak Arya lebih memikirkan segala pertimbangannya.

"Penghargaan tetap akan diberikan pada Ardi. Tidak akan mempengaruhi SP. Saya hanya memberikan SP agar dia lebih berhati-hati dalam keterlambatannya." kata Arya dengan tenang walaupun dalam hatinya penuh amarah.

"Tapi bukan karena masalah pribadi kan?" tanya Galih penasaran. Arya lalu menggelengkan kepalanya.

Galih lalu memberikan surat SP tersebut padanya untuk ditandatangani. Setelah tanda tangan, Arya memberikannya kepada Fahmi sebagai pimpinan langsungnya Ardi. Giliran Fahmi yang bingung, mau ngomong apa ini ke Ardi.

"Jika Ardi protes, suruh menghadap ke saya ya" kata Arya yang membuat Fahmi sedikit lega.

"Baik pak" kata Fahmi lalu berjalan keluar meninggalkan ruang rapat, disusul oleh Arya dan Galih yang keluar namun berbeda arah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!