Tersangkut

Arya memperhatikan Disya yang sedang berbicara dengan karyawannya Ardi. Mereka tampak akrab. Arya melihat kertas pada genggaman tangan Disya. Kertas post it warna pink. 'Kertas apa itu?' Batin Arya.

Arya kembali fokus pada masalah briefing sore ini. Ternyata banyak masalah hari ini.

Memang perusahaan ini adalah milik ayahnya. Namun Arya memilih jabatan bawahan sebagai Kepala Devisi Produksi agar bisa mengasah ilmu kuliahnya dan mengetahui kinerja para karyawannya. Padahal ayahnya ingin sekali anaknya langsung menjabat sebagai komisaris. Tapi ayahnya juga mempertimbangkan bahwa benar Arya memang harus belajar dulu dari bawah, agar bisa memahami kondisi perusahaan dari bawah. Hanya beberapa ajudan saja yang mengetahui bahwa Arya adalah anak pertama dari pimpinan PT Inti Garuda Persada.

Dikepalanya kini dipenuhi beberapa rencana dan agenda yg telah disusunnya untuk esok hari. Hampir saja buyar sesaat melihat Disya akrab dengan Ardi.

"Baiklah, apakah ada lagi masalah hari ini? Sepertinya banyak sekali ya hari ini?" tanya Arya kepada karyawan sambil tertawa kecil.

"Ya begitulah pak. kalau tidak ada masalah kan jadi ga seru." celetuk Galih sambil tertawa kecil.

"Baiklah kalau tidak ada lagi dan waktu sudah mulai sore. Ayo kita satukan tangan kita untuk esok yg lebih baik." Ajak Arya untuk sama-sama menyatukan tangan memberi semangat kekeluargaan.

Arya sangat senang karena diatas tangan kanannya adalah tangan kanan Disya. Tapi hatinya berubah sedikit kesal saat diatas tangan Disya ada tangan Ardi.

'Tak apalah yang penting tangan Disya seolah menggenggam tanganku' gumam dan senangnya dalam hati.

"Semangat untuk esok lebih baik" Arya menyerukan semangat.

"Semangaattttt" Teriak kompak para karyawan sambil mengayunkan tangan secara bersama-sama. Lalu semua membubarkan barisannya.

Namun terjadi kesalahan saat Disya hendak membubarkan diri, tak sengaja gelang di tangan kiri disya tersangkut dengan nametag gantung milik Ardi yang berjalan berlawanan.

'Aduh' kata Disya

Tapi orang lain yang melihat mengira itu unsur kesengajaan Ardi.

"Cie.. Ardi.. Modus aja lu" goda Hasan yang menimbulkan keriuhan di line produksi.

"Kagak sengaja dih" balas Ardi

"Aduh gimana nih kak ga bisa lepas?" Disya yang panik takut menimbulkan keributan lebih lanjut.

"Mungkin tanda kita berjodoh" kata Ardi santai sambil melepaskan name tag gantungnya yang terlilit gelang milik Disya.

"Cie.. pegang tangannya lama bener.." goda temannya lagi.

"Modus ngelepasin gelang lama banget dah" timpal Bu Ratna meledek Ardi

"Bantuinlah kalau begitu" jawab Ardi yang mulai memerah merona pipinya.

"Aku bawa aja ya nametagnya. Ada gunting diatas. Besok saya kembalikan nametagnya ke kakak" kata Disya mulai panik ga mau semuanya jadi salah paham.

"Kalau dibawa, bagaimana saya absen pulang nona cantik."

"Tunggu disini saya akan lari ke dalam ruang pak Arya untuk menggunting tali nametagnya."

Beruntungnya talinametagnya sudah terlepas sebelum Disya mengambil gunting. Karena tali nametagnya Ardi adalah milik Adiknya Ardi.

"Alhamdulillah.. sudah terlepas" kata Ardi mengucapkan syukur. Ardi ga bisa bayangin jika tali ini putus bisa ngamuk adiknya Dinda.

"Alhamdulillah. Makasih ya kak" ucap Disya pada Ardi sambil tersenyum.

'Manis juga senyumnya. Aduh kalau aku suka beneran gimana nih' batin Ardi.

Disya tak menghiraukan ucapan Ardi lalu pergi meninggalkannya sambil berlari. Arya hendak menjemput Disya tapi tidak jadi karena Disya berjalan menuju ruang kerja tim produksi sambil berlari.

Arya bergegas masuk ruangan saat Disya mulai mendekat. Pura-pura memperhatikan laptop memeriksa hasil inputan Disya tadi saat ditinggal.

'Rapih ketikannya. Betul Inputannya. Ternyata dia pandai bermain dengan rumus' gumamnya.

'Good Jobs Disya, Tengkyu ya dek atas inputannya. Besok bantuin saya input lagi ya!!"

"Siap pak" kata Disya sambil mengambil tas dari lokernya dan mengembalikan kunci ke pak Arya. Arya menolak kunci dari Disya. Namun Disya tetap mengembalikannya karena ia takut lupa atau bisa saja menghilangkan kuncinya. Karena Disya amatlah ceroboh dalam meletakkan benda-benda kecil.

"Titip ya pak. Takut hilang atau lupa" kata Disya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

Arya lalu menyimpan kuncinya saya dilaci meja kerjanya. Memberikan Disya kebebasan membuka laci kerjanya untuk mengambil kuncinya jika datang lebih dulu dari dirinya. Arya lalu merapikan laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas backpaker yang berwarna hitam

"Saya pamit pulang duluan ya pak. Assalamu'alaikum" pamitnya sambil mengulurkan tangan minta salim karena Disya merasa hormat pada pak Arya

"Wa'alaikum salam" jawab Arya.

'koq kayak istri lagi minta izin ke suami' batinnya.

"Semuanya saya pamit pulang. Assalamu'alaikum" kata Disya kepada penghuni ruangan selain pak Arya.

"Wa'alaikum salam. Dek. besok balik lagi kan kesini?" tanya pak Anwar. Pak Anwar adalah Section Head disini yang menjadi wakil saat kepala Divisi sedang sibuk.

"Jangan kapok ya kerja diruangan yang banyak cowoknya." celetuk pak Fahmi. pak Fahmi adalah Foreman alias mandornya operator-operator mesin disini. Dan atasannya langsungnya Ardi.

"Saya disini sampai tiga bulan lagi pak. Mohon bimbingan dan arahannya pak." jawab Disya.

"Kalau begitu saya pamit pulang duluan ya pak. Assalamu'alaikum " kata Disya kembali sambil membuka pintu.

Arya masih terpaku pada tangannya yg barusan dipegang Disya. Jadi diruangan ini hanya Arya saja yg diajak salim (cium tangan). Makin berbunga saja hatinya.

Arya lalu meraih kunci motor dilacinya, membuka pintu ruangan dan berlari mengejar Disya berniat ingin mengantarnya. Namun sesampainya dihalaman luar unit produksi, Disya pun tak tampak lagi batang hidungnya. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk pulang sendiri.

Ditempat yang berbeda. Disya mampir ke ruang Quality Control untuk menjemput temannya mengajak pulang bersama naik transportasi umum.

Saat mereka berjalan keluar semua karyawan yang akan pulang, melewati posko keamanan. semua tas dan saku baju digeledah. Saat Disya mengantri, tiba-tiba ada yang mencolek bahunya lagi. Dia tengok tapi orangnya tidak ada. Dicolek lagi bahunya. lalu Disya berinisiatif menoleh ke arah berlawanan. Disya sangat kaget karena wajah Ardi dekat sekali dengannya.

"Aaa.." Teriak Disya

"Ngaget.. ngagetin aja sih kak." omel Disya pada Ardi sambil memukul lengannya.

"Eh... ketauan ya.." kata Ardi malah tertawa kecil

"Colek-colek emang aku sabun colek apa?" marahnya Disya.

" Kamu wangi sih kayak sabun. Jadi pengen nyolek-nyolek kamu." gombalan Ardi.

"Wah... gaswat indera penciumannya hilang nih orang lagi lepek begini dibilang wangi. Coba kak, kamu periksa kesehatan hidung kamu ke klinik"

Dewi dan Ayu yang memperhatikan temannya asyik ngobrol sama cowok terheran-heran. Karena mereka tau temannya itu ga pernah deket atau akrab sama cowok. Tapi kali ini mencurigakan.

"Cie.. Disya siapa tuh?' ledek Ayu.

"Orang Aneh" kata Disya kesal.

"Kenalin gue Ardi. Kalian temennya Disya ya?" sapa Ardi pada teman-temannya.

"I.. iya kak"

"Udah-udah ayo maju giliran kita. Jangan ladenin orang aneh ini" kata Disya melarang teman-temannya berkenalan dengan Ardi lebih lanjut.

"Disya" panggil Arya dari samping gerbang keluar motor. Ardi memperhatikan langsung ke arah yang memanggil Disya.

"Mau aku anterin?" tanya Arya.

"Tidak usah pak. Saya bareng temen-temen aja" tolak Disya sopan.

"Kalau begitu saya duluan ya dan hati-hati dijalan ya dek. Sampai ketemu besok."

"Hati-hati juga pak" kata Disya pada Arya sambil melambaikan tangan dan tersenyum.

Ardi melihat Disya dengan mudah ia bersikap baik. Namun pada dirinya sering bersikap waspada dan terkesan agak jutek. Tapi aku pasti akan bisa menaklukkan makhluk ini dengan mudah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!