"Elgio ...."
Marya menyebut nama Elgio pelan penuh perasaan. Napas Marya tersendat. Penantian panjangnya berakhir.
"Ya, ini aku."
Pelukan Elgio semakin kencang. Dada pria itu bergemuruh bak air terjun Angel Falls di Canaima National Park. Jantung berdetak cepat sama seperti jantung Marya sendiri. Detakkan acak dan tidak pasti, seolah-olah menderita aritmia. Tubuh alami guncangan perasaan yang tidak mampu didefinisikan.
"Jadi, kemana kamu akan lari kini? Pantas saja aku tak menemukanmu. Kamu bersembunyi tepat di kupingku hingga mataku tak bisa melihatmu, sekeras apapun aku menengok."
"Elgio ...."
"Kau biarkan aku membiru di suatu tempat? Bukankah itu keterlaluan, Ruhi? Aku memburumu seperti orang gila?!"
"Elgio ...."
Marya ingin katakan banyak hal alih-alih menyebut nama pria itu berulang kali. Waktu berlalu, hari demi hari. Tak ada yang tahu, tentang seseorang yang telah lama bersemayam di kedalaman jiwa Marya. Tak ada yang tahu, sekelumit perasaan telah tenggelam dan bertahta di dasar hatinya. Marya pejamkan mata. Di antara banyak kepahitan, rindu pada Elgio adalah penghiburan sekalipun cemas pria itu akan menolaknya. Ia tak perlu takut lagi. Marya hanya harus menahan pria itu di sisinya, kendatipun belum temukan cara.
"Apa kau baik-baik saja? Aku merindukanmu."
Permohonan tadi pagi agar bisa memeluk Elgio terkabul hanya dalam 20 menit. Marya naikkan tangan membalas Elgio dan terbenam di dada pria itu biarkan rindu bertahun-tahun terobati. Mereka berpelukan di belakang Halte Broken Boulivard disaksikan Dilly yang menahan kesakitan di kaki belakangnya. Hewan itu seperti paham bahwa sang Tuan butuh labuhan setelah lama mengembara.
Elgio lepaskan lengannya beberapa menit kemudian dan menjauh. Ia mengamati Marya.
"Kau terus bersembunyi dibalik Hoodie apa karena masih setia pada ponimu yang mirip kumis kambing?"
Elgio masih sama, berisik seperti anak 11 tahunan. Bibir Marya membentuk senyuman pada candaan lawas itu. Elgio merogoh saku celana olahraga dan keluarkan sesuatu dari sana. Ia berlutut seperti yang dilakukan banyak pria di drama romantis dan mengambil tangan kiri Marya.
"Kau milikku sejak hari ini. Kau kekasihku, istriku."
"Eh?!"
Elgio memakaikan cincin di jari manis Marya. Ia mengecup punggung tangan Marya sukses bikin Marya terkaget-kaget. Ini lamaran penuh pemaksaan terlebih menatap cincin yang melingkar ...
"Eh?!"
"Kau tak suka? Bukankah kau merindukanku selama ini? Apa kau berkencan dengan Ethan Sanchez dan diam-diam menguntitku di internet?"
"Eh?!"
"Eeehhhh?!" erang Elgio tidak senang. Satu alis terangkat tinggi. "Kau menyimpan banyak gambarku di dalam tas sekolahmu."
"Emm, maksudku bukan itu ... bukankah kau kaya-raya? Mengapa melamar seseorang jadi kekasihmu - eh - istrimu dengan barang rongsokkan? Bukannya sebuah cincin sungguhan?"
Marya akhirnya bicara sangat pelan. Ia menekuk telapak tangan depan wajah Elgio. Punggung tangan dan jemari itu pamerkan sesuatu yang melingkar di jari manis tepat di bawah hidung mancung Elgio. Benda itu adalah ring untuk gantungan kunci lemari. Elgio bangkit berdiri tegak. Ia amati gadis di hadapannya, berdecak.
"Apakah kamu menginginkan kekayaan Durante saat ini?"
Marya terkejut mendapat pertanyaan penuh selidik Elgio. Terlebih pria itu kehilangan keramah-tamahan. Marya menarik tangan.
"Apa kau buru-buru menikahiku agar warisanmu bisa dicairkan? Apa kau takut aku menghilang lagi?" Marya balik bertanya masih dengan nada suara pelan. Elgio mendesah suram.
"Ini konyol, apa kita akan bertengkar sekarang setelah bertahun - tahun tak bertemu?"
"Kau berharap aku masih sama?"
"Aku tahu kau jenius, tetapi jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan! Apa ini? Aku berharap perjumpaan romantis yang berdebar-debar. Terima kasih, kau mengacaukannya!"
"Kau menikahiku disaksikan seekor anjing ... itu tidak sah."
Tangan Elgio di pinggang, dahi mengkerut. Marya terdiam sejenak. Ia mengintip lalu tertawa kecil sebab suka pada ekspresi gusar Elgio. Mendadak Marya bergerak cepat ke arah Elgio dan menubruk pria itu keras.
"Aku merindukanmu ... " bisik Marya parau.
Elgio menggigit bibir bawahnya bahagia. Suka pada kejutan yang dibuat Marya. Biarkan Marya memeluknya. Ia mengecup pucuk kepala Marya dan mendekapnya erat seakan tak ada hari lain.
"Aku belum memesan cincin dan satu lagi ... aku tak butuh harta warisan Durante sebab aku bisa hasilkan banyak uang."
"Ya, aku percaya padamu. Aku hanya suka saat kamu kesal."
"Aruhi Amarante, Marya Corazon entahlah ... Puteri Ebenn Amarante ... aku menikahimu pagi ini disaksikan Tuhan dan alam semesta. Kita akan bersama sampai maut memisahkan. Maukah kamu menjadi istriku?"
Kata Elgio melepas Marya. Ia menarik Hoodie hingga ke bawah hidung Marya, menyentak gadis itu hingga melengkung padanya. Wajah Marya separuh tertutup kini, sisakan bibirnya. Itu menggoda Elgio. Pria itu menunduk dan mengecup bibir Marya. Ia mengangkat wajah, bimbang.
"Aku ingin menyiksamu, tetapi kau sangat cengeng. Kau pasti akan mengadu pada Ayah."
Ia mengecup bibir Marya untuk kedua kali.
"Tak perlu tunjukkan wajah Sadako-mu itu. Gairahku mungkin langsung punah saat kau melakukannya."
Elgio menunduk untuk ketiga kali dan menciumi bibir Marya sungguh-sungguh. Pelan dan mendayu-dayu. Ia mulai mencumbu ikuti naluri. Mel**at bibir Marya sebelum mendorong masuk. Sementara gadis yang dicium diam tak berkutik, bingung apa yang harus dilakukannya. Marya tidak pernah berciuman. Jadi, ia hanya menutup mata dibalik Hoodie berdebar-debar. Elgio memagut bibir Marya mulai merangsang dan menebarkan daya pikatnya. Ia ingin Marya mengingat ciuman itu dan meminta lebih. Lidahnya menyusuri labirin bibir, merayu Marya. Napas mereka berpacu secepat jantung. Marya merasakan ketulusan dan cinta Elgio padanya dari ciuman penuh gairah itu. Jadi, Marya merespon.
Cahaya fajar berpendar di pagi dingin, tetapi angin berputar di sekeliling mereka beri kehangatan. Aura hangat menghembus kulit ke dalam tulang rusuk membungkus hati yang telah lama gundah. Bunga-bunga tua Flamboyan berjatuhan dramatis menimpa sepasang anak manusia yang sedang dimabuk cinta.
Elgio tiba-tiba berubah semangat saat dapati Marya membuka diri. Ia merasakan getaran tubuh gadis dalam pelukannya. Saking semangat gigi Elgio beradu pada gigi Marya. Seketika Marya menolak membuat Elgio menyesal telah merusak ciuman mereka.
"Maaf, aku tak pernah berciuman. Ini pertama kalinya," ujar Elgio di antara desah napas. Ia memeluk Marya untuk tenangkan badai seksual yang berkerubut dalam diri. Ia ingin pergi ke ranjang dan berciuman dengan Marya di sana.
"Eh, aku harus ke sekolah. Sampai nanti," kata Marya dalam lengan Elgio yang menguncinya ketat. Elgio susah payah melepas Marya saat deru halus suara bus mendekat.
"Em, padahal aku baru mulai," bisik Elgio lunglai. Marya berjinjit mengecup bibir Elgio lembut, memberi semangat.
"Obati Dilly! Kakinya mungkin terkilir."
"Baiklah, jangan macam-macam di sekolah! Aku mengawasimu! Kuharap Ethan Sanchez belum melihat wajahmu."
"Sampai nanti ...."
Marya naik ke bus sambil memegangi dada. Jantungnya hampir meloncat keluar. Ia melambai tanpa menoleh pada Elgio. Yang ditinggal pergi hanya bisa menatapi bus hingga menghilang. Ia bicara tanpa melihat pada yang diajaknya bicara.
"Terima kasih Dilly sudah kabur pagi ini. Ayo aku obati kakimu. Aku harus bersiap ke sekolah, jadi wali untuk adikku dan istriku ...."
*******
Maaf yah kalau misal pertemuan ini diluar ekspetasi. Mas Ilham-nya gak berkunjung. Sedih aku.
Jangan lupa like, komentar, vote, face, rate dan share yah.
Semoga Suka.
Rimagasi (Terima Kasih), Jao Mora Ne'e Miu (I Love You)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
bunga cinta
wkwkwk gampang bgt nikah yak
2024-05-23
0
widya widya
Ga sengaja baca komen author di My ex nya mom tre.. iseng buka2 karya Senja Cewen. Dimulai dr membaca the brides of alves.. lgsg marathon donggg.. selesai 2 hari lanjut baca my hottest man.
2023-10-26
1
☆࿐ཽ༵༆༒ 𝑵𝒐𝑵𝒂𝒎𝒆 ༒༆࿐ཽ༵☆
aku menemukan cerita yg begitu bagus alur cerita nya, kata2 nyaa.. love bngt 🥰🥰
2023-06-30
0