"Mau pergi ke pekan raya denganku?" Ethan bercakap sambil mencerna rumus. Ia tidak tampak bosan sama sekali selesaikan banyak soal latihan. Berbeda dengan Marya yang ingin segera bolos dari perpustakaan.
"Pekan raya?"
"Ya ... ada Bazaar di pusat kota merayakan hari Nasional. Kau tidak tahu?"
Marya menggeleng. Ketika disadarinya bahwa Ethan tak menoleh, Marya menjawab, "Tidak. Aku tahu hari Nasional tapi tak pernah tahu pasti tentang pekan raya."
"Astaga ... kau seperti penduduk dari koloni luar angkasa."
"Aku harus pergi bekerja!" ujar Marya tiba-tiba bangun dan melengos pergi saat Ethan lengah.
"Heiii ...." Ethan berdecak, kemampuan loloskan diri Marya patut diacungi jempol.
Sementara Marya berlari kencang melewati koridor, keluar dari halaman sekolah seakan sedang latihan lomba lari. Napasnya ngos-ngosan ketika tiba di jalanan. Menoleh ke belakang dan lega sebab Ethan Sanchez tak mengejarnya.
Marya mengatur napas kembali meneruskan langkah. Ia bisa dapat lebih banyak uang hari ini jika bekerja lembur. Upahnya akan dibayar per jam dan sudah merugi 2 jam gara-gara Ethan Sanchez dan integral. Tidak masalah, lebih baik ia pergi ke Laundry sekarang untuk mulai melincinkan pakaian pelanggan.
Marya sampai di outlet Laundry dan dari jauh Manajer Laundry, Madam Niels, berdiri gelisah di ambang pintu. Marya mendekat. Setumpuk brosur berlogo Laundry Fast Clean di tangan wanita gemuk itu. Wajah muram Madam Niels langsung berbinar saat Marya muncul.
"Oh Marya Corazon, my angel today. Trims, you datang tepat waktu. Do you know Lean? Pekerja part time kita? Lean tak bisa masuk hari ini. I don't know why? So, bisakah kamu gantikan dia? Pergilah ke bazar kota di Adam Field dan bagi-bagi selebaran untuk menarik pelanggan?"
Madam Niels bicara dalam satu tarikan napas juga gunakan separuh dialek Inggris. Marya menggeleng menolak tawaran itu. Bazaar kota ... berarti di sana begitu ramai dipenuhi pengunjung dan Marya tidak suka hal itu. Seakan mengerti penolakan Marya, Madam Niels manggut-manggut lesu.
"I know my Dear, tapi you know ... bayarannya lumayan tinggi untuk pekerjaan ini, hampir sama upahmu tiga hari. It's okay jika kamu tidak minat, aku bisa cari orang la - "
"Aku berminat, Madam. Aku akan pergi dan kembali untuk menyetrika," sambar Marya cepat. Ia akan membeli hoodie baru dengan uang itu.
"Bravo, Darling. Take this! Your money and good luck," seru Madam bergembira ria. Pipi gemuknya mengembung akibat tersenyum terlalu lebar.
Marya menerima selebaran dan beberapa lembar uang lalu segera pergi tergesa-gesa ke pusat kota. Bazar tahunan diadakan di balai kota untuk menyambut hari kemerdekaan. Ini pertama kalinya Marya pergi ke pekan raya. Ia cuma sering mendengar tentang gelaran itu dari teman-teman sekelas sejak di taman kanak-kanak hingga di tingkat dua sekarang, tetapi tak pernah pergi ke sana. Ia rapatkan topi dan berjalan menunduk. Marya melirik brosur di tangan dan mulai kumpulkan keberanian. Hanya perlu bagi-bagi selebaran pada semua orang lalu kembali ke Laundry.
Marya mulai beraksi begitu sampai di sana. Orang-orang menerima selebaran setelah mengamati Marya yang berpenampilan aneh. Beberapa dari mereka membaca. Beberapa di antara mereka melemparkannya ke tong sampah, tak tertarik. Maria meringis. Ia berdiri di antara lalu lalang pengunjung bazar, pesimis.
Lamunannya buyar saat seseorang menghampiri dari belakang dan merebut selebaran dari tangannya.
"Oh, Heiiiiiiiiii?!" seru Marya terlonjak kaget. Saat mengangkat wajah, Ethan Sanchez melongok di bawah hoodie.
"Kamu ... menang banyak di integral tetapi kalah jauh dariku untuk urusan sepele begini. Kalau kerjamu macam begini, sia-sia saja brosur ini dicetak."
Remaja itu tersungging kecil dan pergi tinggalkan Marya. Ethan berbaur di kerumunan wanita-wanita lansia dan menebar pesona di sana sebelum selipkan brosur di keranjang belanja mereka. Ethan bahkan percaya diri mampir di tiap stand dan menaruh lembaran brosur di sana. Marya amati Ethan Sanchez dari kejauhan.
Remaja lelaki itu berbasa-basi, bercanda dan memuji para wanita sebelum sodorkan selebaran. Itu berhasil membuatnya terlihat tampan.
"Kau menguntitku?" Marya tawarkan sebotol air mineral pada Ethan yang terlihat kepanasan setelah melanglang buana ke sudut-sudut pekan raya.
"Tidak juga ... jangan hindari aku mulai hari ini!" jawab Ethan seraya minum.
Jakun remaja itu bergerak saat air melewati tenggorokannya. Marya palingkan wajah. Ini pertama kali seorang laki-laki berdekatan dengannya setelah seseorang yang sangat ia rindukan.
"Sisa lima lusin lagi, aku pergi ... tunggu aku di sini! Jika kau kabur lagi, aku akan bikin keributan di tempat kerjamu."
Ethan melambai tetapi berhenti mendadak. Pikirannya berubah cepat. Ia kembali mendekati Marya dan menarik tangan gadis itu untuk pergi bersama seolah tak percaya Marya akan tepati janji. Mereka menyusup di kerumunan pengunjung pekan raya seperti remaja kasmaran.
Ethan Sanchez kembali sibuk bagi brosur dan memberi penjelasan seakan dialah yang bekerja di Laundry. Sudut-sudut bibir Marya melengkung. Aksi Ethan cepat sekali menarik perhatian orang.
"Selesai ... ayo pulang! Kamu harus traktir aku soda gembira."
Ethan kembali menarik tangan Maria. Namun, saat berbalik itulah tubuhnya tanpa sengaja ditabrak seseorang.
Maria terdorong ke belakang dan pegangan Ethan terlepas. Ia terjerembab dan hoodienya terbuka. Penubruk segera menghampirinya.
"Kau tak apa?" tanya pria yang tak sengaja menabrak Marya.
Ethan mendorong pria yang menubruk Marya dan menghampiri Marya. Ia berlutut di sisinya dan menarik topi hoodie Maria hingga kembali tertutup.
"Tak apa, Tuan. Temanku baik-baik saja. Anda boleh pergi. Di sini sangat ramai ... saranku, hati-hatilah melangkah!"
Ethan membantu Marya berdiri dan mereka pergi berlawanan arah, menjauh dari si penabrak. Seseorang mendekati si penabrak yang tertegun pada Marya.
"Kau tak apa? Sudah aku bilang tak usah kemari. Kamu masih jet lag."
"Aku baik-baik saja. Aku bukan bocah kecil lagi. Ya ampun, kau ini."
Di tengah keramaian, suara-suara itu tak asing di telinga Marya. Ia pernah mendengarnya di suatu tempat, entah di mana.
"Makasih untuk tadi," ujar Marya setelah mereka sampai di tempat yang agak sepi.
"Em, yang mana? Brosur atau ... ?!"
"Segalanya. Aku harus kembali bekerja."
Ethan tak begitu senang karena harus berpisah, tetapi tak mampu berbuat banyak.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Ya, makasih untuk itu juga."
"Baiklah, sampai jumpa besok di sekolah. Kamu berutang traktiran ...."
"Oke. Aku akan traktir kamu besok."
Marya segera tinggalkan Ethan di tempat remaja lelaki itu berdiri sebelum Ethan berubah pikiran.
Melewati Canal Supernova, Marya tertarik untuk membeli hoodie di M23 fashion. Ia berdiri dari luar kaca perhatikan manekin dalam toko dan merogoh kantong Hoodie. Menghitung uang. Harganya pasti mahal. Sayang sekali.
Toko bunga yang terpantul di kaca M23 Fashion, mengalihkan fokus. Seakan terhipnotis Marya berbalik dan menyeberang. Ia membeli dua buket bunga Lily putih yang baru mekar dan pergi ke Heaven Memorial Hills, taman pemakaman di pinggiran kota itu.
************************
Jangan lupa dukung Senja Cewen. Jempolmu ditunggu yah.
Setiap Author yang komentar di sini akan tetap saya feedback sekalipun hanya komentar "like".
Semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
viva vorever
akhirnya aku kembali keselera asal,menghilangkan penat dengan kisah romantis aruhi dan elgio,setelah boring menunggu kelanjutan kisah sang adik arumi lucca....maaf ke daku kakak penulis aku blom bisa move on dari novelmu yg satu ini😘😘
2023-05-26
1
✨Susanti✨
semangat marya
2023-01-19
0
gia gigin
Jangan blang klau yg menabrak Ruhi itu si Gio🤔Ethan baik juga mau membantu Ruhi
2023-01-14
0