"Mengapa anak ini berisik sekali, Yah?"
Elgio merengut kesal sebab keseruan main gamenya terganggu oleh isak Aruhi. Elgio Durante berusia 11 tahun, berwajah putih pucat, tinggi dan kurus. Seragam sekolahnya semerawut seakan baru habis berkelahi. Ia dijemput dari sekolah dan diskorsing selama seminggu karena terlalu banyak berulah.
Sejak semalam Elgio benar-benar gregetan pada suara cengeng Aruhi dan mereka harus satu mobil siang ini buatnya tambah panas.
"Ayahmu akan mati sungguhan jika tangismu seperti itu? Apa kau tak bosan menangis? Semalam itu aku sangat terganggu. Kau membuatku ketiduran di kelas pagi ini!"
"Elgio ... ?! Jangan ganggu dia! Kamu tak lihat Aruhi sedang bersedih?"
"Ah, terserahlah ...." Rahang tirus Elgio mengeras di bawah tatapan tajam Leon Durante. Anak muda itu kembali pasang headset, selonjorkan kaki panjangnya dan mulai main game lagi.
"Tenanglah Aruhi! Ayahmu akan baik-baik saja. Benn hanya perlu dirawat dan diurus dengan baik. Doakan agar Ayahmu cepat sembuh dan kalian akan bersenang-senang di Dream Land." Entah berapa banyak bujukkan.
"Benn seorang petarung hebat ... bagaimana bisa mudah dikalahkan begitu saja? Lagipula untuk apa mereka pergi ke sana? Apakah ada wahana baru di dekat sana?"
Elgio menarik kasar headset hingga terlepas dari telinga. Game over padahal baru level satu. Ia menoleh pada Aruhi yang masih terisak.
"Itulah mengapa aku tak ingin punya adik perempuan. Mereka lemah dan sembrono. Bisanya cuma menangis. Payah ...."
Leon berdecak, "Yah Tuhan, Elgio. sekarang kau malah lebih berisik dari Aruhi. Sepertinya aku menemukan hukuman yang pantas untukmu. Kamu akan temani dan menjaga Aruhi selama Benn sakit," seru Leon. Elgio angkat wajahnya tak percaya. Matanya melotot sempurna.
"Aku?!"
"Yah, kamu Elgio Durante. Memang ada siapa lagi di sini? Ini hukuman karena kamu terus buat onar di sekolah. Ayah bosan dipanggil menghadap ke ruang konseling. Aku pernah remaja dan juga nakal, tapi tidak kelewatan seperti yang kamu lakukan."
"Ta-pi, Ayah ... "
"Tak ada tapi ... jaga Aruhi sampai Benn sembuh."
"Ayah menyebalkan. Ayah menyuruh anak kecil menjaga anak kecil lainnya? Tidak masuk akal."
Tatapan beralih jengkel pada Aruhi yang terlihat tak peduli. Pandangan Aruhi kosong, melayang jauh. Benn dirawat di ruang intensif dan Aruhi hanya boleh melihat dari luar. Mengapa Ibu sangat kejam? Aruhi mulai terisak tanpa sadar.
"Apa kamu suka sesuatu? Ice cream, cokelat, smootie ice, jus, jelly? Hmmm?!" bujuk Leon prihatin tak indahkan ocehan Elgio.
Aruhi menggeleng. Aruhi ingin Ibu ... tidak ... Aruhi tak inginkan wanita jahat itu lagi.
"Aku ingin Ayahku ... "
"Yah, kalau begitu pergilah ke sana. Tunggui di rumah sakit dan terisaklah di sana! Berhenti menggangguku!" sahut Elgio.
"Yah, Tuhan .... Anak ini. Elgio, tutup mulutmu! Kamu hanya buatku tambah sakit kepala," bentak Leon tidak suka melihat sikap antipati berlebihan Elgio. Leon menghela napas berat.
"Ayahmu sedang dirawat, Sayang. Jangan hiraukan berandalan di sebelahmu! Saat aku sekarat, mungkin dia akan pingsan dan jadi lebih cengeng darimu," ucap Leon selembut mungkin pada Aruhi. Elgio kembali memelototi Ayahnya tidak suka sebelum lanjut bermain game. Tak ingin tanggapi perkataan Ayahnya.
"Bisakah antarkan aku pulang ke rumahku?" tanya Aruhi setelah sedikit lebih tenang. Rumah Leon Durante terlalu besar dan Aruhi seperti burung kecil dalam hutan rimba belantara. Itu membuat Aruhi kecil takut.
"Tapi tak ada orang di sana."
"Ada Danish pengasuhku, Tuan Leon. Aku akan diurus dengan baik olehnya."
"Brilian." Elgio jentikkan jari. Bonus pedang untuk level berikut dan untuk jawaban Aruhi. "Jadi, aku tak perlu repot menjagamu sampai Benn sembuh. Apa-apaan Ayah ini? Apa aku dilahirkan untuk mengurus anak orang lain?"
"Baiklah, Aruhi. Kamu boleh pulang ke rumahmu dan Elgio akan menemanimu di sana."
"Ayahhhh?! Aissss .... " Elgio melempar ponselnya, "Aruhi punya pengasuh, bereskan urusannya?"
"Kamu ini bandel luar biasa. Tetap saja, tinggalah di sisi Aruhi sampai Benn sembuh. Aruhi tak punya keluarga. Selama diskorsing seminggu, kamu akan tinggal bersama Aruhi dan ayah tidak ingin melihatmu berkeliaran di Durante Land."
"Aku akan diam dalam kamar, Ayah. Kita tak akan bertemu."
"Tidak juga di kamarmu, di kebun Murbei ataupun gudang hewan. Aku benar-benar tak ingin melihatmu."
"Ayah, aku satu-satunya puteramu. Bukankah Ayah sudah sangat tega?"
"Pikirkan itu selama menjalani hukumanmu. Ini ringan ... ketimbang mengirimmu ke perkebunan sayuran dan jadi buruh di sana."
"Ayah!? Aku cuma ketiduran di kelas. Itu semua gara-gara rengekan Aruhi. Kalau saja dia tak berisik semalam aku tak akan bergadang."
"Tak perlu pembenaran diri, Elgio! Kau juga tak katakan 'maaf'. Kau tidur saat ujian dan mendengkur. Lembar ujianmu hanya berisi gambar gurumu memakai jubah superman dengan hidung babi. Bukankah itu konyol? Beruntung kamu tidak dilaporkan atas tindakan tidak menyenangkan."
Elgio hentak-hentakkan kaki kesal. Game tak lagi menarik. Tubuh kurus kerempengnya dihempas ke jok mobil. Tampangnya masam selama sisa perjalanan.
Mereka telah tiba di rumah Aruhi. Abner segera bukakan pintu mobil dan Leon membimbing Aruhi turun.
"Kau tidak ikut?" Leon menengok pada Elgio yang pura-pura tidur dan mendengkur.
"Elgio Durante, turunlah! Apa aku perlu menyuruh Abner menarikmu turun?"
Elgio menggeliat, renggangkan badan malas. Bibir remaja itu maju beberapa centi, "Ayah sungguhan? Bukankah ini kekejaman pada anak sendiri? Aku akan ajukan Ayah pada Komisi Perlindungan Anak."
Anggukan penuh isyarat Leon menandakan keputusannya sudah bulat dan tak dapat diganggu gugat. Kaki-kaki langsing Elgio malas-malasan turun dari mobil. Saat melihat rumah Aruhi, Elgio menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ayah, aku tak bisa bernapas di rumah sesempit ini."
"Kau akan terbiasa seiring waktu. Jangan cengeng! Jaga Aruhi dan jangan coba jadi berandalan lagi atau kau tak akan pulang ke Durante Land. Paham?"
"Ayah usiaku baru 11 tahun, bukankah hukuman ini terlalu berat?"
"Maribel akan membawa pakaiannu kemari. Jaga tingkah-lakumu!"
"Ayaaaahhh?!"
Leon melambai tak ingin dengar. Setelah menitipkan anak-anak pada Danish, Leon menimang Aruhi sebentar sebelum pergi dari sana. Elgio tidak ingin masuk. Ia duduk menggerutu di tangga teras, menendang-nendang angin. Kemudian ia berdiri dan hentakkan kaki ke tanah lalu menendang kerikil di halaman Aruhi. Ia masih saja cemberut, berharap Leon Durante berubah pikiran dan datang menjemputnya. Sesekali ia menengok ke ujung kompleks perumahan. Lengang tanpa tanda. Tendangan terakhir adalah luapan semua emosi yang menyatu jadi satu. Terlalu keras hingga kerikil itu mengenai kaca rumah tetangga depan.
Tek ...
"Heeeiiii, siapa itu?" teriak empunya rumah. Elgio kaget, menyapu pandangan ke sekeliling.
"Berani sekali melempari rumahku?" Terdengar pintu dibanting dari dalam. Elgio terbirit-birit lari ke dalam rumah Aruhi dan bersembunyi dibalik sofa sebelum pemilik rumah sampai di beranda.
Kepala Elgio naik sedikit mengintip dari balik tirai gorden. Seorang wanita separuh baya terlihat galak memeriksa jalanan dan dia mengomel. Sejenak wanita itu mengamati rumah Aruhi seakan curiga. Elgio kembali menurunkan kepalanya makin jauh.
Aruhi tersenyum setelah berhari-hari menangis. Sedikit terhibur melihat tingkah lucu Elgio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Vivo Smart
jadi ini kisah asmara Aruhi dan Elgio keknya
2024-07-09
0
bunga cinta
wakakakak, keren
2024-05-23
0
She Imoed
kayanya bakal jdi jodohnya Aruhi
2023-08-13
0