"Aku tak bisa menunggu pekan depan, Abner! Bisakah majukan hari pertemuanku dengan Nyonya Salsa?"
Elgio pejamkan mata, bersandar suram di kursi kerja. Jemari tangan tertaut di belakang kepala sedikit tengadah pada langit-langit rumah. Entah mengapa, sebuah ciuman berhasil masuk meretas sel-sel otak laksana virus ... terus kerlap-kerlip di sana hingga otak Elgio serasa lumpuh. Memorinya hanya terbang ke hari kemarin, terbenam kenangan.
Abner serius perhatikan Elgio, coba selami wajah tak bersemangat pria berbelah dagu itu. Semenjak kemarin Elgio uring-uringan bahkan melakukan hal terkonyol yang belum pernah dilihat Abner, menunggui seseorang seharian. Ia tak banyak bicara, apalagi setelah Maribel memberi berita bahwa Maribel-lah yang pergi ke makam untuk menaruh bunga Lily beberapa hari lalu. Elgio Durante berubah jadi terlalu serius. Ia kadung gembira berharap segera bersua Aruhi.
"Elgio, saranku jangan gegabah! Andaikata benar Nyonya Salsa sembunyikan Aruhi, ia akan curiga bila kita terlalu mendesaknya. Apa sesuatu terjadi?"
Mata itu masih terpejam seolah acuhkan Abner, sebenarnya ia menyimak opini Abner. Sesuatu menghangat aliri arteri bersama darah dan sesuatu itu adalah keyakinan bahwa "pencuri first kiss" kemarin adalah Aruhi.
"Aku telah bertemu Aruhi," ujar Elgio pelan. Ia membuka mata mainkan alis. Ingin terdengar yakin tetapi tak cukup yakin.
Jawaban Elgio sukses bikin Abner tercengang keheranan lantas berkerut di tempatnya duduk. Asisten Elgio yang berusia 6 tahun lebih tua itu mulai lakukan analisa momen, menduga-duga dan merunut aktivitas kemarin. Tak didapatinya kejadian yang memungkinkan pertemuan Elgio dan Aruhi.
"Kapan? Di mana? Saat aku bersamamu?" Abner miringkan leher, dahinya masih berkerut, "Itukah alasanmu bertingkah konyol kemarin? Menunggu seperti satpam jaga di halte bis Broken Boulivard hingga malam?"
Elgio menerawang jauh. Pertanyaan Abner timbulkan ambigu di pikirannya. Mengapa ia yakin itu Aruhi? Ia menghela napas dan hembuskan perlahan. Terakhir kali ia sangat yakin telah temukan Aruhi, keyakinannya itu salah.
"Pagi kemarin, ketika kita jogging depan Broken Boulivard."
"Kau betul-betul yakin?" Abner bertanya sebab ia tak percaya.
"Aku yakin. Ia menciumku di bawah pohon flamboyan."
Abner amati Elgio, berpikir, sebelum bernapas lega. Ia memekik, "Yah Tuhan, syukurlah. Tadinya kupikir kamu mulai tidak waras."
Sesuatu melintas di benak Abner. Sekonyong-konyong pria itu bertepuk tangan keras. Elgio menyangga dagu dengan kepalan tangan perhatikan asistennya yang berbinar-binar, menunggu Abner beri keterangan untuk aksi anehnya barusan.
"Selamat Elgio Durante, Anda memasuki kawasan 'wet dream'. Itu berarti kamu sungguhan matang dalam reproduksi. Sebagai sahabat dan orang terdekatmu, aku ucapkan selamat."
"Abner?!"
"Sekitar 70% pria usia 21-25 tahun, belum menikah, produktif cenderung alami mimpi basah. Salah satu hal yang menjadi pemicu adalah minimnya aktivitas seksual yang dilakukan, terlebih pada pria yang belum memiliki pasangan. Jadi pendapatku, pergilah temui wanita seksi atau model-model dan bercintalah dengan mereka!"
Elgio mendelik tak percaya Abner menerangkan masalah seksual padahal Elgio ceritakan kebenaran. Ia mirip ahli reproduksi saat ini. Elgio meraih kotak pena di meja kerja dan melempar Abner berharap melukai kerangka kepala Abner hingga asistennya itu gegar otak. Yang dilempar refleks menghindar gesit biarkan kotak itu menghantam sofa. Abner berlari ke ambang pintu, berdiri siap - siaga. Elgio mungkin akan melemparnya kini dengan benda lain yang lebih berbahaya.
"70% dari mereka menderita hipertensi akut akibat hasrat seksual yang tak tersalurkan. Mereka mudah marah dan jadi agresif. Kau harus segera temukan seseorang sece - "
Elgio meraih cangkir dan hendak melempar Abner untuk kedua kali. Abner berseru tertahan.
"NO ELGIO! Itu cangkir berharga Tuan Leon!"
Elgio menahan napas dan amati cangkir sebelum letakkan pelan kembali di posisi semula.
"Sepertinya kau benar-benar ingin dipenggal, Abner?!"
"Aku akan buat janji temu dengan Psikiater. Kau sebaiknya periksakan kesehatan mentalmu!"
Abner sungguh kuatir kini. Bagaimana bisa Elgio bertemu Aruhi? Pakai acara ciuman segala, sementara pagi itu mereka berdua jogging di Broken Boulivard. Seolah membaca isi pikiran Abner yang penuh keraguan padanya. Elgio mendesis.
"Aish ... saat kamu menyelesaikan lari 500 metermu, saat itulah aku bertemu dengannya."
"Tidak masuk akal, Elgio. Di sini? Kawasan Durante Land?"
"Ya ... di halte bis. Aku menunggu dia kembali sampai pukul tujuh malam tetapi dia tak pernah terlihat lagi bahkan pagi ini."
"Elgio ... terkadang hati yang sakit, tulang yang rapuh mendapat penghiburan dari otak. Kau mungkin berimajinasi. Kau benar-benar harus segera check up. Tubuhmu terlihat kuat dan sehat tetapi aku cemas jiwamu sedang sakit akibat terlalu inginkan Aruhi."
"Itu bukan khayalan! Bagaimana jika kebetulan dengar kabar aku pulang dan Ruhi datang mencariku? Ia bahkan berguman 'aku merindukanmu'. Menurutmu itu cuma khayalanku?"
"Aku merindukanmu?"
"Ya .... Aku merindukanmu. Aku bahkan bisa mendengar ia mengatakannya berulang-ulang."
"Emmm ... Baiklah. Bagaimana penampilannya, wajahnya, tinggi badannya?"
Elgio coba mengingat. Lembayung fajar bersinar silau di pagi itu hingga Elgio hanya menangkap siluet tubuh. Ia juga tak sempat melihat wajah gadis itu sebab tak diijinkan.
"Aku tak ingat ... oleh keadaan yang tidak mendukung," jawab Elgio lesu. "Dilly tahu Aruhi sebab Dilly yang menemukannya saat mengejar Azel."
Pipi Abner mengembung sebelum semburkan tawa keras mendengar jawaban Elgio.
HAHAHAHAHAHAHAHA ....
Terbahak-bahak tak peduli pada tatapan tajam Elgio. Ia tertawa dan tak tahu caranya berhenti. Gelak tawanya memecah kesunyian pagi di Durante Land. Ia menahan tawa saat Elgio memegang cangkir Tuan Leon, mengancam. Telapak tangan Abner terangkat.
"Wow ... wow .... Tenanglah bocah pemarah! Aku cuma lucu saja. Haruskah kupanggil Dilly dan Azel untuk menginterogasi mereka? Kau menyuruh seekor anjing dan seekor kucing deskripsikan Aruhi, Elgio? Astaga, wake up man! Kau butuh psikiater. Yah Tuhan ... " sisa tawa Abner belum usai sekalipun hanya sebatas kekeh geli.
"Setidaknya hewan-hewan itu lebih cekatan daripadamu dalam hal menemukan sesuatu."
"Ayo bangun! Kita harus ke psikiater. Aku serius Elgio Durante."
"Kau terus mengulang Psikiater dan semangat sekali. Apa kau pacaran dengan salah seorang psikiater di kota ini? Bagaimana jika aku benar kali ini?"
"Mau taruhan? Kau salah soal Lily. Harusnya kau turun waktu itu dan menanyai si domba. Mana tahu mereka mengenal Aruhi!"
Abner mengejek Tuannya yang mulai terpancing emosi.
"Baiklah. Jika aku salah, kau boleh ambil salah satu mobilku."
"Kau serius?" Abner ternganga seperti baru habis menang lotre.
"Apa aku terlihat sedang main-main sekarang?"
"Deal ...." Abner bersemangat mendekati Elgio sodorkan tangan tanda sepakat. Impiannya melambung pada mobil sporty bergaya eksklusif, Pininfarina Sergio Ferrari warna merah milik Elgio. Ia bisa memikat seorang artis atau supermodel dengan mobil itu alih-alih psikiater. Liurnya hampir tumpah.
"Jika aku benar, Abner ... "
"Itu tak akan terjadi. Mana kunci mobilmu itu? Ferrari? Sebelum kau berubah pikiran."
Elgio mengipas uluran tangan Abner.
"Baiklah. Jika kau benar, kendatipun ... impossible. Apa yang kau inginkan?"
Elgio menatap tak main-main pada bagian bawah jas Abner.
"Jika aku benar, Abner ... maukah kamu aku 'kebiri'?!" Ia mengangguk "cutting" pada bagian itu.
Abner serta-merta mundur menutupi depan celananya dengan kedua belah tangan. Ia menjauhi Elgio dan katupkan mulut sambil menggeleng menolak. Bola matanya terbuka lebar. Ia mundur seakan Elgio akan mengeksekusinya detik ini juga dengan gunting bulu domba.
"Kau ... tidak masuk akal Elgio Durante. Apa maksudmu 'kebiri'? Ini masa depanku?"
"Kenapa kau takut, Abner? Kau senang diberi mobil tapi tak suka 'dikebiri'? Bukankah bertemu Aruhi hanya khayalanku saja. Kenapa kau takut kalah taruhan?"
"Emmm ... tetap saja, kata-katamu tak wajar. Kau pikir aku Kasim dari jaman Dinasti yang harus dihilangkan 'anunya' demi mengabdi pada kerajaan? Aku tak seloyal mereka, Elgio, sekalipun kau hadiahi aku Durante Land."
Elgio terguncang tawa keras. Wajah muramnya pergi, tetapi itu malah membuat Abner lebih cemas.
"Ya ... Ya ... Ya ... Abner, kau bisa berkeliaran di rumah ini menggunakan jubah atau gunakan daster seperti ibu - ibu bawel?!"
Saat berhenti tertawa, Elgio berkata serius, "Kau sudah periksa Durante Land? Bagaimana jika ternyata Aruhi ada di wilayahku dan dia lewat tiap hari depan hidungmu tapi kau tak sadar sebab kau sibuk membongkar dunia di luar sana?"
"Well, kita punya banyak kerjaan Elgio Durante! Bagaimana kalau kau saja yang kunjungi hunian pekerja kita satu-persatu. Atau kau menungguinya di Broken Boulivard dan menanyai tiap makhluk hidup yang lewat di sana?"
Abner menghilang dengan cepat setelah memberi saran sebab tangan Elgio bergerak ke arah cangkir. Abner salah kira.
Elgio mengelus tangkai cangkir, mengangkatnya dan meneguk teh murbei yang sisa sedikit. Gagasan bahwa Aruhi mungkin saja ada di Durante Land membuatnya bergairah ....
********
Jangan lupa dukung Senja Cewen. Vote, like, komentar dan share yah.
Sebenarnya up pagi tadi, tapi tempatku hujan deras dan suhu 10 derajat buat Author bangun kesiangan.
Dukung Author Senja Cewen selalu dengan cinta kalian. Ikuti aku di Noveltoon yah.
Jao Mora Nee Miu (I Love You)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
bunga cinta
ayolah
2024-05-23
0
gia gigin
Next
2023-01-14
0
M akhwan Firjatullah
aruhi pintar ..sembunyi d tempat yg g mungkin orang itu mencarinya... tempat yg tidak mencurigakan... elgio rumah mu terlalu besar y
2022-11-10
0