Di sebuah hunian sederhana, Marya Corazon berdiri depan cermin westafel kamar mandi. Ia menatap wajah kuning pucat dan mata yang selalu sembab. Seperti terprogram otomatis, setiap pagi air mata berjatuhan tanpa permisi. Marya tak bisa hindari, terlebih ia tak temukan cara kalahkan serangan kesakitan itu. Ia mulai menyikat gigi pelan lalu semakin kuat dan cepat, kemudian terisak putus asa.
"Aku benci ini! Ya Tuhan .... Mengapa lakukan ini padaku?! Aku tak tahu apa salahku?"
Ia berkumur dan tersedak pasta gigi lalu batuk -batuk. Pagi hari tak ada yang datang menyelamatkannya. Ia merana hingga hati terasa akan copot. Tahun-tahun berlalu .... Hanya kenangan buruk terukir seperti stempel tato abadi di memori otaknya, berputar-putar lambat di sana. Menyedihkan karena ia tak tahu cara pulihkan diri. Marya bersidekap.
"Marya?!" Bibi Mai mengetuk pintu. Maria tersentak, buru-buru membasuh wajah.
"Aku hampir selesai, Bibi Mai ... " jawab Marya pelan. Mengatur suara agar terdengar biasa saja. Ia tak ingin bebani Bibi Mai dengan masalahnya.
"Keluarlah, sarapanmu sudah siap."
"Terima kasih, Bibi Mai."
Marya duduk di ruang makan sempit dan tak bergairah melihat sarapan. Uap mengepul dari mangkuk sup. Ia hanya menatap dari balik Hoodie tak berminat.
"Makanlah, ini sup ercis muda dari perkebunan."
Marya menggeleng, "Bisakah aku sarapan roti saja?"
"Baiklah. Sudah aku simpan dalam kotak bekalmu. Aku tambahkan kentang panggang. Kamu harus makan dengan benar, Sayang. Kamu membuatku sedih karena tak becus mengurusmu."
"Maafkan aku, Bibi Mai. Aku tak bermaksud buatmu tersinggung."
"Sampai kapan kamu bersembunyi? Tuan Muda sudah kembali dan mencarimu. Ia tak berhenti mencari."
"Aku akan semakin dibenci saat dia tahu aku mengendap-endap di sini. Aku akan segera pergi saat uangku cukup."
"Tidak! Jika kau berani pergi ... aku akan beritahu Tuan Muda lebih awal. Jangan coba lakukan itu, mi amor (cintaku)!"
Marya gelisah, "Jangan Bibi Mai! Baiklah, aku akan menemuinya saat aku siap."
"Marya, Tuan Muda sama menderitanya sepertimu. Berhentilah menyiksa diri! Temui dia!"
Marya mematung. Ia tak punya tempat bersembunyi lagi dan biarkan pertemuan mereka terjadi layaknya dikehendaki takdir.
"Aku pergi, Bibi Mai. Semoga harimu menyenangkan."
"Hati-hatilah di jalan! Oh ya, Marya ... malam minggu nanti minta ijin tak bekerja pada Madam Niels. Kita harus menjamu tamu Tuan Muda. Kamu hanya perlu di dapur dan bantu-bantu."
"Baiklah, Bibi Mai."
Marya berpamitan dan keluar lewat pintu belakang. Masih terlalu pagi, matahari sendiri masih berada di bawah garis cakrawala. Hanya saja, cahaya kemerah-merahan tampak di langit sebelah timur bawa kabar mentari segera terbit. Marya berjalan cepat melewati lorong-lorong perkebunan Murbei. Daun-daun Murbei dari perkebunan ini diekspor hingga ke Jepang. Selain sebagai makanan ulat sutera, daun Murbei juga dijadikan teh untuk berbagai penyakit termasuk diabetes melitus. Sementara buah Murbei dikembangkan oleh pemilik perkebunan ini di sebuah laboratorium canggih untuk dijadikan minuman herbal diuretik.
Marya sampai di halte dan menunggu sendirian. Bus baru akan datang 15 menit lagi. Dua orang terlihat melintas di seberang jalan, jogging di pagi hari. Mereka berbincang hangat saling meledek. Suara keduanya lamat-lamat merebak mengisi keheningan pagi. Marya tak menggubris, ia sibuk mencari headset di dalam tas sekolah.
Meooonggg ... Meooonggg ....
Suara kucing terdengar dari belakang bangunan halte. Marya menyimak.
Meeeeooonggg ... Meeeooongg ....
Timbul penasaran sebab suara itu terdengar merintih ketakutan, seperti dirinya. Tak menunggu lama ia datangi sumber suara, melongok di semak-semak di bawah pepohonan rindang Flamboyan yang berbunga mungil dan sangat cantik. Marya hampir terjungkal saat seekor anjing German Shepherd keluar dari semak-semak menyalak padanya berlari jauhi pohon. Marya mundur ketakutan dan menepuk dada tenangkan jantungnya yang berdebar kencang.
Meooonggg ... Meooonggg ....
Marya tengadahkan kepala. Suara itu berasal dari atas. Seekor kucing bercokol risau di salah satu dahan Flamboyan. Apakah dia digigit anjing dan terluka? Marya amati pohon sembari lepaskan tas sekolah. Setelah yakin, ia mulai memanjat ke tempat kucing bertengger.
"It's okay ... Mai si, doce! (kemarilah, manis!) Aku tak akan menyakitimu. Aku hanya ingin menyelamatkanmu," ujar Marya pelan.
Meooonggg ... Meooonggg ....
Marya berhenti di simpang dahan, ragu-ragu. Ia melirik ke bawah pohon kemudian memanjat satu dahan lagi. Cukup tinggi sekarang untuk menjangkau si kucing.
"Kemarilah!" Marya ulurkan tangan. Bukannya mendekat, si kucing malah menjauh ke dahan yang makin rapuh.
"Ya, Tuhan. Kau bisa jatuh jika terus ke sana! Kemarilah, manis!"
Pelan-pelan ia bergeser hampir mendapatkan tubuh si kucing ketika tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.
"Anda butuh bantuan, Nona?"
Meeooonggggg ....
Bukan saja kucing yang kaget, Marya juga. Konsentrasinya terpecah belah. Kucing melompat ke dahan lain setelah mengeong gaduh, bergerak lincah turun dari pohon dan menghilang di semak belukar. Dahan yang ditinggalkan kucing berayun-ayun. Tubuh Marya hilang keseimbangan.
Wooowwwww ... Wooowwwww .... Akkhhhhhhhkhhhhh ....
Marya menjerit keras saat tangannya tak berhasil menggapai dahan pohon, meluncur bebas dan ....
Bugggggggg ....
Marya ditangkap seseorang.
Penyelamatnya Itu pasti punya tubuh kuat sebab hanya jatuh sedikit dengan posisi satu kaki berlutut. Padahal yang ditangkapnya bukan sebuah bola. Atau benar kata Bibi Mai, tubuh Marya tak berisi. Tak cukup berat untuk jatuhkan seseorang. Marya segera terperangkap dalam lengan-lengan kuat seorang pria. Hoodienya terlempar.
Cahaya terang memancar secara horizontal pada garis cakrawala, bersinar jingga kemerahan. Kembang merah Flamboyan berjatuhan hujani keduanya. Sesaat hati Marya sesak oleh ingatan tentang suatu waktu, seseorang pernah datang memeluknya.
"Anda baik-baik saja, Nona?"
Suara itu kembalikan kesadarannya. Ia terbuka kini, Marya segera sembunyikan wajah di dada pria penyelamatnya itu. Tangan berusaha meraih Hoodie, namun topi terjepit di antara tangan si pria dan kepala Marya.
"Apa kamu baik-baik saja, Nona?! Maaf, aku tak berniat membuatmu kaget."
Suara jernih itu .... Ia mendengarnya baru kemarin.
"Maa - aaafff, bisakah kamu menutup matamu?! Please!" pinta Marya nyaris berbisik.
"Baiklah ... " sahut si pria tak ingin tanya alasan. Gadis dalam dekapannya mungkin malu.
Marya mengintip dari bawah dan hampir terkena serangan jantung ... ia mengenali rahang tajam dan dagu belah pria tersebut. Foto pria itu ada di dalam tas sekolah, di download dari halaman depan sebuah majalah.
"Eu sinto sua falta (aku merindukanmu) ... " guman Marya nyaris tak terdengar.
"Kamu mengatakan sesuatu?"
Pria itu akan menunduk dan mata mereka akan bertemu, Marya menolak itu terjadi. Ia menahan dagu pria itu agar tak melihat padanya.
"Bisakah, Anda menutup mata sampai aku pergi?"
"Hmmm, baiklah ... " jawab si pria patuh masih tak bertanya alasan, hanya mematung seakan tersihir suara merdu Marya.
Marya bangkit saat si pria melonggarkan lengan. Ia membungkuk, menutup kedua mata si pria gunakan telapak tangannya. Marya menunduk dan mengecup pria itu berterima kasih.
"Maaf, aku harus pergi ... obrigada (Terima kasih)."
Aku sangat merindukanmu.
Marya berlari dan melompat ke dalam bis tepat ketika pintu bis terbuka dan sembunyikan dirinya di bangku bis. Tak percaya takdir mempertemukannya lebih cepat. Ia sempat menoleh, pria itu masih berlutut tertegun. Mungkin bingung dicium gadis aneh pagi-pagi.
"Aku sangat merindukanmu ...."
***********************
Butuh banyak pertimbangan saat buat episode ini. Well semoga Readers suka.
Selamat membaca.
Jao Mora Nee Miu (I Love You)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Vivo Smart
tor bahasa bahasa asing yang sering muncul itu bahasa negara mana tor
2024-07-10
0
✨Susanti✨
gadis poni kambing didepan mata
2023-01-19
0
gia gigin
Pertemuan yg tak terduga Elgio dan Ruhi 😍😍sayang Ruhi belum mau jujur 😔
2023-01-14
0