"Abner, dia di sini!"
Elgio berseru tak mampu sembunyikan luapan emosi. Sekejap mata beralih dari pria serius berubah jadi bocah 11 tahun yang gembira saat temukan mainan kesayangan yang telah lama hilang. Tampak seperti itu.
"Siapa?!"
Abner keheranan. Bergegas hampiri Elgio ke pusara Leon Durante dan Benn Amarante. Nyaris saja tersandung saking terkejut mendengar histeria Elgio.
"Kumis kambing ... " jawab Elgio serius amati buket bunga di dua pusara yang berdampingan.
Penghuni kedua makam benar-benar sahabatan dunia - akhirat. Bukan sebagai bos dan asisten, tetapi sahabat dalam artian sesungguhnya. Saat hendak hembuskan napas terakhir, Leon meminta Abner menjaga Elgio sekaligus momohon dibaringkan di samping Ebenn.
Abner menggerutu pada jawaban Elgio, "Kau terus saja bicara soal 'kumis kambing dan jelmaan Sadako' menuntut aku paham. Meskipun aku mengerti siapa maksudmu tetap saja aneh terdengar. Bukankah ia punya nama? Mengapa pakai samaran?"
"Maksudku tentu saja ... Aruhi. Memangnya siapa lagi? Lihat ini!"
Elgio menunjuk dua buket bunga antusias. Wajah Elgio tak bisa ditebak, tetapi itu sesuatu yang bagus. Mata cokelatnya bercahaya. Abner belum pernah melihat Elgio bergelora macam itu.
"Emm, kamu yakin?"
"Yah, siapa lagi menaruh bunga di makam Ayahku dan Benn kalau bukan Aruhi?"
"Seyakin itu?"
"Siapa lagi? Aku satu-satunya Durante yang tersisa, tanpa family. Jadi, tak mungkin kerabatku menaruh Lily di dua makam ini."
"Mungkin saja Maribel. Tiap bulan di tanggal kematian Tuan Leon, Maribel menabur kembang dan menaruh bunga di sini."
"Tidak, aku yakin itu ... Aruhi. Ini bukan tanggal kematian Ayah ataupun Benn."
"Baiklah. Coba lihat, mungkinkah dia meninggalkan pesan?"
Abner iyakan saja sebab Elgio mendadak jadi sangat bawel. Ia bicara berapi-api patahkan semua argumen Abner. Elgio mulai memeriksa buket bunga satu persatu. Buket dibolak-balik berharap temukan sesuatu. Ia bahkan meneliti kertas pembungkus bunga dari jarak cukup dekat seakan ada kode rahasia yang bisa menuntunnya pada Aruhi. Namun, tak ada apapun.
"Bunga ini baru saja ditaruh! Masih segar dan wangi." Kali ini ia mengendus-ngendus bunga. Abner gelengkan kepala saat Elgio menyuruhnya ikut mengendus.
"Kau saja! Jika kamu bilang itu wangi dan segar berarti belum lama ia kemari. Coba kita ikuti jalur ke kota. Mungkin bisa temukan jejak."
"Kau benar. Buket ini punya name tag ... Hadriana Florist!"
Elgio mengusap name tag berharap kertas itu memberinya informasi. Ia mengguman sesuatu tidak jelas dan hanya telinganya sendiri yang mendengar.
"Coba nanti kita periksa tempat itu."
"Baiklah. Ayo!"
Elgio menaruh kembali buket bunga hati-hati dan rapi. Ia berniat angkat kaki dari sana ketika Abner menegurnya.
"Segitu saja? Kamu tak menyapa Ayahmu dulu?"
Elgio berhenti, teringat kalau ia terlalu bersemangat pada Aruhi sampai lupa tujuannya mengunjungi makam. Kedua belah tangannya terkatup di depan dada. Ia membungkuk beri hormat dan kembali tegak kemudian melambai pada makam Leon Durante.
"Ayah, aku datang. Bisnismu berjalan bagus berkat kecerdasanku dan Durante Land baik-baik saja. Aku akan menikah begitu bertemu seseorang yang pantas. Jadi, Ayah tak perlu cemas. Benn, jaga Ayahku. Oh, aku yakin kalian berdua bahagia di atas sana. Bisakah kalian berdua, biarkan aku bertemu Aruhi? Bukankah Ayah sangat sayang padanya? Mengapa tak bawa dia padaku? Aku sudah mencarinya selama bertahun-tahun. Ayah pasti tahu di mana dia? Beritahu aku Ayah! Aku perlu tahu keadaanya."
Abner terperanjat mendengar "say hallo" Elgio yang tak lazim. Ia berdecak sambil geleng-geleng.
"Kau terlihat seperti bocah 11 tahun yang ngambek pada Ayahnya? Di mana muka seriusmu? Aku pikir kau sudah beneran dewasa."
"Sedewasa apapun kamu, tetapi saat depan orang tuamu, kamu tetaplah anak kecil. Tak pernah bertumbuh."
"Yang barusan kau lakukan, itu penghormatan tak lazim di sebuah makam Ayahanda." Dagu Abner menunjuk makam.
"Lalu harus bagaimana? Aku bukan pria melankolis. Aku tak pandai merangkai kata, menulis puisi dan berdeklamasi untuknya. Juga tak mungkin menangis walaupun cuma berakting. Jika kau mau, kau saja Abner. Bacakan puisi 'Menunggu' Khalil Gibran atau 'Madrigal' William Shakespeare untuk Ayah. Aku akan menunggumu di mobil."
"Eh ....?!" Abner terperangah.
"Aku pergi Ayah. Aku akan kembali bersama Aruhi."
Elgio berbalik dan melangkah panjang ke mobil tinggalkan Abner yang masih terperanjat oleh tutur kata Elgio. Ia gelengkan kepala lagi. Sendi di pangkal kepalanya bisa bengkok sungguhan akibat terlalu banyak 'menggeleng' oleh tingkah Elgio hari ini. Tinggalah Abner menabur bunga sambil mengirim doa, mohon pengampunan untuk sikap tak hormat Elgio. Jika Abner tak salah lirik, Elgio melangkah sambil menari. Sepertinya pria itu bahagia berhasil temukan Aruhi.
"Ayo Abner! Puisimu dicicil saja. Bagaimana jika Aruhi sedang di jalan dan saat puisimu selesai, Aruhi menghilang?" teriak Elgio tak sabaran memaksa Abner pamitan dan berlari kecil. Mereka menaiki mobil dan tinggalkan kompleks pemakaman kembali ke kota. Elgio celingukan sepanjang jalan.
"Segampang itu? Sedangkan aku jungkir balik selama bertahun - tahun mencarinya?"
"Kamu kurang giat mencari Aruhi. Apa upahmu kurang banyak? Atau kamu mungkin tak mencarinya sama sekali, hanya menerima laporan dari laporan. Itulah mengapa Aruhi tak ditemukan selama ini."
Apakah Aruhi diadopsi orang kaya? Apa dia hidup bahagia? Atau apakah ia menderita di suatu tempat? Pertanyaan itu menghantui Elgio selama belasan tahun. Jangan-jangan benar dugaan Abner bahwa Aruhi bersama Salsa saat ini? Mereka akan tahu itu pekan depan. Tetapi bukan berarti, Elgio berhenti mencari saat ini.
"Kamu pernah ke rumah baru Aruhi? Dia punya pengasuh bernama Danish dan kalau tak salah ingat, Danish ikut Aruhi pindahan setelah kebakaran itu."
Wajah Danish terkenang samar-samar tetapi suara dengkurannya seakan baru saja di dengar Elgio, seolah baru kemarin.
"Danish telah meninggal dunia, tak lama setelah kebakaran. Ia menderita sleep apnea dan berhenti bernapas saat sedang mendengkur. Semacam gagal jantung."
"Serius?!" Elgio merasa berdosa sebab hampir saja menjahili Danish.
"Apa aku terlihat sedang mengarang cerita?"
Abner menginjak rem sekonyong-konyong saat sekawanan domba lewat di depan mereka tanpa permisi. Tubuh Elgio terhuyung ke depan.
"Oopss, sorry Elgio. Pengguna jalan tanpa sopan-santun ... lewat."
Bukannya mengeluh Elgio jentikkan jari, "Bingo ... ini pertanda baik Abner. Kambing itu punya janggut persis seperti poni Aruhi."
Abner melirik tuannya aneh, apakah Elgio mendadak gila?
"Itu ... yang barusan lewat domba Elgio, bukan kambing."
Elgio terkekeh melempar tubuhnya ke jok mobil, "Benarkah? Mereka terlihat mirip. Terlebih mereka sama-sama punya janggut."
"Lupakan! Jet lag-mu mulai mengangguku. Sebaiknya kita pulang dan kau makan sesuatu yang pedas agar mabuk pesawatmu berakhir."
"Tidak, kita ke Hadriana Florist dulu. Bagaimana jika mereka punya CCTV? Aku penasaran pada wajah Aruhi."
"Kau ini aneh. Belum tentu itu Aruhi. Whatever lah. By the way Elgio, tentang Aruhi ... hal mana yang paling kamu inginkan dari menemukan Aruhi? Hartamu atau hatimu?"
Abner mencuri pandang lewat spion pada Elgio yang terlihat mulai kacau. Jalanan kosong melompong, harapan pria itu mulai menipis. Abner tak habis pikir, Elgio menggantung keyakinan pada dua buket Lily?
"Entahlah ... jika ini tentang hatiku, apakah kau senang sekarang? Curigamu meleset, aku bukan homoseksual."
"Aku bersyukur, tetapi bagaimana jika ternyata malah biseksual? Itu lebih membingungkanku."
Elgio menarik bibir tanpa senyum, tatapannya setajam silet, "Kamu ingin kepalamu pisah dari tubuhmu, Abner?"
Abner tertawa geli, "Aku satu-satunya yang kau miliki. Kau tak akan memenggalku semudah ocehanmu."
*****************************
Dukung Senja Cewen Selalu
Jangan lupa like, comment, love, vote. I will feedback to your story.
Jao Mora Nee Miu (I Love You All)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
She Imoed
setelh nangis² ini dibikin ketawa,good job kak
2023-08-13
0
☆࿐ཽ༵༆༒ 𝑵𝒐𝑵𝒂𝒎𝒆 ༒༆࿐ཽ༵☆
author nya pandai sekali merangkai kata.. 🥰🥰🥰
2023-06-30
0
viva vorever
ngakak so hard🤣🤣🤣benar2 absurd tingkah elgio ,bisa2 nya puisinya disuruh nyicil emang pegadaian😄😄😄,pdahal udah baca berulang kali tetep ngakak😃😃...
2023-05-26
1