Heart Darkness
Aruhi kecil terbangun dari tidur tak lelap oleh suara omelan bercampur tangisan putus asa yang semakin menjadi-jadi. Perlahan gadis kecil itu turun dari tempat tidur dan mengintip dari balik pintu kamar.
Di ruang tengah yang sangat berantakkan, seorang wanita muda cantik nan jelita sedang duduk di sofa. Wanita itu adalah Ibunda Aruhi, Salsa. Di hadapannya ada sebuah meja dan di atas meja terlihat botol-botol minuman keras berjejer tak beraturan. Beberapa di antaranya tergeletak kosong.
Ibu minum-minum lagi.
Wanita itu menangis terisak-isak sambil memasang rokok di celah bibir, nyalakan api, kemudian dekatkan api pada ujung rokok. Mungkin karena terlalu banyak minum atau mungkin karena guncangan tangis, tangan sedikit gemetar, hingga tak berhasil membakar rokok. Dia kembali memaki.
"Oh sial ... kehidupan seperti apa ini? Laki-laki macam apa ini? No money ... no pride ... no everything. Bahkan rokok sialan ini tak berpihak padaku!"
Korek kembali dinyalakan, ujung rokok berhasil tersulut api. Rokok dihisap, ditahan dan ditiup perlahan. Dinikmati dalam kesendirian, dalam keremangan. Suara tangisanpun ikut mereda. Aruhi bernapas lega. Suasana hati Ibu sepertinya membaik setelah merokok.
Apakah ada hal lain yang Ibu inginkan? Aruhi kecil berpikir.
Ayah bekerja keras dan hasilkan uang. Mereka miliki rumah walaupun bukan rumah mewah dan selalu punya makanan. Ibu berpakaian bagus dan memakai kosmetik di wajah cantiknya. Penampilannya selalu menarik. Apa yang Ibu inginkan lagi? Aruhi tak pernah bandel atau cengeng seperti anak-anak lain. Saat ibu pulang bekerja, Aruhi tak pernah minta dipeluk atau dimanja. Juga tak pernah menangis dan buat Ibu kesal sekalipun kelaparan seharian, Aruhi tak pernah merengek. Dia takut sebabkan Ibu marah.
Ingin sekali mendekat pada Ibu dan menghibur, tetapi terakhir kali lakukan hal itu, Ibu marah-marah dan menampar kedua pipinya dengan ponsel. Aruhi ingat berlarian ke kamar, menangis hingga pagi dan meringkuk di sudut kamar. Dia juga tak ke sekolah esok harinya, sebab teman-teman pasti akan melihat aneh pada bengkak di sudut-sudut matanya. Aruhi mengerti Ibu mungkin sedang capek. Atau mungkin kesal pada Ayah yang jarang pulang.
Perut kecil Aruhi berbunyi dan baru ingat semalam tak makan sama sekali. Ibu tak masak sekalipun kulkas penuh bahan makanan. Sementara pengasuh bayaran hanya memasak untuk siang hari.
Ibu cuma tiduran sepulang kerja, merengek separuh menangis dan mulai mabuk-mabukkan. Aruhi akhirnya cuma mengisi perut dengan sandwich nutella dan sekotak susu cokelat. Untung masih ada tertinggal di dalam tas sekolah, sisa parcel ulang tahun dari teman sekelasnya.
"Ayah ... bisakah Ayah pulang sekarang? Aku rindu pada Ayah?"
Gadis kecil malang itu berbisik pada dingin angin malam yang berhembus. Ayah sangat sibuk, sebab Ayah Aruhi bekerja sebagai sopir pribadi dari seorang aktor terkenal.
Beliau jarang berada di rumah. Siang hari, biasanya Aruhi diasuh oleh seorang babysitter yang dibayar perjam. Ibu pergi bekerja dan pulang sore hari lalu tidur sampai malam. Tengah malam Ibu akan mulai minum dan mabuk lagi.
Kadang Ibu pulang diantar laki-laki berbeda. Para tetangga sering bergosip tentang pekerjaan Ibu dan mereka membicarakannya saat melihat Aruhi.
"Ayah jarang pulang, Ibunya sering bersama banyak pria. Malang sekali ...."
"Ibunya pasti wanita tak beres ...."
"Ibunya pasti menjual diri ...."
"Jangan-jangan Aruhi itu bukan anaknya, jadi ayahnya jarang pulang ...."
Masih banyak lagi.
Aruhi masih terlalu kecil untuk mengerti tetapi bahasa dan nada suara mereka bahkan bisa dipahami oleh anak kecil.
Lama Aruhi terdiam mengintip. Lalu suara mobil masuk pekarangan rumah membuatnya sangat - sangat gembira.
"Ayah pulang ... " bisiknya riang.
Dia berlari ke jendela kamar dan berseri-seri melihat Ayah keluar dari mobil dengan banyak barang bawaan. Aruhi menahan diri untuk tak pergi keluar. Dia akan berpura-pura tidur sebab Ayah pasti akan datang ke kamarnya dan mulai mengelus rambutnya.
"Apa yang sedang kau lakukan, Sayang? Mengapa minum-minuman keras di pagi buta dan merusak kesehatanmu? Apa yang kamu lakukan dalam rumah sementara ada anak kecil di sini?"
Suara Ayah terdengar kesal walaupun bicaranya pelan. Aruhi turun dari tempat tidur dan kembali mengintip. Bau asap rokok bercampur alkohol dengan cepat tercium oleh hidung kecilnya.
Ayah meraih botol-botol dan masukkan semuanya ke dalam plastik sampah. Ibu terlihat tak peduli.
"Apa yang kau inginkan? Ini bukan contoh yang baik untuk Aruhi."
Ayah merebut rokok dari tangan Ibu dan hancurkan benda itu.
"Jangan ganggu aku! Kau laki-laki sialan. Lihatlah aku sekarang! Hidup tanpa uang, tanpa harga diri. Tak ada apapun yang bisa aku pamerkan pada teman-temanku. Tak ada apapun."
Ibu mulai mengumpat sementara Ayah terlihat sabar hadapi tingkahnya itu. Ayah menahan emosi sekalipun harga diri pasti terluka.
"Sayang, kamu lagi mabuk. Ayo, kuantar kamu tidur!"
"Oh ... berhentilah bersikap manis seperti itu! Aku muak padamu, pada hidupku."
"Baiklah, katakan apa yang kamu inginkan? Kita bisa selesaikan ini tetapi bukan dengan minum-minum. Okay?"
"Aku ingin pergi kuliah bukan bekerja. Aku ingin uang banyak, harta berlimpah dan mobil mewah. Aku juga tak ingin bertemu Puteri sialanmu itu."
"Salsa! Jaga ucapanmu! Aruhi adalah Puterimu. Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu?"
"Harusnya kau dengarkan aku! Harusnya aku aborsi saja waktu itu. Lihatlah aku sekarang!"
"Baiklah, jika kamu ingin ke kampus untuk kuliah. Lakukanlah! Berhentilah menyiksa dirimu sendiri dan berhenti bicara tidak-tidak tentang Aruhi. Okay?" bujuk Ayah.
Ayah memapah Ibu ke kamar tidur dan menyetel musik penghantar tidur. Aruhi menutup pintu pelan dan naik ke tempat tidur. Lunglai.
"Jadi, karena aku? Ibu tak menyukaiku?"
Aruhi terisak. Pikirnya Ibu marah dan mudah kesal karena sesuatu pasti terjadi di tempat kerja.
"Tetapi ... Ibu seperti itu karena aku. Mengapa Ibu tak suka padaku? Teman-teman di sekolah juga tak menyukaiku. Mereka anggap aku anak aneh. Padahal aku tak lakukan apapun yang membuat mereka marah. Aku hanya tak ingin berteman."
"Aruhi???"
Panggilan halus di pintu kemudian langkah kaki mendekat. Dihapusnya air mata. Ayah tak boleh lihat ia bersedih.
"Ya, Daddy ...."
Aruhi bangun dan memeluk Ayahnya erat. Rindu sekali pada Ayah.
"Kamu belum tidur?"
"Aku rindu Ayah. Sangat rindu. Aku juga lapar, Ayah. Mengapa Ayah pergi begitu lama?"
"Ayah di sini sekarang, Sayang. Ayo, kita ke dapur. Kamu mau makan mie sehat? Ayah akan buatkan untukmu?"
Aruhi mengangguk penuh semangat lekas lupakan sedih.
"Ayo, Ayah."
Aruhi duduk di meja makan sementara Ayah merebus mie instan. Aroma mie menguap hingga menembus ke perut kecilnya. Dia sangat kelaparan sekarang.
Benn Amarante adalah seorang pria tampan dan baik hati yang menikahi Salsabila, gadis muda rupawan dari keluarga kaya raya dan kalangan berada. Hubungan keduanya tak direstui. Benn dulunya pengawal pribadi Salsa, sebelum keduanya jatuh cinta lalu putuskan larikan diri. Mereka kabur menjauh dari orang tua Salsa dan hidup di pinggiran kota kecil bersama Puteri mereka, Aruhi.
Belakangan Salsa tak bisa lagi menerima guncangan hidup bersama pria kurang harta. Padahal, Benn penuhi kebutuhan hidupnya.
Itu tidak cukup!
Salsa terbiasa bergelimang harta dan berfoya-foya. Hidup tanpa uang dan banyak kepalsuan buat Salsa tertekan.
"Nah, ini dia. Mie sehat. Ada mie, telur, sayuran. Enak bukan???"
"Iyah, Ayah."
"Ayo dimakan, Sayang!"
Aruhi mulai makan sambil meniup mangkuk agar cepat dingin.
"Awwhhh ... panas, Ayah," serunya sambil mengibas-ngibas mulutnya.
"Itu kepanasan atau kepedasan?" tanya Benn pada Aruhi. Pria itu mengecup puncak kepala puterinya penuh kasih sayang. "Apa Ayah salah tumpahkan saos? Cabe bukan tomat?"
"Ini kepanasan." Hening. "Ayah, bolehkah aku ikut Ayah pergi bekerja? Sekolah membosankan."
Benn menghela napas berat dan tuangkan air untuk Aruhi.
"Kamu tak suka sama pengasuhmu?"
Aruhi mengangguk. Tapi, Aruhi tak beritahu Benn bahwa pengasuhnya sangat tidak perhatian. Sang pengasuh bahkan habiskan semua jatah makan siang Aruhi. Itulah mengapa Aruhi sering kelaparan.
***
Stay on, yah!
Jika suka ceritanya jangan lupa like, favorit, share, vote.
Makasih sudah mengikuti saya kemari!
By Senja Cewen ....
No Plagiat!!!
Aku akan menindak tegas segala macam plagiat terhadap karyaku!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Wini aulia 08
nangis q baca bayangin betapa nasip aruhi udah kelaparan dibenci bnyk org wlw pun menyayangi tp bokap jarang dirumah tak Ter bayang luka hatinya
2023-02-02
1
✨Susanti✨
hai" kak,, mampir kesini lagi AQ
2023-01-19
0
gia gigin
Aku mampir Thor
2023-01-14
0