***
"Jika sesuatu terjadi, pencet tombol 1 ini. Kamu akan segera tersambung ke ayah."
Ayah Benn mengajari Aruhi menggunakan ponsel untuk antisipasi jika bahaya mengancam Aruhi.
"Baik, Ayah ... " jawab Aruhi patuh.
Setelah kebakaran itu, Aruhi dan Ayah tinggal di rumah baru di dekat Durante Land. Ayah menolak tawaran Tuan Leon untuk tinggal bersama mereka sebab Aruhi tak ingin Elgio terluka gara-gara dirinya. Namun, berhubung Ayah takut keberadaan mereka diketahui Tuan dan Nyonya Diomanta, hunian mereka sangat dirahasiakan termasuk dari Elgio.
Aruhi dipindahkan dan suasana di sekolah baru berbeda, sekalipun ada hal-hal tertentu tak berubah. Namanya diganti meskipun itu tidak merubah keadaan. Ia masih tetap dikucilkan atau mungkin disisihkan karena tak mau berteman dengan anak lain. Tidak masalah baginya selama tak ada yang mengganggu.
"Sejak hari ini, namamu adalah Marya Corazon. Kamu akan melepas nama family kita tetapi jangan pernah lupakan nama itu, ya! Sebab itu adalah nama Kakek-Nenekmu!"
"Mengapa Ayah? Aku telah terbiasa dengan Aruhi?"
Ayah membelai rambut halus Aruhi.
"Sayang, Aruhi itu nama yang indah. Namun, penuh kesedihan. Kau tak akan gunakan nama itu lagi. Ayah telah mengurus dokumen dan namamu telah berganti jadi Marya Corazon Aquino. Nama ini adalah nama seorang wanita pemberani dari Filipina. Punya arti gadis kuat, ulet, dan memiliki hati yang indah. Jangan marah pada Ibumu tapi jangan pernah percaya padanya jika kamu bertemu dengannya suatu hari nanti."
"Ayah mau kemana?"
"Aruhi, Ayah tak kemana-mana. Ayah akan selalu berada di sisimu sampai kapanpun. Kalau rindu, kamu bisa telpon ayah kapan saja, ya!"
Ayah mengecup kening lalu menimang Aruhi.
"Ayah, I love you so much."
****
Tersentak bangun, air mata Marya telah tergenang menetesi bantal. Ia menggeliat di atas ranjang bak cacing di lahan panas tandus tanpa air, ratapi kemalangan demi kemalangan. Suatu waktu Ayah terbaring kaku dengan wajah penuh luka dan Aruhi ditinggal sendiri, sebatang kara di bumi fana. Ia memanggil dari sisi peti mati, amati satu-persatu pelayat, berharap Ayah terselip di antara mereka.
Aruhi ingat hari itu, saat Ayah tak menjawab panggilan. Bibi Maribel datang menjemput dan mengatakan Ayah telah pergi ke langit, tinggal di salah satu bintang yang bersinar paling terang di atas sana. Sejak itu, Ayah tak pernah terlihat lagi. Seberapa keras ia menangis, Ayah tak pernah kembali.
Marya menarik kotak kecil dari bawah kolong tempat tidur. Ia keluarkan ponsel tua, mengaktifkannya lalu men-dial nomer 1. Ia menunggu. Terhubung ke mail box. Tak ingin menerka keanehan.
"Ayah ... Ayah di mana? Aku merindukanmu, sangat merindukanmu. Aku jadi yang pertama di sekolah, tetapi tak ada Ayah untuk melihat nilaiku. Aku sangat sedih, Ayah. Tolong bahagia di atas sana. Hanya itu yang bisa kuatkan aku. Jangan lupakan aku, kumohon, Yah."
Marya bicara ditelpon banjir air mata. Ia terisak, menggigit bibir kuat, menahan pedih hati. Sukar terima penguatan tentang, "Hilang tetapi tak benar-benar pergi" atau "Tak terlihat bukan berarti dimusnahkan". Marya hanya harus percaya Ayahpun demikian. Saat-saat tertentu ia sangat rindu pada Ayah, ia akan memencet tombol 1 di ponsel tua yang anehnya masih berfungsi dengan baik. Ia menyimpan dengan baik benda antik itu, hanya sesekali digunakan untuk menelpon Ayah ketika hati terlalu letih merindu.
Marya tertatih ke kamar mandi. Ia harus keluar pagi buta setelah hari di mana ciumannya untuk Elgio Durante di halte Broken Boulivard telah ciptakan masalah. Sejak pagi itu, Elgio curiga dan menanti di halte esok harinya, membuat Marya tak bisa ikut bus pagi dan harus berjalan kaki ke sekolah.
Marya keluar dari hunian. Bibi Maribel sudah mulai bekerja di dapur rumah besar Paviliun sejak pagi buta, siapkan sarapan untuk penghuni Durante. Melirik kamar tidur Elgio yang masih gulita, ia hembuskan napas tertahan.
"Ya, Tuhan ... aku ingin sekali bertemu dan memeluk Elgio Durante."
Ia melihat Elgio tadi malam di halte bus, pria itu menungguinya. Marya ingin berlari pada Elgio tetapi ia ragu. Jadi ia mengintip dari balik Flamboyan lalu mengikuti Elgio dari belakang ketika pria itu berjalan pulang. Ia kagumi siluet menakjubkan Elgio lantas segera bersembunyi di balik pohon ketika Elgio menengok curiga. Takut kepergok. Untuk pertama kali, Marya melepas hoodie dan diam-diam lepas kangen pada Elgio.
Marya mulai melewati ladang Murbei seperti biasa. Pagi redup, bintang masih terlihat di langit. Ia hampir sampai di belakang halte ketika sebuah erangan terdengar sayup di telinga. Ia berani nyalakan senter ponsel setelah lima menit perjalanan dalam kegelapan kemudian mendekat ke sebuah lubang, pada sumber suara. Marya takut cahaya menarik perhatian seseorang di Durante Land.
"Ya, Tuhan ...."
Marya melompat mundur ketika pantulan senter cahaya jatuh tepat di mata berwarna hijau mengerikan.
"Apa itu?!"
Marya bergidik ngeri. Namun, rasa penasaran mengalahkan rasa takut sebab jika tak salah tebak itu adalah erangan seekor anjing. Marya kembali arahkan senter. Di dasar sebuah lubang seekor anjing bergerak gelisah, ia mengaing di sana mengharapkan bantuan. Rupanya ia jatuh di lubang jebak yang dibuat pekerja Durante Land untuk landak yang sering merusak perkebunan.
"Dilly?!" panggil Marya keheranan. Dilly menyalak padanya sebelum mengaing. "Apa yang terjadi?! Aku akan menolongmu, tapi kau tak boleh menggigitku!" seru Marya.
Ia menengok kiri-kanan, tak ada orang di pagi begini. Dilly menyalak padanya lagi.
"Aku tak bisa menolongmu jika kamu kasar dan menyerangku! Juga jangan menyalak padaku! Aku melihatmu semalam di dalam kandang bermain bersama Elgio, mengapa kamu ada di sini pagi ini? Apa Elgio lupa mengunci kandangmu?"
Marya tak mungkin mengulur tangan, lubang itu terlalu dalam. Jadi, ia melepas tas sekolah, keluarkan isi dan julurkan tas pada Dilly. Sementara Marya pegangi ujung tali ransel itu.
"Kau bisa gigit dan aku akan menarikmu keluar! Ayo, anjing pintar!"
Herder berbulu emas seakan paham, ia menggigit ujung bawah tas Marya kuat dan Marya menariknya perlahan. Mereka gagal di percobaan pertama. Dilly mendaki ragu.
"Baiklah, kita coba sekali lagi yah!"
Si anjing pintar itu mencoba sekali lagi, menggigit tas Marya kuat-kuat dan gunakan kakinya untuk memanjat keluar.
"Bagus! Dikit lagi! Ayo, Dilly. Ayooo!"
Marya berhasil menariknya keluar walaupun bagian depan Hoodie jadi kotor.
"Apa kakimu terluka?"
Dilly menggonggong marah pada lubang lalu menjauh. Anjing itu menunggu Marya di belakang halte Broken Boulivard. Sementara Marya bersihkan Hoodie dan kembali masukan buku. Ujung tasnya sobek. Tak apalah, ia bisa menjahit nanti.
Lampu jalanan menyinari mereka. Maria berlutut dekat Dilly.
"Kau baik-baik saja? Apa kau terluka?"
Satu siku kaki menopang tubuh. Ia hendak memeriksa si Herder tanpa menyentuhnya. Mendadak terdengar suara kaki seseorang melangkah cepat dan tergesa-gesa. Dilly mengibas ekor senang. Marya berdiri terkejut dan berbalik 180 derajat. Ia mundur beberapa langkah melihat pria ber-hoodie mendatanginya dengan langkah panjang. Pria itu melepas topi, tampilkan pahatan wajah sangat tampan. Suara jernihnya kedapatan gugup.
"Hai, 'Poni Kambing' ... kau tak bisa sembunyi lagi sekarang."
Orang itu mendekat langsung memeluk Marya sangat erat.
*****
Maaf ya, harus cut chapter ini jadi dua Chapter. Akan up dua chapter hari ini.
Dukung Senja Cewen.
Like, comment, fave, rate, follow me.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
☆࿐ཽ༵༆༒ 𝑵𝒐𝑵𝒂𝒎𝒆 ༒༆࿐ཽ༵☆
poni kambing kita bertemu lagi😅
2023-06-30
0
☆࿐ཽ༵༆༒ 𝑵𝒐𝑵𝒂𝒎𝒆 ༒༆࿐ཽ༵☆
seketika aku ingat abah ku yg sdh meninggal juga.. 😭😭😭
2023-06-30
0
Sri Yuni
sumpah kak di part ini aku sedih banget nyesek kak.. mudah2n aruhi nanti bahagia sama elgio,semangat aruhi
2023-06-05
0