Aruhi malang ....
Di umur sangat belia sudah harus melihat kelaliman dan keegoisan orang dewasa. Apakah orang dewasa hanya penuh dengan kekejian? Mula-mula Ibu dan sekarang, seseorang yang bernama Tuan Dio.
Aruhi sempat senang saat menoleh ke arah tangga dan dapati Salsa sekilas terlihat. Namun, ekspresi kosong Salsa membunuh rasa bahagia Aruhi. Lebih dari itu, Aruhi paham kini, alasan Ibu rela tinggalkan dia dan Ayah. Bukan hanya istana indah ini, tetapi karena Ibu ingin menikah lagi. Itu berarti Ibu akan punya suami baru dan anak lain. Cincin berlian di tangan Ibu mengkilat. Kilauan bertebaran terkena cahaya semakin buat hati Aruhi bertambah sedih. Ingin sekali membenci Ibu tetapi cintanya terlalu besar pada wanita itu.
"Tolong hentikan! Tolonglah ...."
Ratapan dan permohonan Ruhi untuk berhenti memukuli Ayah tak diindahkan, malah semakin menjadi-jadi. Di waktu bersamaan, sebuah Limosin masuk ke pekarangan rumah Tuan Dio.
Tuan Dio tersenyum puas melihat Benn lemah tak berkutik. Tubuh Benn ditendang berulang kali dan darah mengucur dari hidung juga mulutnya. Aruhi berlutut di kaki Tuan Dio, di ujung sepatu pria itu.
"Jangan pukuli Ayahku, tolong Tuan ... semua ini salahku. Jika aku tak merengek pada Ayahku, kami tak akan kemari. Biarkan kami pergi!"
Tuan Dio beralih pandang pada Aruhi melempar hinaan, seolah-olah Aruhi adalah kotoran burung di ujung sepatu kilatnya.
"Jangan pernah mencari Ibumu di rumahku ini! Wanita yang kamu lihat, dia bukan Ibumu. Mengerti?" seru Tuan Dio gusar kemudian hentakkan sepatu dari wajah Aruhi. Terdorong keras oleh perlakuan kasar Tuan Diomanta, Aruhi kembali berlutut.
"Baiklah Tuan, aku mengerti. Tolong lepaskan Ayahku ...."
"Tentu saja!" olok Tuan Dio. "Sebelum itu, beri pria ini pelajaran sampai dia kapok dan berhenti mengganggu Puteriku. Lalu singkirkan mereka! Aih, benar-benar menodai sukacitaku."
"Baik, Tuan," jawab para pengawal.
Seseorang turun dari Limosin. Leon Durante, aktor papan atas, publik figur senior, berwajah karismatik, menyapu pandangan sekeliling setelah keluar dari Limosin.
Luke Diomanta bergegas menyambut tamu kehormatan. Dia membungkuk dan berjabatan tangan erat.
"Tuan Leon, apa kabarmu???"
"Yah ... yah ... seperti yang kamu lihat."
"Tepat sekali. Anda masih terlihat bugar dan sehat. Film Anda juga sangat sukses. Wajah Anda terpampang di mana-mana. Semakin karismatik di usia senja dan sangat memikat. Negeri ini berada di genggaman Anda, Tuan... dan itu sangat luar biasa."
Tuan Dio coba ambil hati sang tamu dengan untaian pujian. Leon terkekeh. Suara Diomanta terdengar seperti sogokkan tanpa ketulusan. Meskipun begitu, Leon tetap hormati sanjungan penuh omong kosong itu untuk senangkan hati tuan rumah.
"Usia, kesuksesan dan kekayaan adalah berkat Tuhan. Nikmati saja, selagi bisa. Saat kamu terbaring dalam peti mati, saat itu pula kamu tak akan bisa berkarya lagi. Uangmu tak akan sanggup membeli hidupmu kembali. Lakukan yang terbaik hari ini, seolah-olah besok kamu akan mati," sahut Leon Durante dan ia mulai terusik oleh suara tangisan di ujung pekarangan. Insiden keributan telah menarik perhatian Leon.
"Filosofi yang hebat ... " sahut Tuan Dio.
"Luke Dio, sejak tadi aku dengar suara tangisan. Ada ribut-ribut apa? Mengapa penjaga rumahmu bergerombol seperti anjing pemburu sedang menerkam mangsa?"
"Oh itu ... bukan apa-apa Tuan Leon. Ada sedikit gangguan. Bagaimana kabar Elgio Durante? Anak itu pasti telah bertumbuh tinggi saat ini. Seandainya aku punya cucu perempuan akan aku jodohkan dengan Elgio! Hubungan kekerabatan di antara kita bisa bertambah erat."
Tuan Dio mengirim kode pada para pengawal untuk segera singkirkan tubuh Benn dan anaknya yang merusak pemandangan.
"Apakah kamu masih penganut paham dari jaman kolot seperti itu?"
Leon Durante mengawasi Luke Diomanta lalu pada tubuh lunglai seorang pria tak jauh darinya. Beberapa orang berusaha menutupi pandangan Leon. Wajar jika pesta sering diiringi keributan, tetapi suara tangisan serak seorang gadis kecil sudah sangat mengganggu. Apakah Luke Dio tak punya hati? Kekerasan di depan anak kecil? Gadis kecil itu bahkan bersuara sangat parau seakan telah menjerit sepanjang waktu.
"Mari masuk, Tuan. Ada sedikit gangguan tapi akan segera dibereskan. Acara akan segera dimulai. Salsabila baru kembali dari Swiss dan Mr. Conrad telah melamarnya untuk dijadikan istri."
"Well, selamat atas pernikahan Puterimu. Aku yakin mahar pernikahan ini pasti sangat menguntungkan bisnismu," ucap Leon menyindir. Sayang, Tuan Dio terlalu bodoh untuk terjemahkan ucapan Leon.
"Tuannnnnn, lepaskan Ayahku!? Aku tak akan datang lagi, mencari Ibuku kemari. Kasihanilah Ayahku ... Tuan!?"
Leon Durante mendaki anak tangga satu persatu. Makin diabaikan suara tersendat-sendat itu semakin menggores nuraninya. Seorang bocah butuh pertolongan dan tak ada satu orangpun merespon. Apakah moral manusia abad ini telah runtuh? Tatapannya kembali menelusuri tubuh pria yang setengah diseret menjauh ke arah gerbang. Mata Leon Durante membentur sesuatu. Mobil ... dan ....
"Benn?!"
Leon seakan tak percaya pada kedua matanya. Dia tercengang keheranan sebelum cepat-cepat turuni tangga untuk mengecek penglihatannya. Dia tak salah lihat. Leon mendekat pada tubuh buram bergelimang darah.
"Astaga ... Ebenn?! Aruhi?! Hei, Lepaskan dia! Apa yang kau lakukan?"
Leon memekik murka pada pengawal yang menyeret tubuh lemah Benn. Leon mencengkeram jas pengawal dan melemparkannya menjauhi Benn.
Leon membungkuk memeriksa kondisi Benn yang nyaris tak dikenali. Ia beralih, lalu memeluk Aruhi yang sesegukkan di samping Benn. Mengelus kepala Aruhi penuh kasih sayang. Menenangkannya.
"Kenapa kamu di sini, Ruhi? Bukankah kamu akan ke wahana hari ini? Yah, Tuhan. Apa yang dilakukan orang-orang ini pada seorang anak kecil?"
"Tuan Leon?!" panggil Luke Diomanta mendekati Leon Durante.
"ABNER! SEGERA BAWA BENN KE MOBIL!" Leon kembali memekik marah abaikan panggilan Diomanta. Sopir pengganti bernama Abner dibantu Yama membawa Benn ke dalam Limosin.
"Masuklah ke mobil bersama Ayahmu, Aruhi! Tunggu Uncle Leon di sana, yah! Uncle perlu bicara dengan seseorang."
Aruhi mengangguk patuh dan pergi ke mobil. Gigi Leon gemerutuk menahan marah. Dia berhadapan langsung dengan Luke Diomanta yang terlihat tak berdosa.
"Kamu berusaha menghabisi nyawa asisten pribadiku?"
"Aaaa-, Asis - ten Anda, Tuan?" Tenggorokkan Tuan Dio seakan tersumpal sesuatu.
"Kurang ajar kau Luke Diomanta! Kamu mendera dia di depan anaknya? Bukankah itu keterlaluan?"
"Asisten anda? Pria rendahan ini asisten Anda? Aku bisa jelaskan Tuan Leon. Ini tak seperti apa yang Anda pikirkan?"
"Luke Diomanta, kurasa kamu bertindak sungguh keji ...."
"Tuan Leon ... aku bisa jelaskan, pria ini adalah orang kepercayaanku dulu sampai dia membawa - "
"Luke Diomanta, aku membatalkan semua kontrak kerja dan kesepakatan awal kita. Kamu ternyata tak punya hati. Nuranimu sudah mati. Aku tak akan menaruh uangku pada pria bengkok sepertimu. Aku permisi ...."
"Tuan Leon, jangan seperti itu! Benn telah menculik dan membawa Puteriku pergi bersamanya. Jika jadi aku, apakah kamu akan menerima dengan lapang dada? Aku hanyalah seorang Ayah yang sangat marah. Aku tak sebaik Anda, Tuan."
"Oh, jadi ... Puterimu itu istri Benn? Apa Benn memukulinya atau apa hingga kamu begitu brutal dan lalim? Apakah Ebenn Amarante menyiksa Puterimu? Asistenku masuk dalam jajaran suami takut istri. Lihat apa yang telah kau lakukan?"
Leon berdecak, "Baguslah, sekarang orang akan tahu ... Puterimu bukan pulang dari Swiss tetapi tinggalkan suami dan anaknya untuk pernikahan lain. Ayah dan anak benar-benar tak punya nurani."
**********************
Ini kisahnya agak slow gitu.
Ikuti dengan sabar yah. Jangan lupa jempolnya, komentar yang membangun.
Jao Mora Nee Miu (I Love You)
Senja Cewen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
bunga cinta
bagooss
2024-05-23
1
Rantika Autian
aku galau kak ceine dan sekarang aku ingin menghilangkan kegalauan ku dengan membaca ulang cerita aruhi kecil 🥺
2024-03-09
1
She Imoed
setuju banget sama tuan Leon,anak sama bapak kelakuanya kya setan
2023-08-13
0