Tony dan Ryan dibawa ke salah satu markas Wikar yang sudah ada Ando di tempat itu. Tapi karena banyak sekali orang dan tempat ini juga luas, Ando tidak tahu kalau sahabatnya itu sudah datang ke tempat ini.
"Terimakasih atas jemputannya." kata Tony pada Bram.
"Tidak perlu berterimakasih. Itu sudah menjadi tugasku. Sekarang masuklah, prajurit itu akan menunjukkan jalan untukmu."
jawab Bram sembari menunjuk ke salah satu penjaga yang sudah menunggu mereka berdua.
"Baiklah."
Tony dan Ryan lalu diarahkan ke kamar mereka masing-masing. Mereka menanyakan tentang Ando, prajurit itu mengatakan bahwa Ando sedang beristirahat. Tapi kemudian Ando melihat sendiri dua sahabatnya itu dari kejauhan.
Dia langsung menyapa dua sahabatnya itu, mereka saling berpelukan. Kini harapannya sudah dikabulkan.
"Terimakasih prajurit. Biar aku yang akan mengantarkan mereka." kata Ando pada prajurit itu.
"Siap komandan." jawab prajurit itu.
"Mereka memanggilmu komandan?" tanya Ryan pada Ando.
"Iya. Itu semua karena Wikar yang memberikan kepercayaan kepadaku untuk menjaga tempat ini." jawab Ando.
Sembari mengobrol, Ando mengajak mereka untuk makan terlebih dahulu sebelum menuju ke kamar mereka. Mereka berbagi cerita satu sama lain.
Ando juga menceritakan semua pengalamannya kepada dua sahabatnya itu. Pertama kali Ando ditempatkan oleh Wikar sebagai komandan, itu karena Ando berhasil menguasai beberapa wilayah. Dan salah satunya adalah tempat ini. Oleh karena itu, Wikar memberikan kepercayaannya kepada Ando, untuk menjaga tempat ini sebaik mungkin.
Dengan pasukan yang berjumlah seratus lima puluh orang, Ando merasa sangat kerepotan. Karena Ando belum banyak tahu tentang mengatur wilayah kekuasaan Wikar.
"Karena itulah aku sangat membutuhkan kalian berdua ada di tempat ini." kata Ando kepada mereka.
"Kami berdua akan selalu bersamamu." kata Tony.
"Lalu bagaimana dengan para tentara?" tanya Ryan.
Pertanyaan itu seakan membuat Ando merasa tidak senang. Ando meneguk minumannya.
"Makan dulu makanan kalian sampai selesai, aku akan menceritakan semuanya nanti." kata Ando pada mereka.
Karana selama di tempat perawatan mereka hanya makan sayur bening, Ryan dan Tony banyak memakan daging di tempat ini. Apalagi mereka berdua belum makan sama sekali saat berangkat menuju ke markas.
Setelah menyelesaikan makan, Ando lalu membawa mereka berdua untuk bersantai di ruangannya. Dia mulai menceritakan semua yang telah terjadi saat Ryan dan Tony tidak bersamanya.
"*Aku mendengar kabar, kalau Jendral Hidi telah mati. Dia di tembak oleh seseorang. Dan hal itu membuat para tentara mengamuk dan menyerang ladang minyak yang dikuasai oleh Wikar. Para tentara berniat untuk menghancurkan tempat itu. Tapi untunglah, aku dan pasukan yang lainnya dengan cepat mencegah hal itu*." kata **Ando**.
"*Lalu bagaimana kabar Jendral Hidi sekarang? Apakah dia sudah dimakamkan*?" tanya **Tony** padanya.
"*Itulah yang tidak aku ketahui. Tapi yang jelas, kematian Jendral Hidi sangatlah aneh. Dia adalah Jendral yang sangat terlatih dan ahli dalam semua hal. Tapi bagaimana bisa dia mati dengan hanya sebuah pistol*." kata **Ando** penuh dengan tanda tanya.
"*Mungkin karena dia sudah terlalu lama berada dimeja, bukan di lapangan. Dan aku yakin kalau bukan Wikar ataupun kelompoknya yang melakukan pembunuhan itu. Tapi dari pihak tentara sendiri*." kata **Ryan**.
"Apa yang kau maksud?" tanya Ando pada Ryan.
"*Saat pertama kali aku masuk di kemiliteran, aku pernah mendapatkan perintah dari atasan Jendral Hidi, kalau semua pasukan diharapakan bisa menyerang ladang minyak, yang kau sebutkan tadi Ando. Tapi penyerangan itu gagal. Dan Jendral Hidi mendapatkan teguran dari atasannya sendiri. Bahkan dia diancam, jika sampai gagal pada penyerangan yang lain, maka Jendral Hidi terpaksa harus dicabut dari kedudukannya sebagai Jendral*." kata **Ryan**.
"*Yang aku tahu, kau adalah anggota baru Ryan*." kata **Ando** dengan heran, mendengar cerita yang disampaikan oleh **Ryan**.
"*Itu menurut kalian. Tapi sebenarnya, aku juga sudah cukup lama berada di militer. Hanya saja Jendral Hidi selalu menempatkanku di antara pasukan yang baru. Hobyku yang suka menguping pembicaraan orang lain, membuatku selalu dikucilkan oleh anggota yang lain. Begitu juga dengan Jendral Hidi. Dia tidak suka kepadaku, setelah dia tahu kalau aku menguping pembicaraan Jendral Hidi dengan atasannya*." kata Ryan.
"*Apa lagi yang kau ketahui? Mungkin ini akan menjadi hal yang penting untuk kita mengetahui semuanya*." tanya **Ando** padanya.
**Ryan** seakan mengetahui banyak sekali hal-hal kotor yang ada di militer. Semua itu karena hobynya yang suka menguping pembicaraan orang lain.
**Ryan** juga mengatakan, kalau selama ini **Jendral** **Hidi** terlibat perdagangan manusia. Dari mulai menjadikan para gadis di bawah umur sebagai pelacur, dan juga menjual organ tubuh manusia. Semua bisnis itu telah lama dia lakukan untuk menyambung hidup keluarganya. Karena gaji dari pemerintah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
"*Aku benar-benar tidak menyangka. Apa buktinya kalau semua ucapanmu itu benar Ryan*?" tanya **Ando**.
"*Kau bisa tanyakan semuanya pada Wikar. Karena selama ini, Wikar selalu berusaha menjadi pembeli. Agar orang-orang itu tidak dijadikan budak oleh Jendral Hidi*." jelas **Ryan** pada **Ando**.
**Ando** yang mendengar hal itu merasa kecewa dengan **Ryan**. Karena selama ini dia hanya diam. Seharusnya **Ryan** membuka semua rahasia ini kepada semua orang, agar tidak ada lagi tentara yang menjadi korban dari kebusukan para pemimpinnya.
"*Kenapa kau tidak mengatakan semuanya kepada semua orang? Seharusnya kau membongkar semua kebusukan ini. Dan mengatakan yang sebenarnya, bahwa Wikar telah menyelamatkan banyak orang*." kata **Ando** dengan tegas.
"*Bagaimana aku bisa melawan? selama ini Jendral Hidi selalu mengancam akan membunuh semua keluargaku. Sedangkan kita semua tahu, kalau sekarang keluargaku sedang dalam tahanan militer*." kata **Ryan** menjelaskan semuanya.
"*Kita harus menyelamatkan keluargamu Ryan. Kita harus melalukakannya. Dan aku yakin, jika kita melakukannya dengan rencana yang tersusun rapi, pasti kita bisa membawa seluruh keluargamu pergi dari sana*." kata **Tony** kepada **Ryan**.
Ando merasa kasihan dengan nasib keluarga Ryan. Dia harus mengambil resiko untuk menyelamatkan seluruh keluarganya. Karena jika tidak, maka seluruh keluarganya bisa dibantai habis oleh tentara militer.
Karena lambat laun, keberadaan mereka bertiga pasti akan diketahui oleh pemerintah. Apalagi sekarang mereka sudah terkenal di dunia kemiliteran, karena pengalaman tempur mereka yang luas.
"*Baiklah. Kau adalah sahabatku, walaupun kau belum lama ikut denganku, tapi aku sudah menganggapmu seperti keluargaku sendiri. Aku akan membantumu*." kata **Ando** meyakinkan **Ryan**.
"*Aku juga Ryan. Kau tidak perlu khawatir. Kami berdua akan selalu bersamamu. Kami sudah kehilangan keluarga kami. Dan kami tidak mau hal itu terjadi padamu juga*." kata **Tony**.
"*Terimakasih banyak*." jawab **Tony** dengan penuh kegembiraan.
Tidak lama lagi dia akan melihat kembali keluarganya. Terutama dengan kakek dan neneknya yang selalu menjadi penyemangat dalam hidupnya. Merekalah yang mengurus **Ryan** dari kecil, karena orang tua **Ryan** sibuk dengan pekerjaan mereka.
**Ryan** sangat berharap, kalau keluarganya bisa ia selamatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments