Bab 14

Sedikit demi sedikit, wilayah yang dikuasai oleh para tentara, telah berhasil direbut kembali oleh Ando dan pasukannya. Ando semakin bersemangat, saat dia tahu kalau sebentar lagi dua sahabatnya akan kembali bersamanya. Tidak lama lagi mereka akan sembuh dan kembali bertempur bersama dengan Ando. Ando sangar berharap, dia juga bisa membawa Julia bersamanya. Karena Julia juga salah satu orang terbaiknya.

Ando kini telah berhasil menerima berbagai informasi dari komandan tentara yang ia tawan beberapa hari yang lalu. Dia mendapatkan kabar kalau Jendral Hidi telah meninggal dunia. Kematiannya itulah yang membuat para tentara dari seluruh kesatuan mengamuk, yang kemudian mereka bersatu untuk menyerang Wikar dan kelompoknya. Karena menurut mereka, Wikar-lah yang telah membunuh Jendral Hidi.

Keadaan para tentara militer semakin kacau. Mereka semakin tidak terkendali. Banyak dari mereka yang hanya peduli dengan keadaan masing-masing, dan melupakan tanggung jawab mereka sebagai tentara. Mereka sudah tidak terlalu peduli dengan perang yang saat ini sedang terjadi.

Bahkan banyak dari mereka yang membuat kelompok kecil. Dan mereka saling beradu kekuatan, untuk membuktikan siapa yang paling kuat, dan siapa yang pantas untuk menjadi penguasa. Para tentara itu juga berusaha menghancurkan satu persatu pertahanan kelompok **Wikar**.

Tapi, dibawah komando **Wikar** dan juga semua rencana yang dia jalankan, satu persatu tempat yang dikuasai kelompok **Wikar** bisa direbut kembali oleh **Wikar** dan pasukannya. Orang yang paling berjasa dikelompoknya adalah **Ando**, karena **Ando** sangatlah berpengalaman di medan pertempuran.

Tidak ada satupun pasukan yang mati dibawah pimpinan **Ando**. Mereka menyerang dengan begitu teratur dan terarah. Hal ini karena **Ando** sangat menerapkan kedisiplinan pada pasukan yang ia pimpin. Pasukan **Wikar** bisa mendapatkan pengalaman baru. **Wikar** memang sengaja menaruh **Ando** di posisi paling penting, karena dia tahu kalau **Ando** lebih berpengalaman dari pada yang lain.

Lee yang kini sudah sembuh dari sakitnya, sedang menjalani latihan. Dia harus belajar menggunakan jari palsunya, agar dia mudah dalam melakukan semua hal. Diketahui, kalah Lee ternyata seorang perakit senjata yang hebat. Walaupun dia tidak mahir menembak, tapi untuk merakit dan membuat senjata, Lee sudah sangat ahli.

Beberapa senjata kesayangan Wikar, ternyata juga berasal dari Lee. Hanya saja, Wikar tidak pernah mengatakannya kepada siapapun, sampai pada waktunya nanti Lee benar-benar siap untuk bergabung dengannya. Semua orang di tempat ini sangat menutup rapat-rapat semua kisah kehidupan Lee yang sebenarnya. Mereka berusaha menutupi semua ini untuk membuat Lee tetap aman.

Lee masih terus berlatih agar dia terbiasa dengan jari palsunya. Dia ingin sekali kembali ke tempat ini dan secepatnya bergabung dengan Wikar. Wikar dan Lee sudah seperti anak dan ayah. Secara hakikat, hati mereka tidak dapat dipisahkan. Mereka berdua selalu bertukar kabar dengan menggunakan surat. Mereka tetap terhubung dimana pun dan kapan pun.

Saat Lee dalam bahaya, Wikar pasti akan selalu hadir tepat pada waktunya. Seperti saat Lee di sekap oleh Ando dan pasukannya. Wikar sebenarnya sudah tahu kalau hal itu telah terjadi. Tapi Wikar memilih waktu yang tepat untuk menyelamatkannya. Dia membiarkan para warga sipil menyerang Ando pasukannya terlebih dahulu, agar Wikar dan pasukannya bisa mengambil kesempatan bagus untuk menyerang Ando.

**Lee** sudah berusaha berkali-kali menggerakkan jari-jarinya, tapi tetap saja gagal. Dia masih belum mampu untuk menggunakan jari buatan itu. Jarinya yang lain juga sulit untuk digerakkan. Dia merasa sedikit kecewa karena tidak bisa melakukan semuanya dengan tangannya sendiri. Jangankan untuk merakit senjata lagi, untuk makan saja dia sangat kesulitan.

"*Kenapa semua ini harus terjadi padaku*." katanya dalam hati.

**Tony** yang melihat anak itu sedang murung, dia lalu menghampirinya dan berusaha menghibur **Lee**, agar dia ceria kembali.

"*Kau kenapa*?" tanya **Tony** pada **Lee**.

**Lee** hanya diam, dan menghela nafasnya. Dia ingin menceritakan semuanya kepada **Tony**. Tapi mulutnya terkunci oleh kesedihannya.

"*Aku pernah memiliki seekor anjing. Tapi anjing itu mati karena tertembak oleh para tentara yang saat itu bertempur di dekat tempat tinggalku. Saat itu aku begitu sedih, karena harus kehilangan hal yang sangat aku sayangi. Tapi aku tersadar, bahwa aku harus bisa membiasakan diri*."

**Lee** terus memperhatikan **Tony** yang menceritakan kehidupan masa lalu bersamanya anjing peliharaannya.

"*Aku tidak bisa terus menerus bergantung pada sesuatu. Aku harus mulai mencoba hal-hal baru dalam hidupku. Lambat laun, aku terbiasa sendiri, tanpa harus ditemani oleh anjing kesayanganku. Begitu juga denganmu, kau adalah seorang laki-laki. Kau tidak boleh bergantung pada sesuatu hal selama-lamanya. Kau harus mulai membiasakan diri dengan jari palsumu, walaupun itu sangatlah sulit*." kata **Tony** pada **Lee**.

"*Aku sudah berusaha sekuat tenaga mencoba jari buatan ini. Tapi tetap saja tidak bisa*." kata **Lee** pada **Tony**.

"*Itu karena kau masih mengharapkan jarimu kembali. Relakan jarimu itu untuk pergi, dan aku akan terbiasa dengan semua itu. Ya sudah, aku harus beristirahat. Ini sudah malam. Cepatlah membaik. Aku akan menunggumu*." kata **Tony** pada **Lee** sebelum dia pergi menuju tempat tidurnya.

**Lee** terdiam, memikirkan semua yang **Tony** katakan padanya.

"*Ternyata itu yang dia ajarkan padaku. Bahwa aku harus merelakan jariku yang telah hancur. Dan menerima takdir baru dengan lapang dada*." gumamnya lagi dalam hati.

**Lee** mulai mengerti apa yang **Tony** katakan padanya. Memang, dalam hati kecilnya dia masih menginginkan jarinya yang dulu, bukan sebuah besi kecil yang sekarang menempel ditangannya. Tapi semua itu sudah berlalu, dia harus berusaha menerima semuanya dengan tabah.

Dia tidak bisa terus-menerus meratapi nasibnya. Dia berusaha meyakinkan dirinya, bahwa dia harus bisa melewati semua ini. Sudah banyak sekali hal yang dia alami di tempat ini. Dan semua itu bisa dia jalani dengan penuh kesabaran.

"*Kalau hanya sebuah jari aku bersedih, bagaimana aku mau mengorbankan diriku untuk berjuang di tempat ini? Aku harus terbiasa dengan semua ini. Aku tidak mau bersedih berlama-lama*." kata **Lee** pada dirinya sendiri.

Dia terus mencoba dan mencoba agar jarinya bisa digerakkan dengan sempurna. Mulai dari menarik sebuah selimut, hingga mengangkat sebuah sendok. Lalu dilanjutkan dengan berlatih mengangkat sebuah gelas.

Ando kini mulai bermain-main dengan senjatanya. Dia mencoba berlatih merakit dan mengembangkan senjata yang dia gunakan. Dia menggunakan semua peralatan yang ada untuk bisa mengembangkan kemampuan senjatanya agar lebih nyaman digunakan.

Ando juga melatih kembali kemampuan bela dirinya dengan para ahli bela diri di tempat ini. Dia berlatih sepanjang hari disela-sela waktu istirahatnya. Sudah sangat lama Ando tidak melatih dirinya seperti ini, karena dia hanya sibuk dengan tugasnya yang tidak pernah selesai. Tapi di tempat ini, Ando memiliki banyak sekali jam istirahat yang bisa dia manfaatkan untuk melakukan berbagai hal.

Terpopuler

Comments

IG: Saya_Muchu

IG: Saya_Muchu

Semangat author k7

2021-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!