Bab 4

Para warga sipil yang menyerang, sekarang sudah mulai berkurang jumlahnya. Ada yang mati, ada juga yang memutuskan untuk lari. Banyak dari mereka yang tewas karena menerima perlawanan dari pasukan Ando. Rekor pembunuh paling sadis telah berpindah kepada Ando. Setelah sebelumnya yang memegang angka kematian paling banyak adalah Tony.

Ando menjadi sangat sadis. Dia bahkan menyandera salah satu remaja untuk dijadikan jaminan, kalau warga sipil tidak menyerang kembali. Dia juga menginterogasi remaja itu untuk mendapatkan informasi keberadaan pasukan Wikar yang masih tersisa. Tapi, remaja yang tidak tahu apa-apa itu, hanya bisa menangis dan kencing di celana. Ando bahkan memiliki remaja tersebut sampai babak belur.

"Sekali lagi! Dimana para tentara itu?! Hah?!"

Ando berusaha keras untuk mendapatkan informasi dari remaja itu. Walaupun hasilnya nihil, tapi dia tetap memaksa remaja itu untuk berbicara.

"Aku benar-benar tidak tahu apa-apa. Aku hanya ikut-ikutan." Kata remaja itu.

"Apa kau bilang?! Ikut-ikutan?! Kau fikir semudah itu membunuh teman-temanku?! Hah?! Kau harus mempertanggung jawabkan semuanya!" Jawab Ando.

"Tunggu!"

Tony berusaha mencegah Ando yang ingin menyayat tubuh remaja itu.

"Jika kau membunuhnya. Maka tamatlah kita. Kita bisa pasangkan bom ini dilehernya. Setelah itu, kita akan suruh dia untuk mengambil makanan. Bom ini bisa kita lengkapi dengan GPS. Kita juga bisa meledakkannya dari jarak jauh." Kata Tony.

"Baiklah. Pasangkan bom itu dilehernya. Kita akan lihat, apakah bocah sialan ini masih bisa bertahan atau tidak?!" Kata Ando.

Tony lalu memasang bom kecil itu dileher remaja tersebut. Setelah itu, Tony memberikannya sebuah tas.

"Ingat! Bawa makanan dan minuman sebanyak mungkin. Jika kau berulah, aku tidak bisa menolongmu lagi. Ando, dia adalah komandan yang paling di takuti. Dan dia lebih gila dari tikus got." Kata Tony kepada remaja itu.

Dengan sisa tenaganya, remaja itu berlari ke sebuah rumah. Saat dia sampai di lantai dua rumah itu, dia menodongkan senjata kepada seorang kakek tua. Dan menerobos paksa ke dalam dapur kakek itu. Mengambil semua makanan dan minuman yang mereka miliki.

Dia sangat panik, karena Tony mengancam, jika remaja itu tidak bisa menyelesaikan semuanya dalam lima menit, maka bom itu akan meledak. Dan bisa membunuh siapapun yang ada di dekatnya.

Hal ini membuat remaja itu semakin takut, dan khawatir. Karena yang rumah dia curi adalah rumah sahabat ayahnya sendiri. Ayah dari remaja itu sudah tewas karena ditembak oleh Ando saat penyerangan beberapa jam yang lalu.

Dia tidak ingin ada lagi orang yang tewas. Meskipun remaja ini ikut dalam pemberontakan, tapi remaja ini memilik niat yang baik. Dia ingin sekali ada perdamaian dan ketentraman di negara ini. Hal yang tidak diketahui oleh orang lain adalah, dia banyak membaca buku tentang sejarah bangsa ini.

Dia merindukan negara ini menjadi negara yang aman tanpa peperangan, tanpa korupsi, tanpa pengkhianat. Dia sudah kehilangan banyak sekali anggota keluarga. Mulai dari ibunya pada saat perang ini pecah. Hingga ayahnya sendiri yang mati karena berusaha menyelamatkannya.

Setelah mendapatkan makanan dan minuman dari beberapa rumah warga. Remaja itu kembali ke dalam bangunan, untuk menemui Ando.

"Lihatlah! Aku sudah mendapatkannya. Apakah ini cukup untuk kita?" Kata remaja itu.

"Kita? Apakah kau berfikir aku akan membagikan makanan ini untukmu?!" Jawab Ando.

Tony semakin tidak suka dengan perilaku Ando yang sekejap berubah menjadi sangat kejam. Sebelumnya, Ando tak pernah mau menyakiti warga sipil. Karena dia juga korban perang ini, sama seperti remaja itu. Tapi sekarang, Ando telah berubah menjadi manusia yang hina. Tapi mau bagaimana lagi, Tony bukanlah orang yang suka mengkhianati janjinya. Dia tetap akan mengikuti perintah Ando. Seperti seorang Punggawa yang patuh pada perintah Rajanya.

Tapi Tony lagi-lagi berusaha membela remaja itu. Dia berusaha menengahi perdebatan mereka.

"Komandan! Jika kau membunuhnya, kita tidak akan mendapatkan makanan lagi. Dia masih berguna untuk kita. Dia juga harus makan bersama kita. Selama bom itu menempel dilehernya, dia tidak bisa berkutik." Kata Tony dengan nada berbisik.

"Baiklah. Kau boleh ambil bagian. Aku akan membaginya dengan adil." Kata Ando.

"Terimakasih." Kata remaja itu.

Mereka semua lalu makan bersama-sama. Ryan dan beberapa orang lainnya tetap berjaga. Karena mereka semua harus saling menjaga satu sama lain. Tempat ini masih belum cukup aman untuk mereka tinggali. Remaja itu merasa risih karena Ando terus memperhatikannya. Tapi Tony yang duduk disamping remaja itu, berusaha untuk menenangkannya.

"Jangan khawatir. Dia hanya sedang marah, karena sudah kehilangan banyak sekali teman. Dia sudah bertahun-tahun mengikuti perang ini. Tidak heran kalau hari ini dia bersikap seperti orang gila." Kata Tony kepada remaja itu.

"Lalu bagaimana denganmu?" Tanya remaja itu.

"Aku sudah bertahun-tahun mengikutinya. Terkadang, dia menjengkelkan. Tapi dia orang yang sangat baik. Sangat jarang ada pasukan yang tetap bersama-sama seperti ini. Kebanyakan mereka akan mati bersama pemimpinnya. Dan dibiarkan terlantar di tempat ini, sampai mereka menyatu kembali dengan tanah." Jawab Tony.

"Tapi aku melihat, Komandan Wikar dan pasukannya menguburkan mayat para tentara yang mati dengan layak. Bahkan dia mendoakan mereka."

"Oh ya? Apalagi yang kau lihat?" Tanya Tony karena penasaran.

"Mereka juga membagikan makanan dan minuman, setiap kali menerima bantuan logistik. Senjata yang aku miliki tidak dibeli, tapi diberi." Kata remaja itu.

"Seperti apa Wikar itu?" Tanya Tony dengan berpura-pura tidak tahu.

"Dia orang yang baik. Seperti dirimu. Dan dia orang yang pandai bergaul dengan siapa pun. Karena itulah, banyak sekali orang yang setia kepadanya. Dia mementingkan rakyat kecil. Rakyat jauh lebih penting daripada dirinya sendiri. Aku juga mengaguminya. Tapi aku tidak pernah menginginkan perang ini terjadi." Kata remaja itu.

Pemuda itu melanjutkan ceritanya,

"Aku selalu membaca buku sejarah. Dan aku menginginkan kedamaian di negara ini. Tapi aku sadar, bahwa aku tidak memiliki daya apapun untuk membuat semuanya kembali seperti semula. Aku hanya setetes air, ditanah yang tandus. Aku berharap bisa menolong. Kenyataannya, aku yang membutuhkan pertolongan itu."

Tony yang mendengar semua ucapan remaja itu hanya bisa termenung, dan teringat kembali akan masa lalunya.

Sebelum perang ini terjadi, Tony adalah anak yang nakal. Dia suka membuat kerusuhan. Bahkan dia anak yang pembangkang. Dia masih ingat, bagaimana rasanya saat melihat orang-orang yang ia sayangi meregang nyawa dihadapannya sendiri.

Dia menyesali masa remajanya yang begitu kelam. Tempat ini dulu begitu indah. Dulu dia orang yang berada. Memiliki banyak uang. Banyak teman. Dan ditakuti dimana-mana.

Namun sekarang keadaan telah berubah. Uang hanyalah cerita. Kekuasaan dan kejayaan hanyalah kenangan yang tak akan terulang. Kepalanya tertunduk, matanya terpejam. Tidak pernah terbesit sedikitpun dalam pikirannya, kalau bangsa yang kuat ini akan hancur.

Semua kebahagiaannya ada di tempat ini. Ia juga sama sekali tidak menyukai perang ini. Tapi semuanya sudah terjadi. Yang terpenting baginya sekarang adalah, tetap berusaha untuk bertahan hidup.

Terpopuler

Comments

mr. Lucifer

mr. Lucifer

p

2021-11-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!