Bab 12

"Dengar semuanya! Militer sedang berusaha keras untuk menguasai pertambangan minyak kita. Mereka akan menggunakan minyak itu untuk kepentingan mereka sendiri! Apakah kita akan diam?!"

"Tidak!"

"Apakah kita akan membiarkan orang-orang biadab itu berkuasa kembali?!"

"Tidak!"

"Untuk itulah, sekarang kita semua berangkat! Kita bantu saudara-saudara kita yang sedang mempertahankan wilayah mereka!"

"Siap!"

Atas perintah langsung dari Wikar, Ando bersama dua puluh pasukannya, bertugas untuk membantu sahabat-sahabat mereka yang sedang adu tembak dengan para tentara. Para tentara itu berusaha merebut kembali ladang minyak yang sudah dikuasai oleh kelompok Wikar.

Mereka semua berangkat dengan empat kendaraan lapis baja. Perjalanan mereka ke tempat itu tidaklah jauh. Hanya satu kilometer dari markas. Di dalam mobil, Ando mengambil sebuah Drone untuk mengawasi keadaan yang ada disana. Sekaligus untuk membantu pasukan yang lain dari udara.

Karena menurut informasi yang didapat, jumlah tentara sangatlah banyak. Dan semua tentara militer sedang dikerahkan untuk menyerang tempat-tempat yang dianggap sangat penting. Pasukan Wikar sekarang harus dipecah menjadi puluhan kelompok, agar mereka bisa tetap saling melindungi satu sama lain.

"Komandan! Ando melapor pada pusat! Ganti!"

"Ini komandan Wikar. Apa laporanmu? Ganti."

Ando dan Wikar saling berkomunikasi untuk memberitahukan semua peristiwa yang sedang terjadi. Ando saat itu melihat melalui Drone yang ia gunakan, kalau para tentara terus berdatangan, hingga membuat pasukan Wikar sedikit kewalahan.

"Pasukan musuh terus berdatangan! Meminta izin menembak dengan Drone! Ganti!"

"Positif Ando! Gunakan senjata apa pun yang tersedia. Usahakan Drone terbang jauh dari ladang minyak. Ganti."

"Dimengerti Komandan! Selesai!"

Ando langsung memutuskan saluran radionya, dia lalu menggunakan Drone itu untuk menyerang para tentara. Walaupun Drone itu tidak terlalu besar, tapi Drone itu mampu membawa dua buah roket dan juga tiga ratus butir amunisi. Ditambah lagi dengan kecepatan terbang dan juga ketahanannya yang sangat luar biasa. Dalam waktu lima menit, Ando sudah berhasil melukai puluhan orang.

Drone itu sangatlah berguna pada saat pertempuran semacam ini. Karena Drone itu bisa menembak secara otomatis. Sang pengendali hanya perlu menandai sasarannya. Dan dengan sendirinya, Drone itu akan menyerang target dengan sangat cepat dan tepat.

Para tentara juga tidak mau kalah. Mereka menggunakan roket otomatis untuk menghancurkan Drone yang diterbangkan oleh Ando. Meskipun sangat tidak mungkin bisa menghindari serangan dari roket otomatis, tapi akhirnya Drone itu bisa lolos dengan sangat sempurna, berkat keahlian Ando sebagai seorang pengendali.

"Berapa jumlah Drone yang kita bawa?" tanya Ando pada Ambar.

"Tiga Drone, dengan peluru penuh." jawab Ambar.

Ambar memang sengaja diikutkan dengan Ando, karena dia adalah seorang peretas. Dia juga yang telah membuat Drone itu bersama Wikar. Dia juga seorang driver yang sangat handal. Dulunya Ambar adalah seorang pembalap, tapi karena perang ini, dia kemudian bergabung bersama Wikar untuk membalas kematian keluarganya.

Dia juga pernah bekerja di perusahaan IT ternama. Dulu Ambar adalah wanita baik-baik. Tapi sifatnya seketika berubah, setelah dia banyak mengikuti perang. Walaupun waktunya banyak dihabiskan di depan komputer, tapi bukan berarti Ambar tak pernah membunuh. Dengan Drone yang dia buat, Ambar sudah membunuh banyak sekali tentara. Namun Ambar tidak pernah sebaik Ando dalam mengendalikan Drone-nya sendiri. Karena Ambar jauh lebih suka menjatuhkan Drone-nya di wilayah musuh, dari pada harus membawanya pulang.

"Aku harus mengisi ulang pelurunya. Drone ini harus kembali. Kita masih sangat membutuhkannya." kata Ando.

"Tekan saja pada peta, lalu biarkan Drone itu kembali ke titik ini, dengan menekan tombol pilot otomatis." kata Ambar.

"Ya, sudah." Ando.

"Sekarang kendalikan Drone yang lain." kata Ambar berusaha mengarahkan Ando.

"Baiklah. Sekarang aku sudah cukup paham." jawab Ando.

"Kita sudah semakin dekat. Kau harus cepat Ando. Waktu kita tidak banyak. Aku tidak mau datang ke tempat itu hanya untuk mati konyol." kata Ambar.

"Tenang. Aku sedang mengusahakannya." Jawab Ando.

Ando melihat kalau jumlah tentara sekarang semakin banyak. Ando terpaksa harus mengorbankan salah satu Drone, agar dia juga bisa mengendalikan Drone yang lainnya. Karena Drone kedua digunakan secara otomatis untuk menandai dan menyerang musuh.

Sedangkan Drone pertama sudah kehabisan amunisi. Apalagi, mereka sudah semakin dekat dengan wilayah tempur. Sangat tidak memungkinkan jika harus tetap menggunakan Drone. Ando juga melihat kalau Jed sudah datang bersama Loah dan yang lainnya. Mereka membawa banyak pasukan bantuan. Banyak juga warga sipil yang membantu mereka.

Sekarang keadaan berbalik. Para tentara mulai kewalahan menghadapi serangan **Ando** dan rekan-rekannya. Apalagi sekarang mereka dihadapkan dengan pasukan khusus kebanggan **Wikar**. **Lionet** sudah terkenal dengan aksi gempuran mereka yang ganas, namun sangat tertata rapi.

Belum lagi dengan **Deathless**, yang sekarang ikut andil dalam pertempuran ini. Bahkan kelompok **Deathless** mampu menembak jatuh helikopter militer. Karena senjata mereka bisa dengan mudah menembus kaca kemudi, sehingga helikopter yang seharusnya membantu, justru menjadi masalah karena helikopter itu jatuh tepat di gerombolan para tentara yang sedang bertempur.

Ledakkan terjadi dimana-mana. Desingan peluru semakin menyeru, membuat tempat ini semakin panas. Pertempuran ini terbilang mengerikan bagi **Ando**, mengingat sekarang mereka berada tidak jauh dari ladang minyak yang sangat mudah terbakar. Jika sampai ada api yang menyambar, pasti mereka semua bisa mati terpanggang.

"*Loah?! tempat ini semakin panas. Kita tidak bisa terus menerus berada di tempat ini. Kita harus menyapu mundur para tentara, kalau tidak, kita bisa mati terpanggang*." kata **Ando** pada **Loah**.

"*Kau benar. Yoshi! Adam! kalian serang sebelah kanan*!"

"*Deathless! Deathless! Serang saja komandan pasukan mereka! Peringatan! serang komandan pasukan*!" perintah Loah pada pasukannya.

"*Siap*"

Terdengar jawaban yang begitu singkat dari para **Deathless**. Mereka membunuh setiap komandan pasukan. Kalau dihitung, total komando pasukan sebanyak delapan orang. Setiap komandan membawa kurang lebih lima puluh anggota. Dan sekarang sudah banyak dari mereka yang tewas. Ditambah lagi dengan tewasnya tiga komandan pasukan, maka itu akan membuat para tentara lari dari pertempuran.

"Cepat mundur! kita terdesak!" perintah salah satu komandan pada pasukannya.

Saat komandan itu mencoba kabur, para Deathless menembak kedua kakinya. Dia terjatuh, dan dengan terpaksa semua pasukan meninggalkannya. Karena situasi semakin tidak terkendali. Banyak sekali mayat bertumpukkan. Mereka semua mati dalam keadaan yang mengenaskan. Tapi komandan tentara itu dibiarkan hidup, untuk ditangkap dan diinterogasi.

Karena mereka pasti bukan hanya menginginkan ladang minyak ini, tapi juga ada alasan lain.

"Menurutmu, apa yang membuat para tentara menyerang besar-besaran seperti ini?" tanya Loah pada Ando.

"Aku rasa ladang minyak bukan satu alasan yang tepat. Pasti ada yang lain. Ayo kita bawa komandan itu ke markas." jawab Ando.

Beberapa dari mereka kembali ke markas, sedangkan Loah, Shira, dan Adam tetap berada di tempat ini, untuk mencegah jika para tentara menyerang tempat ini lagi.

Komandan itu terus berteriak saat dibawa oleh Ando. Dia sama sekali tidak dapat mengenali wajah Ando yang sudah ditandai. Saat bergabung, Ando memutuskan untuk menandai wajahnya juga, agar semua orang menganggap dia telah mati.

Terpopuler

Comments

mr. Lucifer

mr. Lucifer

p

2021-11-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!