Bab 5

"Kita tidak bisa terus menerus di tempat ini. Tony, siapkan peledaknya. Kita akan membuat pintu sendiri."

"Dan sisanya, tetap awasi keadaan. Karena warga mulai kembali membawa senjata. Dan aku yakin, pasti tempat ini akan direbut kembali oleh mereka." Kata Ando kepada pasukannya.

"Baiklah! Akan aku siapkan semuanya." Kata Tony.

Mereka bergegas melakukan segala persiapannya. Dan Tony menggunakan lima buah bom C4 untuk meledakkan salah satu bagian tembok dari bangunan ini. Yang lainnya berjaga, sembari mempersiapkan senjata dan juga bekal yang harus mereka bawa. Karena sampai detik ini, belum ada panggilan apa pun dari Jendral Hidi. Bala bantuan juga tidak datang. Padahal, tempat ini cukup aman jika dimasuki oleh pasukan yang lain, dalam jumlah yang banyak.

Kalaupun mendapatkan serangan dari warga sipil, para tentara pasti bisa bertahan dari serangan itu. Tapi tidak ada tindakan apa-apa dari markas pusat. Ando dan pasukannya sudah sangat kelelahan, karena mereka mendapatkan serangan-serangan kecil dari para warga sipil. Ada yang melempar molotov, granat, dan juga bom asap untuk menghalangi pandangan mereka.

"Cepatlah Tony! Kita kembali diserang! Pandangan kita terhalang oleh bom asap yang mereka lempar." Kata Ando kepada Tony.

Tony sudah memasang semua bom itu pada tempatnya. Tapi karena ada warga sipil yang menerobos masuk, dia akhirnya memilih melawan mereka.

"Lindungi Tony! Cepat!" Perintah Ando kepada pasukannya.

"Menyingkir!" Kata Tony.

"Ledakkan!"

"Siap!"

Seketika itu, Tony memencet tombol pemicunya dan ledakkan besar pun terjadi. Beberapa orang yang berada di dekat tembok itu terlempar, karena daya ledaknya. Ando langsung memerintahkan mereka semua untuk keluar dari tempat itu. Meskipun posisi mereka di lantai pertama, tapi lantai itu cukup tinggi untuk mereka melompat.

Ada salah satu anggota yang tertembak. Dan yang satunya lagi mengalami patah tulang karena tidak siap melompat dari lantai itu. Lalu orang itu langsung di tembaki secara brutal oleh para warga sipil yang sudah berhasil masuk.

"Buat barisan! Kita harus saling melindungi!" Perintah Ando.

Tapi sepertinya, perintah Ando sudah tidak lagi didengar lagi oleh anggota pasukan yang lain. Hanya Tony dan Ryan yang masih mendengarkan perintah Ando. Pasukan itu memang pasukan yang baru saja dilatih, dan sama sekali tidak pernah mendapatkan pengalaman tempur. Mereka semua lari dari pertempuran, dan membuat situasi menjadi semakin sulit.

Dengan jumlah orang yang seharusnya bisa melawan, mereka lebih memilih lari dan ditembaki, dari pada harus menyerang balik warga sipil. Bukan karena mereka tidak tega menyerang warga, tapi karena mereka takut. Padahal, kalau mereka melawan, mereka semua akan selamat.

Sayangnya, mereka dalam posisi yang terdesak. Musuh terus berdatangan. Pasukan Wikar yang mereka kira sudah pergi dari tempat ini, ternyata mereka masih disini. Mereka menyerang kembali dan melemparkan granat kejut, yang membuat Ando, Ryan, dan Tony, serta pasukan yang lain ditangkap oleh kelompok Wikar.

Dalam keadaan yang lemah dan setengah sadar, Ando melihat ada seseorang berbadan tinggi besar mendekatinya. Dia mengatakan sesuatu, tapi Ando tak bisa mendengarnya, karena telinganya berdengung dan terasa sangat sakit. Dia melihat anggota pasukan yang lain ditembak di tempat. Sedangkan Ryan dan Tony sudah tidak sadarkan diri.

Ando sekarang hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Dia tidak bisa melawan lagi. Karena dia sudah ditangkap dan dibawa ke sebuah ruangan yang tertutup. Tersisa dari pasukan itu hanya sembilan orang. Keenam orang lainnya masih belum sadarkan diri.

Tak lama kemudian, Ando mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. Setelah sadar, dia tidak melihat siapa pun di tempat itu, kecuali pasukannya sendiri yang masih tersisa. Setiap orang tangannya diborgol, bahkan menggunakan dua borgol sekaligus. Kaki mereka diikat dengan rantai.

Lalu orang berbadan tinggi besar itu datang, dan menembaki satu orang diantara mereka. Suara tembakan itu membuat semua orang kaget dan tersadar dari pingsan yang mereka alami.

"Kalian adalah tentara yang kuat. Tentara yang terlatih. Dan kalian juga menggunakan senjata yang luar biasa. Tapi ketahuilah, bahwa semua itu tidak akan ada artinya apa-apa, jika kalian tidak memiliki nyali."

Orang itu memegang kepala salah satu anggota yang lain. Dia menembaknya, hingga kepalanya hancur. Seakan merasa tak bersalah, dia kembali menembaki anggota yang lain, hingga tersisa lima orang. Ando berusaha keras melepaskan ikatan itu, tapi ikatan itu terlalu kuat untuknya.

Orang itu duduk di sebuah kursi, tepat dihadapan Ando.

"Keparat!" Kata Ando mengejek orang itu.

Orang itu hanya tersenyum, saat Ando meludahinya. Dia hanya membasuh wajahnya dengan air, lalu mengelapnya dengan kain. Dia tersenyum kepada Ando, dan kembali duduk didepannya.

"Amarah, dendam, kebencian. Semua hal itu adalah hal yang paling Tuhan benci. Mungkin mau menganggap bahwa semua ini adalah perang sipil biasa. Tapi tidak bagi kami. Semua ini adalah tentang keadilan. Keadilan bagi orang kecil seperti kami. Yang lahir di tempat antah berantah. Hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan. Rasa sakit. Kebencian. Penindasan. Dan ketidakadilan." Kata orang itu.

Dia melanjutkan kembali perkataannya, sembari menghisap sebuah rokok.

"Jika kalian bertanya-tanya, kenapa harus ada orang seperti ini? Jawabannya singkat. Kenapa tidak?"

"Kalian berperang, berfikir membela sebuah bangsa dan negara. Tapi pernahkah kalian berfikir? Bahwa saat pergantian kekuasaan terjadi, kekacauan mulai lahir di tempat ini. Politik selalu dihubungkan dengan keyakinan. Sampai akhirnya, orang sepeti kami hanya dianggap sampah oleh mereka. Dimanakah militer saat itu? Dimana janji tentara yang ingin menghilangkan faham radikal? Nol Besar!" Kata orang itu sembari memukul wajah Ando.

"Sekarang kalian memburu kami, hanya karena kalian menganggap, bahwa semua yang kami lakukan salah. Kalian lebih membela orang yang menganggap kami sesat. Tidakkah kalian melihat kenyataan? Bahwa nenek moyang kami telah berjuang dan berkorban untuk negara ini selama ribuan tahun. Dan mana balasan kalian? Kalian hanya melempar kotoran di wajah kami. Kalian merubah aturan dan hukum yang telah susah payah dibuat oleh nenek moyang kami."

"Lalu apa bedanya kalian dengan mereka para kaum radikalis? Kalian sama!" Kata Ando menjawab semua perkataan orang itu.

"Kalianlah yang membuat kami seperti ini!" Salah seorang dari mereka mulai ikut bicara.

Lalu orang berbadan tinggi besar itu menyambung kembali.

"Lihat? Lihatlah! Mereka semua marah. Karena apa? Karena bangsa ini terjajah oleh anak bangsa itu sendiri! Dan itu adalah kalian! Kalian menjajah dengan janji!" Sambungnya.

"Kami hanya melalukan tugas kami sebagai tentara! Dan kami tidak akan mengkhianati sumpah!" Kata Ando.

"Ohh.. Benarkah?! Lalu bagaimana dengan janji kalian kepada orang-orang seperti kami?! Apakah kami tidak pantas untuk menagih janji itu?! Hah?!" Kata orang itu.

Entah kenapa, semua orang terdiam. Tidak satupun yang memiliki jawaban atas pertanyaan itu. Begitu pula dengan Ando. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Karena selama ini militer terikat dengan kode etik. Mereka memiliki tugas utama, yaitu melindungi pemimpin negara. Tapi, jika pemimpin negara saja sudah tidak peduli dan bahkan kacau. Lantas, apa yang bisa mereka lakukan?

Terpopuler

Comments

mr. Lucifer

mr. Lucifer

pp

2021-11-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!