Ando masih ingat bagaimana wajah-wajah yang kini telah meninggalkannya. Dia tidak menyangka, kalau ini adalah hari terakhir Ando bersama teman-temannya. Di dalam kamar selebar dua meter itu, dia terbaring dan termenung. Mengingat bagaimana teman-temannya mati dihadapannya sendiri.
Dia sungguh menyesal karena tidak bisa menyelamatkan mereka. Sungguh hari ini adalah hari paling buruk baginya. Dia tidak pernah menyangka kalau semuanya akan menjadi kacau seperti ini. Perlahan dia menutup matanya, mencoba mengingat kembali yang telah dia alami bersama dengan timnya yang masih tersisa.
"Julia, setelah misi ini berhasil, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Ando kepada salah satu anggota timnya yang bernama Julia.
Julia adalah satu-satunya anggota wanita dalam kelompok Ando. Dia dulunya anggota pasukan khusus, hingga perang pecah dan dia masuk ke dalam kelompok Ando sebagai penembak jitu.
"Mungkin aku akan membuat rumah untuk ibuku. Dan memikirkan tentang sebuah keluarga." Jawab Julia.
Lalu salah seorang lagi menyambung obrolan itu.
"Apakah kau mau jika memikirkan sebuah keluarga bersamaku?"
Orang itu adalah Tony. Dia adalah anggota terbaik yang dimiliki oleh Ando. Dia dijuluki Si Iblis. Karena dia sudah membunuh banyak sekali musuh saat perang ini dimulai. Dia juga sangat teliti dan sigap dalam semua hal. Terutama dalam merakit senjata, Tony adalah rajanya.
Julia hanya tersenyum, sedangkan Tony dan yang lainnya tertawa. Tony memang orang yang pandai menghibur. Dalam situasi seperti ini, orang seperti Tony sangatlah dibutuhkan untuk menyemangati teman-temannya.
Meskipun Tony tidak memiliki keluarga, dia tetap semangat dan tekun dalam menjalankan tanggung jawabnya. Alasan utama dia ikut ke dalam kesatuan ini, adalah untuk menuntut balas kematian keluarganya yang telah menjadi korban dari kekacauan perang ini.
Sudah lama sekali Tony berada di kelompok Ando. Orang seperti Tony sudah terbiasa melihat kematian, begitu juga kematian teman-teman sebelumnya. Karena kelompok Ando sudah berganti-ganti anggota sejak perang ini berlangsung.
"Asalkan kau tahu Julia, perang ini tidak semudah yang kau kira. Aku dan Ando sudah kehilangan banyak sekali teman. Entah sudah berapa banyak orang yang masuk ke kelompok ini, karena berjuang bersama kami untuk melawan pasukan Wikar. Tapi seperti yang kalian lihat, ini adalah perang. Kematian bisa datang kapan pun kepada kita. Siap tidak siap, mau tidak mau, tetap kita harus menerimanya." Kata Tony.
Dia menjelaskan semua kepada teman-temannya, apa yang telah dia alami bersama Ando.
"Tidak ada orang dilahirkan untuk menjadi jahat, tapi yang harus kalian ingat, bahwa musuh kita bukanlah orang yang baik. Jadi, belas kasihan kalian tidak akan berguna di tempat ini. Kita hanya memiliki dua pilihan, membunuh? atau dibunuh?"
"Baiklah. Periksa perlengkapan! Sebentar lagi kita akan turun!" Perintah Ando kepada anggotanya.
"Siap!"
Suara desingan peluru dan gemuruh terdengar di sana-sini. Suasana benar-benar kacau balau.
"Berlindung!"
"Julia?! D?! Kalian cari posisi terbaik untuk menembak."
"Siap!"
Tim yang beranggotakan tujuh orang itu akhirnya bertempur sekuat tenaga mereka bersama tim yang lain, agar bisa maju ke benteng pertahanan musuh. Mereka sangat kewalahan, karena pasukan musuh mulai menyerang mereka dengan senapan mesin.
Julia dan D yang sedang mencari tempat untuk menembak, diserang oleh musuh yang menggunakan peluncur roket.
"Roket!"
Ando berusaha memperingatkan mereka berdua. Sayang sekali, mereka berdua terlambat untuk menyelamatkan diri. Sehingga Julia terlempar dari atap, dan D tewas seketika. Julia tak sadarkan diri, lalu Ando berusaha menyelamatkannya dengan memberikannya suntikan.
Namun, detak jantung Julia mulai melemah. Pertanda kalau kondisinya sekarang ini sangatlah kritis.
"Medis!"
Ando memanggil tim medis untuk membawa Julia. Tapi, lagi-lagi musuh menembaki mereka, sehingga hal itu membuat tim medis yang membawa Julia pun akhirnya tewas. Jumlah musuh semakin banyak berdatangan. Mereka begitu terlatih dalam menembak.
Tim Ando kini hanya tersisa empat orang Tony, Ryan, Julia yang sedang kritis, dan Ando sendiri. Mereka benar-benar tak bisa berbuat banyak. Karena musuh yang mereka hadapi kali ini bukanlah musuh yang sepadan. Mereka jauh lebih kuat. Satu tembakan tidak cukup untuk membuat mereka mati.
Akhirnya mereka terpaksa mundur perlahan sembari melindungi Tony yang membawa tubuh Julia.
"Cepat mundur! Kita terdesak!"
Ando segera memerintahkan timnya untuk mundur. Mereka akan semakin sulit jika terus menyerang. Mereka berlari sekencang-kencangnya. Dan sampailah mereka pada sebuah rumah kecil. Di tempat itu mereka cukup aman untuk bersembunyi.
"Bagaimana keadaanya Tony?!" Tanya Ando pada Tony.
"Dia sangat lemah. Kita harus segera membawanya pergi ke markas. Kalau tidak, dia tidak akan selamat."
Ando benar-benar menyesal telah membawa seorang wanita ke tempat seperti ini.
"Komandan! Kita tidak bisa terus menerus berada di rumah ini. Mereka pasti akan memburu kita. Lihatlah! Tim yang lainnya dijadikan tawanan!"
Ryan melihat keadaan diluar melalui lubang kecil di rumah itu. Dia melihat kalau anggota dari tim lain ditangkap dan dibawa ke markas musuh.
"Baiklah! Kau masih sanggup Ton?!"
"Aku masih sanggup membawanya! Tapi kita harus memutar jalan agar selamat. Jauh tidak masalah. Karena aku yakin, pasti mobil yang membawa kita juga sudah pergi dari tempat ini!"
Akhirnya mereka terpaksa berjalan kaki memutar jalur yang sangat jauh untuk sampai ke pangkalan. Karena jalur yang tadi mereka lewati sudah tidak aman lagi. Musuh sudah berada di semua tempat, kecuali jalur itu. Mereka hanya berhadapan dengan beberapa musuh yang hanya membawa senjata laras panjang.
"Peluru ku tinggal sedikit komandan." Kata Ryan memberitahu Ando.
"Baiklah. Sekarang giliran kau membawa Julia. Aku dan Tony akan melindungimu!"
"Baik!"
Ryan mengangkat tubuh Julia yang saat itu masih belum sadarkan diri. Kaki Julia sepertinya mengalami keretakan, akibat jatuh dari atap. Ryan yang melihat darah mengalir dari tulang Julia yang menembus keluar, sampai tidak tahan dan akhirnya muntah.
"Sialan! Jangan sekarang! Tidak bisakah menahannya?!" Tony merasa kesal dengan perlakuan Ryan.
Melihat darah orang lain saja Ryan sudah muntah. Apalagi kalau dia yang terluka, bisa saja Ryan langsung tak sadarkan diri. Ryan adalah anggota baru di kesatuan ini. Maklum saja kalau dia sampai muntah melihat darah, karena dia belum terbiasa melihat hal semacam itu.
"Sudahlah! Jangan ribut! Sebaiknya kita bergegas!" Perintah Ando kepada mereka berdua.
"Komandan! Kita curi saja mobil itu. Sepertinya masih bisa digunakan!"
Mereka lalu menuju sebuah mobil Jeep. Mobil itu ternyata masih bisa digunakan. Sehingga mereka bisa sampai dengan cepat ke pangkalan.
Dan di tengah perjalanan, Tony menghentikan mobilnya.
"Kenapa kau berhenti?!" Tanya Ando pada Tony.
"Apa kau akan membawa mobil ini ke markas? Kita bisa ditembaki. Karena ini mobil milik musuh kita."
"Baiklah. Kita lanjutkan berjalan kaki dari sini. Pangkalan sudah terlihat."
Mereka kembali berjalan kaki, dengan Ando yang kini bergantian membawa Julia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
mr. Lucifer
p
2021-11-05
1