...Kerinduan...
Ara duduk sendiri, di bangku taman, dia memandang langit biru. Sepertinya dia sedang melamunkan sesuatu, matanya sendu.
'Aku sudah berada di dalam novel ini sekitar 2 tahun lebih, apa yang terjadi di duniaku yang asli, apa aku dikabarkan hilang? Bagaimana sekarang kabar ayah, ibu, dan Arin sekarang?' Batin Ara, di hatinya penuh rasa kerinduan, memang sudah lama dia dalam novel.
Dia menatap langit, membayangkan awan yang ada disana membentuk wajah keluarganya, dan teman-temannya yang sedang tersenyum dan melambaikan tangan padanya.
Tanpa ia sadari air matanya sudah membasahi pipinya.
Seorang yang tak sengaja berjalan melewati tempat itu, melihat Ara yang tengah duduk dan menunduk ke bawah.
Orang itu menyodorkan sehelai sapu tangan, Ara yang merasa sesuatu di pipinya, berbalik. Dia melihat sapu tangan yang sodorkan padanya.
Dilihat orang yang memberikan sapu tangan itu, seorang laki-laki yang tinggi dengan bahunya yang lebar, rambut biru tua yang gelap, mata merah ruby yang indah, memakai baju denagn warna yang selaras dengan rambutnya, celana putih dengan pedang yang menempel di samping pinggangnya.
"Oh." Ara masih menatapnya.
"Ambillah." Dia melirik ke sapu tangan yang masih belum di ambil Ara, Ara segera mengambil sapu tangan itu dan menyeka air matanya.
"Terima kasih." Ucapnya.
Alex, segera duduk di samping Ara. "Kulihat kau tadi menangis, apa kau punya masalah?" Tanya Alex, Ara memberikan sapu tangannya kembali, dia segera mengambilnya.
"Tidak! Aku hanya merindukan keluargaku." Jujur Ara, kembali ia menatap langit dan membayangkan keluarganya lagi.
Alex menghela nafas. "Aku mengerti, aku juga kadang merindukan keluargaku." Dia ikut terbawa suasana.
'Aku tidak tahu banyak tentang dia, tapi aku tak pernah mengira pria yang di luar tampak tegar dan terbiasa sendiri ini ternyata juga merasakan perasaan seperti itu' Ara memandang Alex.
Merasakan pandangan Ara, Alex melirik padanya, mata mereka bertemu.
"Kalau nona Suren mau, saya akan mendengarkan cerita anda, meski tidak bisa membantu banyak setidaknya itu akan mengurangi sedikit beban nona." Ucap Alex.
'Bolehkah aku mengatakannya? Tapi aku sungguh merindukan mereka, mungkin dengan menceritakannya aku bisa sedikit merasa lega' Pikir Ara, dia menarik nafas, menatap Alex dan mulai menceritakan keluarganya.
Mendengar cerita Ara, Alex tersenyum lembut, mereka bahkan sampai tertawa bersama.
Sementara dari arah jam 8 Athalla sedang berjalan, dia melirik keduanya dari kejauhan, dia melihat mereka tertawa bersama, tampak sangat akrab. Melihat itu dia mengerutkan dahinya.
Dia memperhatikan mereka selama beberapa saat, dia menarik dan membuang nafas panjang, melirik mereka sejenak kemudian pergi denagn wajahnya yang masam.
'Setiap melihat Ara tersenyum begitu pada orang lain, aku selalu saja marah. Aku tahu aku egois tapi aku sungguh tak menyukainya' Batin Athalla.
"Benar, adikku itu sungguh menyebalkan! Aku tidak tahu mengapa tapi dia selalu saja bersikap buruk padaku, dia terus menatapku seolah aku ini sampah menjijikan, hufp aku selalu ingin memukuli anak itu!" Ucap Ara.
Alex tertawa mendengar cerita adiknya Ara, air mata bahkan sampai keluar.
"Adikmu sungguh mirip dengan adikku ya?" Ucap Alex, selama perbincangan mereka dia jauh lebih banyak tersenyum dan tertawa, tidak seperti biasanya, memasang wajah tembok.
"Oh, kau juga punya adik?" Tanya Ara, perasaannya sekarang jauh lebih baik.
Alex mengangguk.
"Dia pasti anak yang manisnya?" Ucap Ara.
Sekali lagi dia mengangguk, dia mulai menceritakan tentang adiknya.
"Anak itu anak yang juga keras kepala, dia sering sekali melanggar petkataan ku, tapi aku menyayanginya, sangat!" Terangnya.
"Kalau begitu dimana adikmu sekarang? Harusnya dia sudah besar bukan, jika dia adikmu dia pasti juga adalah kesatria yang hebat." Jelas Ara, mendengar itu Alex mulai murung dia memandang ke bawah.
"Dia sudah meninggal, dia meninggal saat masih berumur 7 tahun akibat dimangsa serigala saat aku dan dia pergi ke hutan. Saat itu kami masih kecil, aku yang berumur 9 tahun mengajaknya masuk ke hutan untuk berburu rusa, tapi kami malah tersesat, hari mulai gelap tapi kami masih berada dalam hutan dan semakin masuk ke dalam, untungnya aku membawa obor, hanya itulah yang menjadi penerangan kami, tiba-tiba saja dari arah semak belukar muncul suara, kami yang masih kecil, ketakutan. Serigala muncul dari sana. Serigala itu berjalan mendekati kami, aku dan adikku mengambil ranting pohon untung menyerang serigala itu, tapi kami tak bisa melakukan apapun serigala itu terlalu kuat. Kami berlari, adikku mengusulkan agar kaki berpencar saja, aku tak setuju tapi dia langsung berlari ke arah yang berlawanan dariku, serigala itu memilih mengejarnya, di berteriak padaku agar lari menuju desa dan meminta pertolongan, meski berat hati tapi aku berlari, setelah aku sampai ke desa aku langsung meminta bantuan, semua warga akhirnya ikut mencari adikku, tapi saat kami menemukan adikku, saat itu dia sudah tergeletak di tanah, dengan kaki dan lengannya yang sudah robek dan dimakan serigala, darah berserakan dimana-mana di sekitar mayatnya, aku hanya bisa melihat mayat adikku lagi yang sudah tak bernyawa, aku sangat menyesal karena tidak dapat melindunginya, adikku itu mungkin tidak akan mati jika saja hari itu aku tidak mengajaknya masuk ke hutan." Jelas Alex panjang lebar, Ara menutup mulutnya sendiri, kaget dengan cerita Alex yang pilu.
"Maaf, karena menanyakannya?" Ucap Ara, merasa bersalah.
"Tidak, apa. Itu sudah sangat lama." Kata Alex mulai berdiri.
"Aku akan pergi dulu, aku menyarankan agar kau berbuat baik pada adikmu jika sudah bertemu lagi, meski dia bersikap begitu aku yakin dia sangat menyayangimu. Jangan menyesal seperti aku." Nasihat Alex, kemudian dia pergi berlalu.
Ara sedikit merenungkan apa yang Alex katakan. 'Ya, kurasa akau akan bersikap baik padanya jika sudah bisa kembali'
"Oh, itu bukannya kakak?" Ucap Yurisein, melihat pada anak laki-laki yang duduk sendiri di sana sambil memeluk lututnya.
'Ada apa, dengan wajahnya?' Batin Yurisein, melihat Athalla yang muram.
'Aku ingin ke sana, tapi hubunganku dengannya tidaklah baik, dia juga pasti akan heran jika aku ke sana dan menghampirinya' Pikir Yurisein menghentikan langkahnya untuk pergi, menghampiri Athalla.
'Tapi, melihat wajahnya yang murung begitu, rasanya aku ingin menghiburnya, sudahlah, tidak peduli apa yang akan dia katakan nanti, aku tidak peduli' Dia berjalan ke tempat Athalla.
"Hei!" Sapa Yurisein.
Athalla mengangkat kepalanya, melihat sosok orang yang menyapanya.
Anak laki-laki, bersurai kuning emas, memakai pakaian putih dengan campuran warna emas di tepinya, dengan celana putih polos.
"Yurisein?" Dia agak terkejut dengan kehadirannya.
Yurisein duduk di samping Athalla, Athalla memandang Yurisein, tatapan yang tak dapat dimengerti olehnya.
Meski agak ragu dia mau bertanya, tapi dia tetap bertanya.
"Kenapa denganmu? Sepertinya kau punya masalahnya?" Tanya Yurisein, Athalla masih belum berhenti menatap Yurisein.
Lamunannya pun tersadar.
"Hm.. ada sesuatu yang aku pikirkan." Jawab Athalla, dia kembali murung.
"Hm, katakan saja padaku, itu akan sedikit membantumu." Ucap Yurisein dengan nada memerintah, dia mengalihkan pandangannya dari Athalla.
'Apa, dia coba menghiburku?' Pikir Athalla.
'Aku tidak menyangka kalau dia peduli padaku, meski kami tidak dekat, ternyata dia sangat peduli padaku ya?' Athalla merona, sekaligus merasa senang.
Tapi mengigat masalahnya, ia agak malu mengatakannya.
"Itu... Sebenarnya, apa kau pernah merasa sangat marah jika seseorang yang kau kenal dekat dengan orang lain, perasaan sesak ketika melihat orang itu tersenyum pada orang lain, terus membayangkan wajah orang itu, seolah dia ada dimana pun kau berada, apa kau tahu perasaan apa itu?" Tanya Athalla melirik Yurisein, dia terdiam sejenak, dan menatap lama Athalla.
"Kurasa kau menyukai seseorang." Ucap Yurisein, Athalla tersentak kaget mendengarnya, dia sontak berdiri.
"Tidak mungkin!" Ujar Athalla dengan nada tinggi.
Yurisein kebigungan sendiri dengan perilaku Athalla, jelas-jelas wajahnya sekarang sedang sangat merah seperti tomat, tapi masih bilang tidak, pikir Yurisein mengeleng-gelengkan kepalanya.
"Memangnya siapa yang kakak sukai?" Tanya Yurisein, dia memang selalu memanggil Athalla kakak, meski jarang bersama, atau bahkan jika hanya mengobrol santai.
"Tidak! Tidak ada." Elak Athalla.
'Apa benar, perasaan ini perasaan suka? Kalau begitu aku, aku suka pada Suren?' Batin Athalla, wajah Ara langsung muncul di kepalanya.
"Masa?" Goda Yurisein.
"Sudah kubilang tidak ada!" Athalla langsung berlari dengan cepat meninggalkan Yurisein.
Yurisein masih diam di tempat yang sama, sungguh dia tak mengerti.
'Apa aku salahnya? Padahal kan dia hanya bertanya dan aku menjawabnya, kenapa dia malah lari?' Benak Yurisein.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Anita Jenius
Salam kenal ya kak..
10 like mendarat buat kk.
Lanjut up ya.
2021-04-30
1
shana 3108
lanjut lagi ya thor saya tunggu ya thor jangan sampai sakit dan jaga kesihatan dirimu ya thor.☺🤗😁😃😊😢😭😞😣
2021-04-17
1
Idni🙃
Aduh kok kgk peka sama dirinya sendiri sih
2021-04-16
3