Hai readers, mulai dari bab ini konfliknya udah mulai aku kembangin ya. Sekarang udah nggak selow-selow lagi, jika ada kata, kalimat atau yang kurang, arthor silahkan memberi masukan, tolong dimaklumi saja arthor ini juga masih anak-anak yang coba nulis masih baru juga banyak kata yang mungkin buat bingung.
Itu tolong dimaafkan.
Happy reading~
...Tidak, mungkin!...
Di sebuah ruangan kerja, di sana sudah tampak sosok pria yang mengenakan jubah, di hadapannya sudah duduk pria tampan berambut putih dengan mata merah rubynya.
Mata itu menatap sosok pria yang masih berdiri disana. Pria yang memakai jubah itu segera memeluk lututnya dan menyilangkan tangan kanannya di dada sebagai sebuah penghormatan pada pria yang ada dihadapannya sekarang.
"Salam tuan." Ucap pria itu.
Orang yang diberi salam itu mengangguk, pria itu kemudian berdiri.
"Sekarang beri laporanmu padaku segera, apa ada yang tidak biasa dari pergerakannya selama kau mengawasinya?" Ucap pria itu datar, dengan matanya yang begitu tajam serasa akan membunuh itu.
"Dari apa yang sudah saya perhatikan sejak mengawasi pergerakannya, dia telah banyak berubah tuan. Bahkan kini pangeran Yurisein jadi sangat dekat dengannya, kemarin saja mereka pergi ke festival lentera di pusat kota, bersama dengan satu kesatria dan satu pelayan pribadi ya." Ucap pria itu dengan pandangan menunduk ke bawah.
Tampak keriputan di keningnya, aura kelam dari dirinya sungguh menguar, tekanan hebat dari pria itu sungguh tak main-main.
"Apakah gadis itu, gadis yang sama yang telah menolongnya dari hutan 2 tahun yang lalu itu?" Tanya pria itu, menatap sang abdi dengan tajam.
"Ya, tuan. Dan sepertinya gadis kecil itu sangat berperan besar dalam perubahannya selama ini. Dia juga sangat dekat dengan pangeran Yurisein, layaknya adiknya dia tak merasa ada jarak diantara mereka, saya juga sering kali merasakan tekanan yang berbeda dari gadis kecil itu, semacam kekuatan, saya tidak akan mengira kalau dia hanya seorang gadis kecil biasa tuan." Jelas pria itu.
"Sepertinya, aku juga harus segera bertemu dengan keponakanku, aku juga akan sangat ingin bertemu dengan kakak." Senyum penuh misteri di tampilkan pria tampan itu, yang menatap ke luar jendela.
" Bagaimana dengan mereka, apa kau sudah mengurus mereka?" Tanya pria itu dengan tatapan tajam-nya.
"Sudah tuan, merek tidak akan menemukan apapun yang mereka cari." Jawab pria yang merupakan tangan kanannya itu, meski pria berambut putih ini tak pernah bisa mempercayai siapa-pun tapi berbeda dengan orang yang di hadapannya ini, karena sampai mati pun dia tidak akan pernah berkhianat.
"Aku tahu, aku bisa mempercayaimu. Jangan pernah kecewakan aku, Louis!" Kecam-nya.
"Saya tidak akan berani membuat anda kecewa tuan!" Jawabnya.
"Aku tahu itu, setia lah padaku hingga akhir!" Ucapnya lagi.
"Tentu." Jawaban pria itu berhasil mengundang senyum di wajah pria dingin dan kejam dihadapannya ini.
Di istana kerajaan, angin berhembus menerpa wajah wanita cantik bersurai merah dengan mata Ruby.
Merasakan akan ada hal buruk yang terjadi dia mengerutkan keningnya.
'Dia akan datang!' Serunya dalam hati, kemudian melangkah pergi dari taman mawar.
Sementara badai yang akan datang, di sisi lain hal itu.
Sepulangnya mereka dari festival lentera, Yurisein jadi lebih banyak melamun, kini dia tengah duduk di bangku besi bercatkan warna putih.
Ditaruhnya dagunya pada meja yang berada di hadapannya, entah apanyang kini dia sedang pikirkan, pikirannya pergi entah kemana.
Saat berlatih pedang, di hanya perlu satu serangan untuk mengalahkan lawan sparingnya, meski terkenal berbakat tapi Yurisein bukan orang yang akan mengalahkan lawannya dengan cepat, karena dia lebih suka bermain-main sebentar dengan lawannya, tapi kali ini berbeda Ara dan Athalla yang melihat tingkah aneh dan tidak biasa dari Yurisein segera mereka menghampiri ank itu yang tengah duduk malas dan melamun itu.
Anak yang biasanya berisik, dan paling tidak cocok saat Ara ada didekatnya karena mereka sering sekali bertengkar dan berakhir dengan dirinya yang kena di bohongi.
"Ada apa denganmu?" Tanya Ara cemas, Yurisein hanya meliriknya tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan padanya.
Setelah beberapa saat dia baru mulai mengeluarkan suara dari mulutnya yang dari tadi terus terkunci rapat.
"Aku menginginkan sesuatu!" Desahnya.
Ara agak kaget dengan pertanyaan Yurisein.
"Apa yang begitu kau inginkan sampai menjadi aneh begini?" Ucap Ara tak habis pikir.
'Memangnya apa yang ada di dunia ini yang tidak bisa kau dapatkan? Kau itu seorang pangeran' Batin Ara.
Dia langsung was-was di dalam pikirannya sekarang dia sedang berkecamuk dengan pemikiran lainnya, takut jika sesuatu yang dimaksud anak dihadapannya ini adalah apa yang dia pikirkan dalam otaknya.
"Suren..." Panggil anak itu.
"Ya?" Sahut-nya.
"Bolehkah aku meminta sesuatu?" Dia kembali bertanya, denagn wajah memelas.
Ara mengangguk.
"Aku... (Ara menahan nafas) aku ingin sekali memakan makanan aneh itu lagi Suren bolehkah kau membuatkannya untukku?" Ucap anak itu, Ara langsung terjungkal kebelakang, sudah ditahannya nafasnya, tau-taunya yang diminta adalah makanan.
"Kau begitu selama beberapa hari hanya karena sebuah makanan?" Ucap Ara, sudah kembali berdiri.
Anak itu segera mengangguk.
"Baik, baik! Aku akan membuatkan makan itu untukmu!" Seru Ara, mana kuasa dia menahan wajah memelas yang begitu imut itu.
Dan begitulah, dia sudah berjalan menuju dapur melewati lorong yang panjang untuk sampai kesana, tidak heran istana kerajaan itu sungguh sangat besar.
Di lain sisi, tepatnya di pusat kota, ke-2 orang laki-laki memakai jubah hitam, sedang berjalan menuju istana kerajaan.
Tubuh Ara merasa dingin, dia menatap hamparan rumput hijau yang rapi, dan sangat indah di pandang mata.
'Aku sudah merasa seperti ini sejak beberapa hari yang lalu, perasaan takut yang memburu' Batinnya, dia kembali mengambil langkah bagaimanapun sekarang dia harus membuatkan makanan yang dibilang aneh itu pada Yurisein.
Saat melewati belokan dari lorong yang panjang itu dia menabrak sesuatu yang keras.
Tapi untungnya sebuah tangan melingkar di pinggang Ara, agar dia tidak terjatuh.
"Anda, baik-baik saja?" Tanya lembut orang yang dia tabrak sekaligus orang yang menolongnya agar tidak jatuh.
"Iya, terima..." Dia menoleh sang pemilik tangan, mata mereka bertemu, nampak dimata Ara, sebuah mata yang begitu indah.
Senyum tersungging di wajah laki-laki yang menolongnya, senyum lembut dan hangat yang sangat bersahabat.
Ara menatap orang itu betapa kagetnya dia melihat orang yang dia tabrak dan menolongnya agar tidak jatuh tak lain adalah.
'Ti.. tidak mungkin!!' Seru Ara, raut wajahnya berubah pucat.
"Nona, apa anda baik-baik saja?" Ucapan lembut keluar dari mulut kecil semerah cery itu.
"Tuan..."
Tubuhnya gemetar, dia menelan ludah melihat laki-laki itu, yang masih setia dengan senyuman di wajahnya.
Bersambung...
Selamat membaca, ketemu lagi besok, tinggalin komen, like dan vote-nya ya, biar aku semangat nulisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
kang komen:(:
lanjut tembusin 1000 like semangat kak nayn
2021-04-28
0
shana 3108
lanjut lagi ya thor.😀😊☺🤗😃😢😭😞😣
2021-04-28
0
cungkring
itu siapa yang nabrak ara thor? jangan lupa jaga kesehatannya kak. semangat
2021-04-28
6