PILAR HATI 3 KSATRIA
Ia tersenyum melihat pantulan dirinya sendiri di cermin. Membetulkan dasi berwarna maroon yang kontras indah dengan setelan jas yang dikenakan, dan juga kacamata yang mempermanis tampilannya. Pria dengan kulit yang putih bersih dengan tinggi diatas rata-rata. Bahkan wajahnya yang putih cemerlang sering membuat iri para saudarinya. Salah satu keberuntungan dari mengalirnya darah Korea di genetika yang dimiliki.
" Namu.... Tante Hana sudah menelpon lagi loh ", sebuah suara menyeruak seiring masuknya sosok wanita cantik yang terlihat lembut dan penuh aura keibuan.
" Iya ma, ini sudah selesai kok ".
" Lihat ..... gantengnya anak mama ini ".
Namu tersenyum mendapati reaksi ibunya yang takjub. Wanita mungil yang sangat disayanginya ini nampak tak bisa menyembunyikan senyum takjubnya. Padahal dalam kehidupan sehari-harinya, ia dikelilingi oleh dua orang pria sangat tampan lainnya. Ya ... papa nya dan adik laki-lakinya, tapi ia tidak pernah mendapatkan bias basa-basi dan kepura-puraan di mata wanita ini. Karena itulah, sebuah pelukan hangat harus segera dihadiahkan.
" Thank you so much mom.... Luv you " . Dan pelukan itu berlanjut dengan kecupan sayang pada pipi sang mama.
" Sudah .... sudah... Tante Hana sudah heboh dari tadi. Segera berangkatlah ".
" Bye mah.... love you .... ". Dan Namu pun beranjak keluar dari kamarnya setelah mencium punggung tangan ibunya dengan khidmat.
Pria muda yang sangat tampan itu adalah Baskara Namu Perkasa Arsenio, putra sulung dari pengusaha tersohor Mandala Runako Arsenio. Ketampanan yang menyamai artis-artis K-Pop membuat nya menjadi incaran banyak media. Belum lagi reputasinya yang tak kalah hebat dari sang ayah, membuat pria muda ini selalu menjadi kandidat menantu idaman.
Tapi semua hal itu tetap membuat seorang Namu tetap tak bergeming. Walaupun ia selalu tersenyum ramah dan sopan, tapi saat kehidupan pribadinya disinggung.... ia akan langsung hengkang tanpa kompromi. Nama besar ayah dan keluarganya terasa begitu membebani dan membuatnya merasa semakin berat menyandang nama Arsenio. Ya... karena dia hanyalah seorang putra angkat. Dalam dirinya tidak ada setetes pun darah Arsenio yang mengalir.
" Akhirnya..... Untung kamu ganteng banget ... ayo... ayo , Cinta sudah siap menunggu mu dari tadi ".
Sambutan meriah itu datangnya dari sang Tante. Hana yang kini sudah berusia lebih dari limapuluh tahun namun masih tampak cantik memukau, segera menggandeng tangan keponakannya untuk masuk. Antusiasme wanita itu tak terbendung.
" Maaf ya, Tante selalu merepotkan mu. Kalau saja si badung itu bisa diandalkan .... hiiiiy gemes aku " .
" Memang sekarang dia kemana Tante ? " .
" Ah entahlah .... pusing aku memikirkannya ".
Namu tertawa kecil mendapati ekspresi sang Tante yang demikian. Putra kedua mereka, seorang dokter yang bengal, Raka namanya. Tidak jauh berbeda baik usia dan juga sifatnya dengan Haidar, adik Namu. Sama-sama suka membuat para ibu menjadi uring-uringan.
" Aku sudah siap...... untuk pertemuan selanjutnya dengan pria-pria membosankan yang sengaja di jodohkan untuk ku ".
Sebuah suara mengalihkan perhatian perhatian Namu dan Hana. Kini dua orang itu menatap sosok cantik yang menuruni tangga dengan anggunnya. Tapi wajahnya yang cantik tidak mampu menyembunyikan rasa kesal yang kental.
" Cinta, wajah cantik mu itu tetap cantik walaupun kau menggeram ... ", Namu menggoda.
" Halaaah..... gombal. Kau sama saja dengan para pria itu. Ayo kak, kita berangkat .... lalu segera pulang ".
Hana hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri sulungnya itu. Beruntung ia mempunyai keponakan yang sangat baik dan selalu bisa diandalkan terutama untuk urusan menjaga Cinta yang manja dan sedikit temperamental. Tapi sebenarnya sifat itu tak jauh beda dengan dirinya sendiri. Kini ia memahami bagaimana perasaan orang tua yang memiliki anak gadis yang sudah cukup umur untuk menikah, tapi tak kunjung mengenalkan calon. Hana tersenyum dengan sedikit guratan rasa sedih. Ia teringat almarhum papa nya.
" Kak, kau tahu siapa yang kali ini sengaja akan dipertemukan dengan ku ? ", tanya Cinta masih dengan wajah ditekuk enam belas.
" Yang jelas ada .... Andara putra Vega Group, Ryan Kamajaya... kau pasti tidak asing dengan namanya 'kan , dan tentunya .... masih ada banyak lagi para putra mahkota dan CEO muda " .
" Apa di sana tidak ada rakyat jelata yang hanya punya cinta .... tanpa berkalung kekuasaan atau bermahkota ? ".
Namu tertawa mendengar pertanyaan itu. Ia sekilas menatap wajah jelita yang kini tampak muram. Satu sentilan kecil didaratkan di hidung mungil namun menjulang itu. Membuat si empunya menjadi semakin berwajah masam.
" Ada, tapi pasti kamu tidak mau dengan dia ".
" Oh ya.... kau yakin ?? ". Sepasang mata yang indah itu membulat, berkerjap penuh antusias. " Kalau begitu, kenalkan aku dengan dia. Akan segera kubawa pulang.... biar mama tenang ".
" Kau sudah mengenalnya ". Namu yang masih fokus dengan jalanan di depannya terkesan berteka-teki.
" Oh ya ?, siapa sih .... Kak, jangan bikin penasaran dong ", rengek Cinta.
Namu hanya berkali-kali tertawa dan membuat Cinta semakin merengek dan merajuk. Usia gadis itu yang sudah hampir memasuki dua puluh tujuh tahun, seolah tak mengurangi sifat manjanya.
" Tentu saja aku .... ha... ha... ha... ha... ". Tawa Namu meledak membahana. Tapi sejujurnya ia memang menertawakan dirinya sendiri. Yah... dirinya yang menyandang gelar sebagai putra sulung Mandala Runako Arsenio, tapi tanpa mahkota.
" Kakak.... andai saja kau bukan putra Om Mandala, aku pasti sudah memilih mu. Andai kita bukan sepupu , andai saja kau bukan kakak ku. Sudah ku bungkus kau, kubawa pulang dan ku hadiahkan pada mama. Ma... ini, aku bawakan oppa ganteng ... gitu ".
Dan Namu pun semakin tertawa dengan keras, tapi kali ini Cinta pun melakukan hal yang sama. Keduanya tertawa dengan lepas seolah mengenyahkan semua beban yang tersandang di beban mereka. Hingga kendaraan mewah itu telah sampai membawa keduanya di depan lobby sebuah hotel yang gemerlap.
" Ayo ....", Namu memberikan lengannya pada Cinta.
Dan dua orang berparas rupawan itupun melangkah dengan elegan memasuki hotel itu. Menyibak konsentrasi puluhan pasang mata para tamu undangan dan pengunjung hotel.
" Time to show ", bisik Cinta dengan sebuah senyuman penuh arti.
" Kali ini apa imbalan untuk ku ", balas Namu dengan berbisik pula.
" Makan bakso gajah sepuasnya, gimana ".
" Kemarin sudah. Ganti ah !!! " .
" Nanti aku pikirkan. Pasang senyum dulu kak, sudah ada yang mulai cari perhatian ".
Sungguh Namu benar-benar harus mengikuti akting ini dengan sepenuh hati. Walaupun sejujurnya ia sudah hampir tidak kuasa menahan tawa. Tapi Cinta sudah bergelayut sangat manja di lengannya. Dan iapun mengikuti kemauan gadis cantik itu.
Mereka tumbuh besar bersama, walaupun tidak setiap hari bertemu, sehingga kedekatan yang tercipta begitu erat. Pria ini adalah sosok yang sangat baik, dewasa dan menjadi satu-satunya tempat Cinta melarikan diri dari segala masalah.
Sesibuk apapun, saat dirinya menerobos masuk ke ruang kerja Namu, tidak pernah ada penolakan. Kakak tampan itu akan selalu mendengarkan semua ceritanya, menanggapi seluruh keluh-kesahnya. Sejak dulu, sejak keduanya bocah, belia, remaja hingga kini sudah dewasa.
Menjadi anak sulung dari keluarga Mandala Runako Arsenio merupakan beban yang tidak mudah untuk disandang. Walaupun Namu hanyalah seorang putra angkat, tapi kasih sayang dan beban tanggung jawab dari ayah ibunya tidaklah berbeda. Bahkan sang ayah, Mandala justru begitu nampak bergantung padanya.
Pribadi Namu yang penuh tanggungjawab, seorang anak yang penurut dan manis, membuat Mandala begitu mempercayakan segala sesuatunya pada si anak sulung ini. Pembawaannya begitu dewasa, lembut dan juga tegas, sangat pas sebagai anak tertua. Setidaknya seorang Baskara Nama Perkasa yang memang punya empat orang saudara yang lebih muda usia, mereka adalah Cinta, Haidar, Raka dan Kirana sudah begitu terbiasa menjadi kakak pelindung sejak kecil.
Para orang tua, baik pasangan Mandala - Orlin ataupun Arjuna - Hana sebagai Om dan tantenya, selama ini lebih percaya pada Namu. Hal yang selalu dimanfaatkan oleh tiga orang adiknya jika mereka menginginkan sesuatu. Bahkan hingga sekarang saat mereka berempat sudah dewasa.
" Aku mau menyapa seseorang di sana, kau mau ikut ? ".
Cinta mengikuti pandangan Namu yang tertuju pada tiga orang pria yang sedang asyik berbincang. Dari penampilan mereka, terlihat jelas kalau ketiganya ada para eksekutif muda.
" Jangan bilang kalau itu juga salah satu tugas rahasia dari mama ".
" Kalau iya.... bagaimana ? ", goda Namu dengan berbisik.
" Kalau begitu .... aku tidak ikut ", Cinta cemberut dan melepaskan lengan Namu.
" Oh, okay. Itu... ada si kembar Yulia & Julian sedang memperhatikan mu. Pasti sebentar lagi kemari.... kau tidak akan merasa kesepi pastinya ".
" Kalau begitu aku ikut kakak " .
Namu terkikik geli, sementara Cinta langsung mendaratkan sebuah cubitan di pinggang pria itu dengan gemas. Justru kini Cinta yang penuh semangat menarik tangan Namu, bergegas menuju tiga pria yang ia sendiri juga belum mengenalnya.
Daripada harus meladeni kakak beradik kembar yang menurutnya terlalu berisik dan narsis. Lebih baik menemani kakak gantengnya ini berbincang bisnis. Ia pun bisa menggali ilmu lebih banyak lagi. Walaupun mungkin sebenarnya salah satu atau bisa jadi ketiga pria di sana itu adalah mision point yang diberikan ibunya untuk Namu. Mau bagaimana lagi, keluh Cinta.
" Halooo oppa ganteng ... ", sapaan ramah itu mulus meluncur dari salah satu pria yang dihampiri Namu dan Cinta. Pria ini tersenyum ramah, wajahnya yang bersih walaupun kulitnya sedikit gelap menyinarkan keramahan tulus.
" Mas Joko .... ", Namu menjabat erat pria itu dengan ramah pula. " Oh ya... ini adikku Cinta. Kenalkan ...".
Cinta tersenyum saat ketiga orang pria itu mengulurkan tangannya. Ia pun menyambutnya, sambil menerka-nerka dalam hati, yang mana orangnya target misi sang mama. Tapi lebih baik begini dari pada harus berurusan dengan si kembar tadi.
" Boy ... ", si pria ramah tadi memperkenalkan diri.
" Loh ?! ", Cinta kebingungan. " Bukan mas Joko ? ".
" Ha.. ha.. ha.. itu panggilan sayang dari kakakmu yang tidak rela memperkenalkan ku sebagai mas Boy... Purbaya Hariman ".
" Oh ... ", dan Cinta pun tertawa kecil. " Oke ... mas Boy ".
" Adiasa... panggil saja Dias, sepertinya kita sebaya ". Si kacamata berlesung pipit ini pun tersenyum ramah.
" Cinta... oke Dias, sepertinya juga begitu ".
" Dan yang ini .... Mr.Zach .. ", sela Namu dengan cepat sebelum si punya nama angkat bicara. " Beliau ini adalah senior kami.... kakak guru yang kami sayangi ".
Cinta membulatkan matanya, tapi ia terkikik geli. Sementara pria terakhir ini tampak sedikit kikuk karena candaan yang dilontarkan Namu.
" Syailendra, kau bisa panggil Alend. Jangan ikuti kakak mu. Mr.Zack.... kesannya seperti penjahat saja ".
Dan tawa kelima orang itupun pecah, menghangatkan suasana. Ternyata tiga orang kenalan Namu adalah pria-pria yang cukup menyenangkan. Dari obrolan yang terjadi, terlihat kalau isi kepala mereka cukup cemerlang dengan kemampuan otak bisnis yang mumpuni. Tidak ada muatan pembicaraan yang penuh kebanggaan pada diri sendiri. Mereka saling bertukar informasi dan saling dukung. Rupanya tiga orang ini adalah pemimpin-pemimpin muda di perusahaan mereka.
Cinta cukup menikmati acara kali ini. Tidak seperti sebelum-sebelumnya yang membuatnya merasa sangat bosan. Menempel erat pada kakak sepupunya, ternyata cara ini sangat efektif untuk menyingkirkan lalat berdasi berstelan jas.
Sementara itu Namu hanya tersenyum-senyum saja melihat kelakuan adik cantiknya ini. Ia pun sebenarnya juga merasa diuntungkan dengan sikap Cinta. Dirinya pun aman tanpa gangguan para putri cantik yang sejak tadi meliriknya. Jika ada yang berani mendekat, pastilah mereka telah sangat paham dengan hubungan keluarga antara Cinta dan dirinya. Sejauh ini masih sangat aman, bahkan hingga acara perjamuan bisnis ini hampir berakhir, sama sekali belum ada gangguan.
" Kapan kau akan melihat inovasi medicub kami ?", Syailendra bertanya saat acara itu sudah sepenuhnya berakhir.
" Itu lebih cocok Cinta yang menjawabnya ", Namu melirik wanita di sebelahnya.
" Medicub .... Ooh... jadi ini mas Alend yang itu ya.... ".
" Ha.. ha.. ha... lola' amat non. Ya ..iya ini Syailendra Thoriq Zachary.... bisa-bisanya kamu tidak tahu ", Namu tertawa.
" Maaf ... ", sesal Cinta. Ia merasa malu karena tidak mengenali sang direktur dari perusahaan yang menjalin kerja dengan Rumah Sakit milik keluarganya.
" Oh ... jadi ini nona Kanaya Cinta. Akhirnya kita malah bertemu di sini. Ayahku kenal baik dengan Om Mandala, mereka bersahabat sejak dulu. Dari situlah akhirnya terjalin kerjasama. Dokter Hana... beberapa kali kami bertemu. Rupanya ini putrinya... pantas saja sesaat tadi aku merasa kau mirip seseorang ".
" Naaah.... sudah saling kenal 'kan..... mission accomplished ", seringai Namu dengan senyuman puas.
" Traktiran ... batal !!! ", geram Cinta.
Sementara itu Syailendra menatap keduanya dengan bingung.
" Santai mas Alend..... adikku ini hanya... aduh !!!! ", Namu mengaduh keras saat cubitan maut dari Cinta itu kembali mendarat di pinggangnya.
" Nggak usah didengerin.... kakak ku ini sableng.... efek jomblo terlalu lama ".
Syailendra yang melihat semua kekonyolan itupun pada akhirnya ikut tertawa.
" Kau harus berguru pada ku untuk mengatasi sableng itu. Sepertinya lebih lama aku menjomblonya ". Masih dengan sisa tawa, Syailendra mengucapkannya.
" Hah ?!!! ". Tiba-tiba saja wajah Cinta menjadi merona, ia merasa malu dan tidak enak hati.
" Siaaap ... kakak guru. Tolong ajari aku ajian penangkal sableng itu ".
' Iiisshhh.... kalian ini. Dasar para pria '.
Dan Cinta pun tersenyum garing ditengah derai tawa tanpa beban dari dua pria tampan yang kini melangkah mengapitnya. Ia tidak lagi memperdulikan tatapan iri para gadis di tempat itu. Dan malam yang mulai beranjak larut, akhirnya mengantarkan pesta itu pada akhir yang sebenarnya.
" Kak.... boleh tanya ? ", Cinta membuka pembicaraan saat keduanya sudah dalam perjalanan pulang.
" Sejak kapan tanya padaku itu harus ijin..... tentang Syailendra ? ".
" Iya....tapi bukan juga sih ".
" Kenapa ? ganteng ya dia ".
" Dug ", satu pukulan yang tidak terlalu keras menghantam lengan Namu. Sementara itu Cinta terlihat sedikit cemberut.
" Serius lah sedikit ... ".
" Okay.... tanyakanlah ", Namu tersenyum sambil tetap menatap jalanan yang terhampar. Saat itu gerimis mulai turun.
" Proyek Medicub itu..... duluan mana, Medicub atau Proyek perjodohannya ? "
" Menurut mu ? ".
" Bisa nggak kalau jawab saja..... tidak usah balik bertanya ". Cinta pun nampak sangat sebal dengan sikap Namu.
" Ha.. ha.. ha... kalau ngambek begitu ... tambaaah maniiiis. Hati-hati looh.... disebelah mu juga jomblo, nanti kalau jatuh cinta bagaimana ? ", goda Namu.
" Jatuh Cinta saja..... mungkin lebih baik begitu, daripada dijodohkan dengan pria-pria tidak jelas begitu ", Cinta pun bersungut-sungut kesal.
" Tidak jelas bagaimana ?. Itu Syailendra Thoriq Zachary .... putra sulung dari pak Rayhan teman papa ku, direktur Real Big Company Building.... masa kamu tidak tahu ".
" Yang juga nggak laku-laku .... ", Cinta menyergah dengan ketus.
" Yang nggak laku bukan cuma Alend kaleee.... sebelahmu juga nggak laku-laku ".
Mau tidak mau akhirnya Cinta pun tertawa. Jika tawa itu pada awalnya begitu lepas, tapi di akhir terdengar seperti nada miris yang mengiris. Namu yang juga ikut tertawa, menoleh dan sejenak menatap adik sepupu di sebelahnya .
" Kenapa ? ", tanya Namu.
" Kita ini.... sepertinya .... kena kutukan. Yang disebabkan oleh kebengalan adik-adik kita..... playboy kelas kakap ", suara Cinta terdengar bersungguh-sungguh.
" Hem.... apa perlu kita para sulung ini diruwat untuk menghilangkan sial ? " .
" Mungkin .... biar cepat ketemu jodoh gitu ?", Cinta pun seolah sepakat dengan Namu.
" Ya .... bisa saja. Tapi mungkin saja ini hanya permainan waktu. Berpayung langit yang sama, di belahan dunia yang sama..... mungkin sebenarnya sudah ada jodoh kita ".
" Atau mungkin ..... jodoh kita sudah sangat dekat ya kak. Hanya kita yang terlalu bodoh .... untuk bisa menyadarinya ".
" Ya ... mungkin saja ".
............................
Pojok Author ......
Penasaran 'kan ?....... Ikuti terus ceritanya para ksatria yang berjuang menemukan tambatan hatinya.
Lalu bagaimana dengan Cinta ?.....
ini baru awal cerita .... simak terus. Dan kasih doa serta semangat buat ku ya .
Bagi yang belum pernah baca RINDUKU PADA SANG ELANG dan BIDADARI BIRU...... silahkan baca dulu. Biar lebih "klik" .... di cerita ini.
Semoga 'dear reader' semua dalam limpahan berkah, kesehatan dan keselamatan. Terimakasih atas cinta dan dukungannya.
...😘😘😘😘😘😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Yuli Ani
hadir Thor...
2022-09-26
0
Lia liana
bis baca bidadari biru langsung otw ke sini
2022-09-08
0
Maryam Nim
lanjut generasi k'3 🤗
2022-08-06
0