Cerita Si Sulung (2)

Gerimis itu terasa begitu romantis, mengiringi malam yang melarut. Gemintang tak terlihat karena mendukung yang pekat. Dua orang di dalam kendaraan yang meluncur dengan kecepatan sedang, melaju menembus jalanan kini saling diam terhanyut dalam pikirannya masing-masing.

Ada resah yang kentara disetiap tarikan nafas mereka. Gundah pun ikut serta mengiringi, membuat hati semakin terombang-ambing. Terkadang keduanya menghembuskan nafas yang berat hampir bersamaan. Tapi tetap saling diam. Hingga kemudian Namu mendengar sebuah isak yang lirih tersamar oleh helaan nafas.

" Hei.... ", pria itu menoleh menatap Cinta yang segara berpaling menyembunyikan air matanya. Mobil itupun dibawa menepi pada sebuah area parkir taman yang cukup luas. Walaupun sebenarnya, jarak rumah sudah tinggal beberapa belas menit saja.

" Ada apa ? .... ceritakan padaku ".

Namu perlahan menyentuh pundak Cinta, lalu jemarinya pun turun dan menggenggam jemari Cinta dengan lembut. Membuat gadis itu menoleh dan mendapati kakak tampannya tengah tersenyum lembut menatapnya.

" Aku lelah kak ", lirih terucap dari bibir Cinta.

" Bersandarlah..... ada kakak mu di sini ".

Perlahan Namu menarik kepala gadis itu dan menyandarkan di pundaknya. Lalu seperti yang sudah-sudah, Cinta pun akan menangis lama di sana. Dan Namu pun tidak akan beranjak sedikit pun, hingga tangisan Cinta benar-benar telah usai.

" Sudah ? ".

Cinta mengangguk sebagai jawaban. Kini sekotak tissue telah berpindah ke pangkuannya dan menjadi penghapus jejak kesedihan tadi. Namu tersenyum melihat hal itu, ia pun sedikit membuka kaca mobil dan membiarkan gerimis kecil menularkan hawa dinginnya.

" Aku..... berdebat hebat dengan mama. Apa ku turuti saja ya kak permintaannya ..... menikah. Tidak ada orang tua yang tidak menginginkan kebahagiaan anaknya, bukan ?. Pasti pilihan mama itu orang yang baik ...... ".

" Kau menerima permintaan itu bukan semata-mata karena kamu jenuh. Tapi kamu harus yakin Cinta. Aku memang juga belum pernah menikah, tapi menurut ku .... saat kita sudah menikah dengan seseorang, itu artinya adalah mengikat hidup selamanya. Bagaimana jika tidak ada cinta sama sekali ? apakah bisa terus terikat bersama? bukankah hanya saling menyakiti ? ".

" Aku juga bilang seperti itu pada mama... tapi katanya, cinta itu pun bisa tumbuh seiring waktu berjalan dalam sebuah pernikahan ".

" Bagaimana jika tidak ? ".

Cinta terdiam dan sedikit menunduk. Ia kembali menghela nafas panjang sebelum berkata-kata lagi.

" Umur ku menjelang dua puluh delapan tahun..... ".

" Aku sudah tiga puluh tahun lebih sebulan ... ", sambar Namu dengan cepat.

" Tapi kau pria kak.... aku perawan tua ".

" Cinta ..... Tante Hana hanya sangat khawatir padamu dan berusaha membantu mu. Bicaralah baik-baik dengannya ..... perlu bantuan ku ?".

" Kau ..... hi.. hi.. hi.. ", Cinta tekikik. " Memang bisa membantu ku?. bantu dirimu sendiri dulu kak.... bawa pacar atau sekalian calon istri .... baruuuu aku percaya kau bisa membantu ku ".

" Oh iya ... ya.... ". Namu pun tertawa terbahak-bahak menyadari betapa ironisnya.

" Sudah ah.... ayo pulang. Biarkan saja semuanya, kupingku sudah tebal kok ".

Rumah keluarga Arjuna berada satu kompleks dengan rumah keluarga Mandala. Hanya berjarak beberapa menit saja. Malam itu sudah mulai larut saat Namu mengantarkan Cinta sampai di rumah.

" Kau tidak mampir dulu kak ? ".

" Sudah terlalu malam, pasti Om dan Tante juga sudah tidur ".

Namun kemudian Cinta mengerutkan keningnya ketika melihat Namu yang katanya tidak akan mampir, justru malah mendahului turun. Saat ia masih sibuk berkutat melepaskan sabuk pengaman, pria itu sudah siap di samping pintu sambil membuka payung lebar-lebar. Cinta tersenyum, inilah kakak yang sangat disayanginya.

" Ayo ", dan Namu merengkuh pundak Cinta membawa gadis itu berjalan mendekati pintu pagar.

Belum lagi mereka tiba didepan pintu pagar, benda itu tiba-tiba saja sudah bergeser perlahan. Seorang pria mengangguk hormat pada dua orang majikannnya.

" Terimakasih pak Jo ", ucap Cinta lembut yang disambut pria itu.

" Sendirian pak ? ", tanya Namu Kemudian.

" Dengan Kasan kok mas ", jawab pria itu ramah.

Namu mengantarkan Cinta hingga ke depan pintu rumahnya yang tinggi dan lebar. Membukakan pintu itu perlahan tanpa ikut serta masuk kedalam. Diambang pintu itu, keduanya berdiri saling berhadapan dan berbagai senyuman.

" Aku pulang ya. Ingat, dengarkan kata hatimu..... jangan mengambil keputusan apapun saat sedang marah ".

Cinta hanya bisa menganggukkan kepala tanda setuju. Ia menahan telapak tangan Namu yang membelai pipinya. Memejamkan matanya, seolah menyesap damai yang diberikan seorang kakak

" Kakakku.... ", desisnya.

" Aku pulang dulu ya .... ".

Cinta pun melepaskan genggamannya dan membiarkan Namu membalikkan badan. Tanpa berkata apa-apa lagi, pria itu bergegas meninggalkan kediaman Om dan Tante nya. Kepergiannya seolah-olah menyongsong gerimis yang melebat.

***Pria hujan.....

Seribu boneka pemanggil hujan ku buat dengan sejuta perasaan

Aku menyukai hujan,

Karena airnya menyembunyikan air mata ku

Karena dinginnya menenangkan sukma ku

Seorang pria yang datang bersama hujan

Entah mana yang lebih aku sukai

Pria itu, atau hujan yang datang menyertai

Seribu boneka pemanggil hujan

Cukuplah hanya mereka yang memahami

Karena akupun tidak ingin mengerti

Pria yang pergi bersama hujan

Entah siapa yang membuatku sesedih ini

Pria itu, atau hujan yang mengiringi***

.................

Hari Sabtu pagi di rumah kediaman keluarga Mandala. Saat itu Orlin baru saja menyeduh sepoci teh panas di dapur, ketika sebuah pelukan dan kecupan hangat menghampiri.

" Selamat pagi mama tersayang ".

Si putra sulung datang menghampiri dengan manja. Namu terlihat segar dengan sisa-sisa air yang membasahi keningnya. Setelan joging yang berwarna biru muda menambah berlipat-lipat kadar ketampanan pria itu.

" Waaah.... nggak ajak papa sekalian nak ?".

" Nggak mah, biar aja..... papa lebih baik temani mama jalan sehat aja. Hi .. hi.. hi.. biar nggak encok ".

" Kata siapa encok ?", suara lain mengagetkan keduanya.

Mandala sudah berdiri dengan setelan joging yang hampir sama. Pria ini sudah melewati usia setengah abad, rambutnya sudah banyak yang beruban. Tapi wajahnya masih sangat tampan, dan sinar mata itu begitu lembut. Apalagi jika tersenyum seperti saat ini.

" Bukan hanya encok.... tapi kasihan mama nggak ada temennya buat olahraga pagi. Limited edition loh pah.... susah cari gantinya ", Namu mengerling menggoda.

Sambil berlari kecil melewati ayahnya, pria muda itu menepuk pundak sang ayah dengan senyuman menggoyang.

" Lihat kelakuannya.... ", Mandala tersenyum dan menunggu kedatangan sang istri. Lalu menggandeng tangan wanita tercinta ini, kemudian melangkah keluar bersama.

" Bukankah sama usilnya dengan mu. Persis seperti kamu mas " .

" Iya ... ya ... ha.. ha.. ha... ".

Dan sepasang cinta yang telah teruji dalam kurun waktu yang tidak sebentar itupun berjalan bergandengan dengan mesra. Menyusul si sulung yang telah berlari, sementara mereka berjalan dengan santai menikmati embun menyongsong fajar.

" Ingat hari dimana kita pertama kali berciuman ? ", Mandala tersenyum mengenang hari itu.

" Tentu saja ", balas Orlin dengan mantap tanpa ragu. " Diawali dari tipu muslihat di pagi hari, di track joging. Tunggu !!.... ada yang keliru... bukan pertama kali kita berciuman. Tapi pertama kalinya kau menciumku ".

" Istriku .... bagaimana mungkin aku keliru. Aku masih ingat bagaimana rasa bibir mu yang manis dan lembut itu .... tiba-tiba saja berubah menjadi asin oleh air mata. Di pinggiran jalan tol itu..... ".

" Itu ciuman paksa mu yang kedua mas ", sanggah Orlin dengan cepat.

" Yang pertama ? ", Mandala kebingungan. Padahal ia yakin sekali kalau ingatannya tidak meleset.

" Yang pertama .... di halaman parkir IGD dengan 'Blui' sebagai saksi ".

" Oh ... ", Mandala terpaku sesaat. Namun kemudian ia tertawa. " Heiii.... saat itu ya. Itu hanya sebuah kecupan kecil di pipi. Itu bukan kategori ciuman, sayang ".

" Kau ini !!! seharusnya kau turunkan sedikit kepiawaian mu sebagai playboy pada dua anak lelaki mu. Mereka seperti bukan anakmu saja ... ".

" Bukankah doa mu terkabul sayang, mempunyai dua orang anak lelaki yang santun dan setia ".

" Iya juga sih .... ", Orlin nampak mengangguk-angguk membenarkan. " Tapi tidak seperti ini juga, usia keduanya sudah lewat seperempat abad, tapi belum pernah ada satu gadis pun yang nampak menggoyahkan hari mereka .... ini menghawatirkan mas ".

" Karena standar yang mereka pake cukup tinggi. Melebihi standar yang ku terapkan. Pasti mereka memilih gadis yang minimal ..... seperti mu ".

" Oh ya.... memang aku bagaimana ? dan dari mana kau tahu itu mas ? ".

" Tentu saja aku tahu, karena mereka anak-anakku. Kamu itu....... wanita manis yang lembut, cerdas, hangat dan mampu menyempurnakan .... that's it ".

Orlin tersipu malu mendengar pujian itu. Ia pun melingkarkan kedua lengannya ke pinggang sang suami. Berbalas sebuah rengkuhan lembut. Sejoli itu pun berjalan dalam kehangatan cinta yang sudah tidak diragukan lagi.

" Tapi aku sangat berharap .... Namu dan Haidar segera menemukan tambatan hati mereka ", ucap Mandala kemudian penuh pengharapan.

" Oh ya.... kalian para pria juga jangan over protective sama Kirana. Pemuda-pemuda takut dengan kalian para bodyguard yang tampan "

" Yang takut dan tidak sesuai standar..... minggir. Minimal... yang bisa dekat dengan Kirana harus yang setara dengan ku ".

" Heiii.... ini tentang Cinta. Standar dan kriterianya hanya hati yang bisa mengukurnya. Jangan paksakan dengan semua standar dan kriteria versi kalian ".

Mandala tidak menjawab, ia hanya tertawa berderai. Ia tahu betul bagaimana sang istri yang tidak pernah silau dengan harta dan tahta. Bahkan untuk mendapatkan hati wanita ini, seluruh hartanya tidak berguna, begitu juga dengan wajah tampannya.

" Om ..... Tante... ".

Sebuah sapaan terdengar dari arah belakang mereka. Sesosok yang ramping dengan tubuh tinggi semampai menyusul keberadaan mereka. Cinta dengan rambut ekor kudanya nampak berpeluh dengan sesungging senyuman manis.

" Hei... tadi Namu sudah di depan Cinta ", kata Orlin.

" Oh ya ". Cinta tetap berlari kecil dengan arah mundur. Sehingga ia tetap bisa berhadapan dengan om dan tantenya.

" Cinta.... susul Namu. Kalau bubur ayamnya sudah buka..... booking tempat buat kita berempat ya " .

" Okay Om ..... yuk, duluan ".

Cinta pun memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat. Lalu berlari kembali meninggalkan Orlin dan Mandala yang masih tetap berjalan santai.

" Cinta..... bukan kah sebentar lagi usianya dua puluh tujuh tahun ya ", tanya Orlin.

" Ya.... dan dia mengikuti dua pria kita.... masih jomblo. Mba Hana sangat khawatir, ia minta tolong padaku ".

" Apa itu ? ".

" Mencarikan pria yang tepat untuknya " .

" Sudah kau dapatkan ? ", tanya Orlin dengan rasa penasaran yang meletup-letup.

" Masih ingat Rayhan dan Nilam ? ".

" Ah ya..... tentu saja. Kau jodohkan dengan putra mereka ?, yang mana ? ".

" Yang sulung, kalau si kembar sudah punya pasangan semua. Kebetulan Rayhan banyak bercerita padaku.... dan aku juga sudah beberapa kali bertemu Syailendra, anaknya Rayhan " .

" Oh yaaa..... si kecil yang cerdas berlogat British dengan sepasang mata kelabu yang bening itu ya. Waaaah... seganteng apa dia sekarang?. Mba Hana dan bang Juna setuju ? ", Orlin terlihat sangat berantusias.

" Tentu saja. Tadi malam itu... kenapa aku dan Juna sama-sama mewakilkan undangan jamuan bisnis ...... itulah misi tersembunyinya. Pasti Namu sudah sukses mempertemukan keduanya ".

" Waaaaaah.... aku tidak sabar ..... menunggu lanjutan kisah ini ". Orlin nampak berbinar-binar sesaat, namun ia tiba-tiba saja terlihat sedikit murung. " Lalu bagaimana dengan Namu ? ".

" Oh .... si oppa itu. Tentu saja ada seorang gadis pintar, cerdas, sederhana namun sangat cantik untuk nya ".

" Benarkah ? ... kenalkan padaku ", Orlin kembali terlihat sangat bersemangat.

" Kau sudah kenal kok ", Mandala hanya tersenyum tak mengindahkan tatapan penasaran istrinya. " Tunggu saja.... perlahan.... biarkan terjadi secara natural... tapi pasti ".

" Tapi harusnya mas memberitahu ku juga ".

" Sabar.... biar ku tata semuanya dulu. Biar Namu nggak curiga dan kabur. Okay ???? ".

Walaupun tenggelam dalam rasa penasaran, Orlin pada akhirnya mengangguk menyetujui. Sementara itu beberapa puluh meter di depan pasangan itu, nampaknya Cinta sudah bergabung dengan Namu yang berlari mengelilingi taman.

" Om dan Tante minta kita booking tempat di bubur ayam. Kau yang booking ya kak.... aku tambah satu putaran dulu ".

Tanpa menunggu persetujuan Namu, gadis itu mempercepat larinya mendahului. Namu hanya menggeleng kecil dan membuat statis larinya tepat di samping tenda bubur ayam. Masih dengan mengatur nafasnya, ia pun mendekati si mamang tukang bubur.

" Mas Namu..... selamat pagi ", sapa pria penjual bubur itu ramah.

" Kapling tempat untuk empat orang ya mang. Bubur nya nyusul ya ...... nunggu yang tiga sampai dulu ".

" Okay mas.... minum nya? ".

" Air putih hangat ya.... empat. Oh ya.... nanti bungkus dua ya mang ".

Pria itu menautkan ujung ibu jari dan jari telunjuknya tanda mengerti. Dengan senyuman riang, iapun menyiapkan satu meja dengan empat kursi. Beberapa saat kemudian Cinta yang sudah menyelesaikan putaran terakhirnya tampak mendekat, di susul Mandala dan Orlin.

" Empat bang..... satu porsi jumbo ya ", seru Namu penuh semangat.

" Whiiiy...... porsi ngamuk ", goda Cinta sambil duduk menyebelahi Namu.

" Habisnya ..... tadi malam ada yang ngambek nggak mau makan malam ".

" Suruh siapa meninggalkan ku dengan sengaja..... diumpamakan pada para pria itu ".

" Tapi Syailendra bukan buaya loooh ...... ".

" Bukan dia.... tapi temennya yang reseh itu ".

" Berarti kalau dengan mas Alend.... mau dooooong ", Namu menyeringai menggoda.

" Diem ..... ", Cinta dengan sengaja menginjak kaki Namu membuat pria itu meringis.

" Berarti mau ya.... ".

" Ish!!! kakak ".

" Mau apa ? ", tanya Orlin yang baru saja tiba dan langsung duduk dihadapan Cinta.

" Mau sate telor mudanya dua.... oh ya, Om Mand mau ekstra bawang goreng 'kan ? ", Cinta berusaha mengalihkan perhatian.

" Pfftttt.... ", Namu menahan tawanya. Tapi sebuah hentakan yang menghantam kakinya kembali membungkam dan membuatnya meringis.

" Kenapa ? ", tanya Mandala keheranan melihat ekspresi si sulung.

" Oh .... itu pah.... ada meteor jatuh ".

" Ooooh ..... meteor ", seloroh Mandala menahan geli.

Sementara Cinta semakin mendelik kesal. Lalu pinggang ramping Namu dengan otot perut yang padat itu kembali menjadi sasaran empuk dari serangan ajian cubit maut dewi Cinta. Namu meringis, mengaduh dan juga tertawa.

" Heeeeeiiii....... kalian ini, tidak berubah.... dari kecil selalu seperti ini ", lerai Orlin.

Terpopuler

Comments

bundanya Fa

bundanya Fa

kayaknya ada cinta di antara mereka ber 2.

2022-04-13

0

Zeeylaa To Zila

Zeeylaa To Zila

bru baca q dan seru

2022-01-21

0

sweet@archer

sweet@archer

berkunjung lagi ke sini mbak Reeennn untuk yg kesekian kali. tapi akun berbeda. akun yg lama d bawa bang Namu kabur ke Inggris... 😅😅
tetap semangat berkarya Ay Renita. tetap jaga kesehatan dan selalu bahagia 😊 😊

2021-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 Cerita Si Sulung
2 Cerita Si Sulung (2)
3 Cerita Si Sulung (3)
4 Cerita Si Sulung (4)
5 If My Heart Was Torn In Two
6 If My Heart Was Torn In Two (2)
7 If My Heart Was Torn In Two (3)
8 If My Heart Was Torn In Two (4)
9 If My Heart Was Torn In Two (5)
10 Let's Me Know That You Loved Me
11 Let's Me Know That You Loved Me (2)
12 Let's Me Know That You Loved Me (3)
13 Let's Me Know That You Loved Me (4)
14 The end of the season that I don't know if I loved you
15 The end of the season that I don't know if I loved you (2)
16 PENGUMUMAN
17 The end of the season that I don't know if I loved you (3)
18 The end of the season that I don't know if I loved you (4)
19 The end of the season that I don't know if I loved you (5)
20 The Silent White Knight
21 The Silent White Knight (2)
22 The Silent White Knight (3)
23 The Silent White Knight (4)
24 Sebuah Janji
25 Sebuah Janji (2)
26 Sebuah Janji (3)
27 Sebuah Janji (4)
28 Sebuah Janji (5)
29 Sebuah Janji (6)
30 Sebuah Janji (7)
31 Mengurai Masai, Menggenapi Janji
32 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (2)
33 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (3)
34 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (4)
35 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (5)
36 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (6)
37 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (7)
38 Dua Pria Yang Saling Bercerita
39 Dua Pria Yang Saling Bercerita (2)
40 Dua Pria Yang Saling Bercerita (3)
41 Melukis Pelangi
42 Melukis Pelangi (2)
43 Melukis Pelangi (3)
44 Melukis Pelangi (4)
45 Melukis Pelangi (5)
46 Melukis Pelangi (6)
47 Kita Harus Bicara
48 Kita Harus Bicara (2)
49 Kita Harus Bicara (3)
50 Kita Harus Bicara (4)
51 Kita Harus Bicara (5)
52 Involved & Entangled
53 Involved & Entangled (2)
54 Involved & Entangled (3)
55 Involved & Entangled (4)
56 Envolved & Entangled (5)
57 Envolved & Entangled (6)
58 RELUNG
59 Relung (2)
60 Relung (3)
61 Relung (4)
62 Relung (5)
63 Relung (6)
64 If The Time Has Come
65 If The Time Has Come (2)
66 If The Time Has Come (3)
67 If The Time Has Come (4)
68 If The Time Has Come (5)
69 Merenda Romansa
70 Merenda Romansa (2)
71 Merenda Romansa (3)
72 Merenda Romansa (4)
73 Merenda Romansa (5)
74 Merenda Romansa (6)
75 Merenda Romansa (7)
76 Merenda Romansa (8)
77 Belantara Rasa
78 Belantara Rasa (2)
79 Belantara Rasa (3)
80 Belantara Rasa (4)
81 Belantara Rasa (5)
82 Belantara Rasa (6)
83 Belantara Rasa (7)
84 Belantara Rasa (8)
85 Belantara Rasa (9)
86 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace
87 In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (2)
88 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (3)
89 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (4)
90 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (5)
91 In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (6)
92 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (7)
93 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (8)
94 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (9)
95 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (10)
96 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (11)
97 Bagaimana Dengan Cemburu ?
98 Bagaimana Dengan Cemburu (2)
99 Bagaiamana Dengan Cemburu (3)
100 Bagaimana Dengan Cemburu (4)
101 Bagaimana Dengan Cemburu (5)
102 Bagaimana Dengan Cemburu (6)
103 Bagaimana Dengan Cemburu (7)
104 Bagaimana Dengan Cemburu (8)
105 Cinta Itu .........
106 Cinta Itu ........... (2)
107 Cinta Itu ..... (3).
108 Cinta Itu.......... (4)
109 Cinta Itu ...... (5)
110 Cinta Itu ....... (6)
111 Cinta Itu ........ (7)
112 Cinta Itu ........ (8)
113 Merajut Pelangi Musim Gugur
114 Merajut Pelangi Musim Gugur (2)
115 Merajut Pelangi Musim Gugur (3)
116 Merajut Pelangi Musim Gugur (4)
117 Merajut Pelangi Musim Gugur (5)
118 Merajut Pelangi Musim Gugur (6)
119 Merajut Pelangi Musim Gugur (7)
120 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta
121 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (2)
122 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (3)
123 Than You Look At Me (1)
124 Than You Look At Me (2)
125 Than You Look At Me (3)
126 Than You Look At Me (4)
127 Than You Look At Me (5)
128 Than You Look At Me (6)
129 Than You Look At Me (7)
130 Than You Look At Me (8)
131 Than You Look At Me (9)
132 Rentang Biru
133 Rentang Biru (2)
134 Rentang Biru (3)
135 Rentang Biru (4)
136 Rentang Biru (5)
137 Rentang Biru (5)
138 Rentang Biru (6)
139 Rentang Biru (7)
140 Rentang Biru (8)
141 Aral Yang Mengeratkan
142 Aral Yang Mengeratkan (2)
143 Aral Yang Mengeratkan (3)
144 Aral Yang Mengeratkan (4)
145 Aral Yang Mengeratkan (5)
146 Aral Yang Mengeratkan (6)
147 Aral Yang Mengeratkan (7)
148 Aral Yang Mengeratkan (8)
149 Aral Yang Mengeratkan (9)
150 Aral Yang Mengeratkan (10)
151 Aral Yang Mengeratkan (11)
152 Variable
153 Variabel (2)
154 Variabel (3)
155 Variable (4)
156 Variabel (5)
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Cerita Si Sulung
2
Cerita Si Sulung (2)
3
Cerita Si Sulung (3)
4
Cerita Si Sulung (4)
5
If My Heart Was Torn In Two
6
If My Heart Was Torn In Two (2)
7
If My Heart Was Torn In Two (3)
8
If My Heart Was Torn In Two (4)
9
If My Heart Was Torn In Two (5)
10
Let's Me Know That You Loved Me
11
Let's Me Know That You Loved Me (2)
12
Let's Me Know That You Loved Me (3)
13
Let's Me Know That You Loved Me (4)
14
The end of the season that I don't know if I loved you
15
The end of the season that I don't know if I loved you (2)
16
PENGUMUMAN
17
The end of the season that I don't know if I loved you (3)
18
The end of the season that I don't know if I loved you (4)
19
The end of the season that I don't know if I loved you (5)
20
The Silent White Knight
21
The Silent White Knight (2)
22
The Silent White Knight (3)
23
The Silent White Knight (4)
24
Sebuah Janji
25
Sebuah Janji (2)
26
Sebuah Janji (3)
27
Sebuah Janji (4)
28
Sebuah Janji (5)
29
Sebuah Janji (6)
30
Sebuah Janji (7)
31
Mengurai Masai, Menggenapi Janji
32
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (2)
33
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (3)
34
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (4)
35
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (5)
36
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (6)
37
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (7)
38
Dua Pria Yang Saling Bercerita
39
Dua Pria Yang Saling Bercerita (2)
40
Dua Pria Yang Saling Bercerita (3)
41
Melukis Pelangi
42
Melukis Pelangi (2)
43
Melukis Pelangi (3)
44
Melukis Pelangi (4)
45
Melukis Pelangi (5)
46
Melukis Pelangi (6)
47
Kita Harus Bicara
48
Kita Harus Bicara (2)
49
Kita Harus Bicara (3)
50
Kita Harus Bicara (4)
51
Kita Harus Bicara (5)
52
Involved & Entangled
53
Involved & Entangled (2)
54
Involved & Entangled (3)
55
Involved & Entangled (4)
56
Envolved & Entangled (5)
57
Envolved & Entangled (6)
58
RELUNG
59
Relung (2)
60
Relung (3)
61
Relung (4)
62
Relung (5)
63
Relung (6)
64
If The Time Has Come
65
If The Time Has Come (2)
66
If The Time Has Come (3)
67
If The Time Has Come (4)
68
If The Time Has Come (5)
69
Merenda Romansa
70
Merenda Romansa (2)
71
Merenda Romansa (3)
72
Merenda Romansa (4)
73
Merenda Romansa (5)
74
Merenda Romansa (6)
75
Merenda Romansa (7)
76
Merenda Romansa (8)
77
Belantara Rasa
78
Belantara Rasa (2)
79
Belantara Rasa (3)
80
Belantara Rasa (4)
81
Belantara Rasa (5)
82
Belantara Rasa (6)
83
Belantara Rasa (7)
84
Belantara Rasa (8)
85
Belantara Rasa (9)
86
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace
87
In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (2)
88
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (3)
89
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (4)
90
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (5)
91
In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (6)
92
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (7)
93
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (8)
94
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (9)
95
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (10)
96
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (11)
97
Bagaimana Dengan Cemburu ?
98
Bagaimana Dengan Cemburu (2)
99
Bagaiamana Dengan Cemburu (3)
100
Bagaimana Dengan Cemburu (4)
101
Bagaimana Dengan Cemburu (5)
102
Bagaimana Dengan Cemburu (6)
103
Bagaimana Dengan Cemburu (7)
104
Bagaimana Dengan Cemburu (8)
105
Cinta Itu .........
106
Cinta Itu ........... (2)
107
Cinta Itu ..... (3).
108
Cinta Itu.......... (4)
109
Cinta Itu ...... (5)
110
Cinta Itu ....... (6)
111
Cinta Itu ........ (7)
112
Cinta Itu ........ (8)
113
Merajut Pelangi Musim Gugur
114
Merajut Pelangi Musim Gugur (2)
115
Merajut Pelangi Musim Gugur (3)
116
Merajut Pelangi Musim Gugur (4)
117
Merajut Pelangi Musim Gugur (5)
118
Merajut Pelangi Musim Gugur (6)
119
Merajut Pelangi Musim Gugur (7)
120
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta
121
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (2)
122
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (3)
123
Than You Look At Me (1)
124
Than You Look At Me (2)
125
Than You Look At Me (3)
126
Than You Look At Me (4)
127
Than You Look At Me (5)
128
Than You Look At Me (6)
129
Than You Look At Me (7)
130
Than You Look At Me (8)
131
Than You Look At Me (9)
132
Rentang Biru
133
Rentang Biru (2)
134
Rentang Biru (3)
135
Rentang Biru (4)
136
Rentang Biru (5)
137
Rentang Biru (5)
138
Rentang Biru (6)
139
Rentang Biru (7)
140
Rentang Biru (8)
141
Aral Yang Mengeratkan
142
Aral Yang Mengeratkan (2)
143
Aral Yang Mengeratkan (3)
144
Aral Yang Mengeratkan (4)
145
Aral Yang Mengeratkan (5)
146
Aral Yang Mengeratkan (6)
147
Aral Yang Mengeratkan (7)
148
Aral Yang Mengeratkan (8)
149
Aral Yang Mengeratkan (9)
150
Aral Yang Mengeratkan (10)
151
Aral Yang Mengeratkan (11)
152
Variable
153
Variabel (2)
154
Variabel (3)
155
Variable (4)
156
Variabel (5)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!