If My Heart Was Torn In Two (4)

Choo In Soo tersenyum menyambut kehadiran tuan bossnya yang nampak sedikit tergesa keluar dari loby hotel. Tuan mudanya yang ini sungguh pribadi yang menyenangkan dan sangat tidak merepotkan. Dalam urusan makan, penginapan bahkan tutur kata beliau saat sedang memberikan instruksi, semuanya terasa sangat bersalah. Sedikit berbeda dengan tuan besarnya, yang sedikit tersenyum dan tampak dingin. Tuan muda Namu banyak tersenyum, tak heran kehadirannya sangat dirindukan para staff dan pegawai, terutama yang wanita tentunya.

" Selamat pagi tuan muda Namu, semua laporan yang bapak minta sudah saya siapkan. Mungkin bapak ingin membacanya terlebih dahulu.... sudah ada di dalam mobil ".

" Terimakasih Mr. Choo.... kita langsung berangkat sekarang ? ",

" Baik... mari silahkan pak ".

Pria itu membungkuk dengan hormat lalu membukakan pintu untuk Namu. Tak lama kemudian mobil itupun sudah melaju menembus pagi di kota Seoul yang masih berkabut.

" Mr. Choo persiapan pernikahan adikku sudah beres ? ".

" Sudah pak. Kalau bapak ingin meninjau bisa saya antarkan ke gedungnya... atau mungkin pihak EO nya saya minta hari ini menghadap bapak ? ".

" Kalau selepas makan siang nanti bagaimana ? minta semua bertemu di gedung tempat pesta ".

" Baik pak, saya akan atur jadwalnya ".

Baru saja selesai Mr. Choo menjawab pertanyaan, tiba-tiba saja ponsel Namu berdering. Membuat pemuda itu urung untuk membuka file yang sudah disiapkan Mr.Choo.

" Assalamualaikum Om Juna ", sapa Namu.

" Wa'alaikumsalam .... maaf Namu, pagi-pagi buta menelpon ".

" Di sini sudah jam delapan Om .... tenang saja ".

" Ah ... iya ya ", Arjuna tertawa kecil. " Hari ini kami berangkat ke Korea. Tolong pesankan hotel yang sama ya. Papa mu sudah bilang padamu ? ".

" Hah ?!!! ", Namu terkejut. " Tidak..... ah belum, papa belum bilang apa-apa " .

" Kebiasaan .... ya sudah, tolong pesankan tiga kamar ya ".

" Ya Om, baik ".

" Terimakasih Namu. Nanti malam kita sudah sampai di Korea. Sudah dulu ya ..... assalamualaikum ".

" Om..... wa'laikumsalam ... ". Sebenarnya Namu ingin menanyakan satu hal lagi, tapi Om Arjuna keburu menutup teleponnya.

" Tring ", suara dering notifikasi pesan masuk membuat Namu kembali fokus pada handphone yang masih digenggamnya. Dua pesan dari dua orang wanita, mamanya dan adik sepupunya.

' Tolong pesankan tiga kamar ya, om Juna akan datang dengan rombongan '. Itu pesan dari mamanya.

' Oppa, bisa aku bertemu dengan mu. Ada yang harus ku katakan padamu '. Dan ini pesan Hyoriin.

Dua pesan itu di balas dengan satu kalimat yang sama. ' Ya '.

" Mr. Choo ... tolong buatkan reservasi untuk tiga kamar yang sama dengan ku. Hari ini keluarga kami akan tiba dari Indonesia ".

" Baik Tuan Muda ".

Namu menggeleng pelan seperti sedang mengibaskan pikirannya yang mulai mengembara, mencoba untuk berkonsentrasi lagi padahal yang paling penting yang harus segera diselesaikan.

" Hari ini agenda rapat jam berapa Mr.Choo ?", tanyanya kemudian .

" Jam sepuluh, di ruang meeting kantor. Bagaimana tuan apa anda ingin menunda atau mengajukannya ? ".

" Ehmm..... tidak, biar sesuai jadwal. Tapi bisakah kau mengantar aku terlebih dahulu ke rumah Om Teddy ? ".

" Tentu pak ". Dengan sigap, Mr.Choo yang duduk di kursi depan segera memberi isyarat untuk putar arah, pada sopir di sebelahnya.

Sementara itu Namu meraih telepon selularnya dan mengetik sebuah pesan pada Hyoriin. ' Aku mampir dulu ke rumah, kau jangan kemana-mana dahulu '.

Tidak sampai setengah jam, mereka sudah tiba di kediaman Teddy. Terlihat sedikit kesibukan di rumah dua lantai itu. Yang membahagiakan Namu adalah terlihat segar dan bersemangatnya Teddy, walaupun masih dengan duduk di kursi roda. Tapi pria itu nampak ceria dengan wajah yang bersinar bahagia.

" Ini dia si ganteng ... kok belum ke kantor. Ada apa ? ", sapa pria itu menyongsong kedatangan keponakannya .

" Hyoriin ada Om ? dia meminta sedikit bantuan ku..... sepertinya urusan Lee ".

" Ooh.... dia ada di kamar. Kau temui saja langsung ".

" Ya Om ". Namupun bergegas melangkah menuju tangga yang membawanya ke lantai dua rumah itu.

Sebuah kamar dengan hiasan ranting dan bunga menempel pada daun pintu terlihat paling menyolok diantara ruangan yang lain. Namu langsung tahu kalau itu adalah kamar sepupunya.

" Tok.. tok.. tok... ", ia mengetuk perlahan.

" Masuk ".

" Hyoriin .... heiii... kenapa menangis ? " .

Pintu itu belum terbuka sepenuhnya, tapi kesedihan dan tangis Hyoriin langsung tertangkap oleh Namu. Ia masuk dan mendekati adik sepupunya yang duduk di sisi ranjang. Di tangan gadis itu ada sebuah album foto yang sedang dipandanginya dengan tetesan air mata yang mulai membasah.

" Ini appa .... ", tunjuk Hyoriin pada sebuah foto lama. Disana ada Teddy ayahnya yang sedang menggendong gadis kecil berusia sekitar tujuh tahun.

" Hei.... lihat, ini kita di Borobudur ya ".

" Aku ingat, waktu itu kita naik gajah ya ". Hyoriin sedikit tersenyum dan menghapus air matanya.

Namu duduk mrnyebelahi sang adik sepupu lalu bersama-sama melihat-lihat gambar masa lalu penuh kenangan itu. Keduanya kadang tertawa bersama saat menemukan jejak kenangan yang lucu.

" Oppa, menurutmu .... tindakan ku ini sudah tepat ? ", Hyoriin bertanya di akhir halaman yang kemudian ditutup perlahan.

" Aku tidak tahu pasti, tapi inilah pilihan terbaik yang ada. Membahagiakan seorang ayah dengan memenuhi keinginan terdalamnya ".

" Apakah ini egois.... jika aku mengajukan persyaratan pada Lee. Aku .... meminta padanya .... ", Hyiriin terlihat ragu sesaat. " Aku minta dia tidak menyentuh ku dahulu .... sebagai istrinya ".

Namu tersenyum kecil, dua orang yang akan segera menikah ini mengkonsultasikan hal yang sama dengannya. Ironisnya, mereka berkonsultasi pada orang yang kekasih saja belum punya. Tapi untuk keadaan saat ini, tidak mungkin Namu hanya diam saja.

" Tentu saja tidak. Kau sudah minta baik-baik pada Lee ? ".

" Ya.... dan dia menyetujui nya ".

" Lalu apa masalahnya sekarang ? ".

" Hatiku ". Hyoriin menatap Namu sesaat lalu ia kembali menunduk. Jemarinya mengusap foto seorang bocah laki-laki yang manis, yang terekam sedang tersenyum lepas saat menjadi joki untuk kuda berwarna coklat. Bocah itu terlihat cukup tampan. " Dia.... temanku sejak dulu. Kuanggap sebagai kakak laki-laki ku..... aku selalu bergelayut manja padanya, tapi aku hanya memandangnya sebagai kakak. Aku tidak tahu ..... kalau dia mencintai ku. Tapi perasaan ku padanya ........ ".

Namu terdiam, kata-kata yang diucapkan oleh Hyoriin seperti ribuan anak panah es yang menancap telah di hatinya. Bukankah posisi Hyoriin sama dengan Cinta ? hanya saja gadis ini telah tahu perasaan Lee, tidak seperti Cinta yang belum mengetahui perasaannya. Mungkin Cinta akan bersikap seperti Hyoriin, bisa jadi akan lebih kompleks lagi konflik yang terjadi Ah.. Namu mendesah resah, tapi tatapan Hyoriin menunggu pendapatnya.

" Jalanilah dulu ..... kedepannya biar waktu yang akan menentukan. Toh ... Lee sangat tulus dalam hal ini. Kalian sudah membicarakan segala kemungkinannya bukan ? ".

Hyoriin mengangguk, tapi bayangan keraguan tak memudar dari wajahnya yang sebening pualam.

" Ini sungguh tidak adil buat Lee oppa.... ", desisnya dalam lirih.

" Orang dengan cinta sejatinya tidak akan pernah merasakan ketidakadilan. Pengorbanan itu pasti sangat sepadan dengan yang mereka rasakan. Bahagia..... melihat senyum bahagia yang tercinta. Begitulah Lee ".

Hyoriin mengangkat pandangannya dari foto Lee muda, ia pun menatap Namu dengan sedikit senyuman lega.

" Sudahlah kau tidak usah khawatir... Tadi malam Lee juga sudah berbicara banyak dengan ku. Intinya .... kalian berdua sebenarnya sama. Sekarang persiapkan jiwa ragamu untuk moment istimewa besok. Jadilah pengantin paling cantik dan paliiiiing bahagia ..... ".

Namu menyentuhkan ujung jarinya pada ujung hidung Hyoriin diiringi dengan senyuman. Adik sepupu itun membalas dengan tersenyum lebar.

" Terimakasih oppa, maaf sudah sangat merepotkan mu ".

" Husst ...... ada saatnya kau yang akan kurepotkan. Sudah ya, aku pergi dulu ".

Hyoriin mengangguk dan mengiringi kepergian Namu dengan lambaian tangan.

Apa yang terucap dari mulut terkadang begitu mudah dan manis dirasa, tapi tidak demikian kenyataan yang dirasakan. Namu berdecih samar seolah-olah mengejek dirinya sendiri. Semalam ia telah memberikan nasehat pada Lee dan pagi ini pada Hyoriin. Tapi sesungguhnya nasehat itu lebih tepat untuk dirinya sendiri.

' Kau yang penakut, pengecut.... bahkan kau menjaganya dengan rapat dari Cinta. Berharap gadis itu tidak akan pernah tahu sama sekali. Tapi kau selalu mengharapkan keberadaannya di sisi mu. Bagaimana mungkin ? memintanya saja kau tidak pernah '

Lalu Namu pun menyibukkan diri dengan segala urusan perusahaan dan urusan persiapan pernikahan Lee serta Hyoriin. Hingga petang menjelang, saat papanya mengabarkan kehadiran Om dan rombongan dari Indonesia meminta tolong untuk bisa dijemput di Incheon Internasional Airport.

" Aku akan ikut Mr. Choo. Tolong siapkan dua mobil tambahan ".

" Baik pak ".

" Kamar hotel sudah siap ? ".

" Sudah pak ".

Lalu iring-iringan kendaraan itupun melaju menuju bandara. Membawa seorang pemuda yang meremas tangannya sendiri dengan gelisah. Seperti tengah terjadi badai di hatinya. Mengaburkan pandangannya dan membawa resah yang kian pekat menyelimuti.

' Kau tidak pernah merespon ku lagi. Kau mendiamkan ku semenjak ku ungkapkan rindu ini. Apakah aku sudah membuat mu menjadi tidak enak hati ? ataukah mungkin aku sudah menyakiti mu ? '.

Namu pun kembali bergulat dengan kecamuk perasaannya sendiri.

' Aku tidak berani bertanya kepada siapapun, tapi aku sangat berharap kau akan hadir. Ku mohon .... hadirlah, aku sudah sangat rindu senyuman mu, tawa mu dan juga semua hal yang ada padamu '

Namu memejamkan mata dan duduk bersandar, seolah lelah menguasai raganya. Choo In Soo yang melihat hal tersebut sama sekali tidak berani bertanya. Selama lima hari di Seoul, tuan mudanya ini sering terlihat seperti ini. Terutama saat sedang sendirian atau sedang tidak bekerja. Pemuda ini nampak murung dan banyak melamun, terkadang berlama-lama menatap layar handphone tanpa melakukan apapun pada benda itu.

" Kita sudah sampai pak... pak .... pak Namu ... kita sudah sampai, maaf ", Mr.Choo meninggikan suaranya, setelah berkali-kali tidak mendapatkan tanggapan.

" Ya... ya... ", Namu tergeragap kaget.

Tidak menunggu lama, rupanya pesawat yang membawa rombongan telah landing beberapa belas menit yang lalu. Saat ini pasti rombongan sedang mengantri mengambil bagasi mereka. Namu merasakan debaran kencang di dadanya. Ia sungguh-sungguh berharap ada di jelita yang ikut serta bersama rombongan itu.

' Kenapa tidak kau tanyakan saja ? '. Suara hati itu kembali menggelitik. Namu pun telah membuka nomor kontak ayahnya. Tapi dia kembali termangu ragu.

' Ah tidak , kalau aku bertanya seperti itu.... bukankah itu membuka celah kecurigaan ", tolak sisi dirinya.

' Bodoh....!!!!! kau bisa bertanya siapa saja rombongan itu, tidak usah menyebutkan nama '.

Tapi Namu kembali menggeleng dan tersenyum pahit. Sudahlah ..... desisnya menenangkan diri.

" Sudah datang pak ", suara Mr.Choo menyadarkan perdebatan di hati Namu.

Pandangan mata pemuda itupun menelusuri menemukan sosok-sosok yang sudah sangat dikenalnya. Ada Om dan tantenya, Arjuna dan Hana. Di belakang mereka berturut-turut ada pasangan suami istri Ardanu dan Namira serta Bramastya dan Larasati. Mereka adalah sahabat dari papahnya, yang pastinya juga sahabat Om Teddy. Namu tersenyum

menyambut tiga pasangan usia emas itu.

' Dia tidak ada di sana. Sudahlah, sejak awal kau pun sudah mengerti. Kau saja yang terlalu berharap banyak keajaiban '. Kembali sisi lain di hati Namu bertutur, kali ini dengan nada yang sedikit menyindir. Tapi memang benar adanya, dia terlalu banyak berharap. Tapi terlalu takut untuk mencoba dan berusaha. Aahhh.... si bodoh ini, geram Namu pada dirinya sendiri.

" Dingin sekali ..... waaah, kau begitu membaur di sini. Tapi tetep keponakan terganteng Tante ", Haba langsung berkomentar. Namu tersenyum dan membalas pelukan Hana.

" Ayo ... kita langsung ke Hotel ", ajak Namu.

" Ah... Namu, bisa langsung kau antar kita ke rumah Teddy ? ", sela Arjuna. " Kami sudah membahasnya tadi. Nanti malam kita baru ke hotel ".

" Oh baiklah. Pasti Om Teddy senang sekali. Ayo .... mobilnya sudah siap ".

Namu memberikan isyarat pada Mr.Choo dan dua orang sopirnya untuk membantu membawakan koper-koper dari para rombongan Om dan tantenya. Namun saat ia akan segera berjalan mendahului, sebuah sentuhan dipundaknya menahan langkah.

" Namu .. ", rupanya itu Arjuna.

" Ya Om ". Dengan segera Namu menghentikan langkahnya.

" Om mau minta tolong satu hal lagi padamu. Tapi ini .... seandainya kau longgar saja sih ".

" Wah ..... ada apa nih Om ".

Arjuna terlihat sedikit merasa tidak enak, ia menggaruk ujung hidungnya yang tidak gatal. Sebelum melanjutkan berkata-kata.

" Kalau kamu tidak sibuk.... Om minta tolong soal Cinta ".

Namu mengernyitkan keningnya, ia tidak berani menduga-duga hal apa yang akan diminta untuk Cinta. Tapi rasa penasaran yang membuncah itu tak urung membuat dadanya berdebar dalam gelegak prasangka yang menghimpit.

" Sudah sangat longgar hari ini .... ada apa Om ?".

" Itu..... bisa kau jemput... ah maksud ku kau tunggu Cinta datang. Ia transit di Changi, karena kebingungan ..... jadi mau ikut atau tidak. Akhirnya nggak kebagian tiket pesawat yang sama dengan kami .................. ".

Kalimat yang selanjutnya tidak tercerna oleh nalar Namu. Ia hanya mampu menatap bibir Arjuna yang bergerak-gerak saja. Hatinya begitu riuh oleh luapan rasa senang. Seperti ada arak-arakan pawai yang gegap gempita di ruangan kalbunya yang luas. Ia tersenyum lebar.

" Tolong ya..... ".

" Baik Om, akan ku tunggu dia ".

" Jangan lupa bilang padanya untuk langsung istirahat saja di hotel ..... tidak usah tunggu kami. Okay ... ".

" Ya Om .... ", Namu sedikit berseru karena Om nya sudah mulai berjalan menjauh.

Apa itu tadi..... aaah inilah keajaiban, rasanya tak sabar menantikan si jelita itu. Bukankah ini kejutan yang sangat indah ?. Walaupun masih dua jam lagi... aku akan menunggu mu.

Terpopuler

Comments

Agna

Agna

saking senangx nih...pasti hati namu penuh bunga dan kupu2 yg beterbangan

2022-12-17

1

Zeeylaa To Zila

Zeeylaa To Zila

pucuk d cinta ulam pon tiba

2022-01-22

0

sumiati

sumiati

jadi ikut berbunga bunga ❤️❤️❤️

2022-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Cerita Si Sulung
2 Cerita Si Sulung (2)
3 Cerita Si Sulung (3)
4 Cerita Si Sulung (4)
5 If My Heart Was Torn In Two
6 If My Heart Was Torn In Two (2)
7 If My Heart Was Torn In Two (3)
8 If My Heart Was Torn In Two (4)
9 If My Heart Was Torn In Two (5)
10 Let's Me Know That You Loved Me
11 Let's Me Know That You Loved Me (2)
12 Let's Me Know That You Loved Me (3)
13 Let's Me Know That You Loved Me (4)
14 The end of the season that I don't know if I loved you
15 The end of the season that I don't know if I loved you (2)
16 PENGUMUMAN
17 The end of the season that I don't know if I loved you (3)
18 The end of the season that I don't know if I loved you (4)
19 The end of the season that I don't know if I loved you (5)
20 The Silent White Knight
21 The Silent White Knight (2)
22 The Silent White Knight (3)
23 The Silent White Knight (4)
24 Sebuah Janji
25 Sebuah Janji (2)
26 Sebuah Janji (3)
27 Sebuah Janji (4)
28 Sebuah Janji (5)
29 Sebuah Janji (6)
30 Sebuah Janji (7)
31 Mengurai Masai, Menggenapi Janji
32 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (2)
33 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (3)
34 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (4)
35 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (5)
36 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (6)
37 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (7)
38 Dua Pria Yang Saling Bercerita
39 Dua Pria Yang Saling Bercerita (2)
40 Dua Pria Yang Saling Bercerita (3)
41 Melukis Pelangi
42 Melukis Pelangi (2)
43 Melukis Pelangi (3)
44 Melukis Pelangi (4)
45 Melukis Pelangi (5)
46 Melukis Pelangi (6)
47 Kita Harus Bicara
48 Kita Harus Bicara (2)
49 Kita Harus Bicara (3)
50 Kita Harus Bicara (4)
51 Kita Harus Bicara (5)
52 Involved & Entangled
53 Involved & Entangled (2)
54 Involved & Entangled (3)
55 Involved & Entangled (4)
56 Envolved & Entangled (5)
57 Envolved & Entangled (6)
58 RELUNG
59 Relung (2)
60 Relung (3)
61 Relung (4)
62 Relung (5)
63 Relung (6)
64 If The Time Has Come
65 If The Time Has Come (2)
66 If The Time Has Come (3)
67 If The Time Has Come (4)
68 If The Time Has Come (5)
69 Merenda Romansa
70 Merenda Romansa (2)
71 Merenda Romansa (3)
72 Merenda Romansa (4)
73 Merenda Romansa (5)
74 Merenda Romansa (6)
75 Merenda Romansa (7)
76 Merenda Romansa (8)
77 Belantara Rasa
78 Belantara Rasa (2)
79 Belantara Rasa (3)
80 Belantara Rasa (4)
81 Belantara Rasa (5)
82 Belantara Rasa (6)
83 Belantara Rasa (7)
84 Belantara Rasa (8)
85 Belantara Rasa (9)
86 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace
87 In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (2)
88 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (3)
89 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (4)
90 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (5)
91 In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (6)
92 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (7)
93 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (8)
94 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (9)
95 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (10)
96 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (11)
97 Bagaimana Dengan Cemburu ?
98 Bagaimana Dengan Cemburu (2)
99 Bagaiamana Dengan Cemburu (3)
100 Bagaimana Dengan Cemburu (4)
101 Bagaimana Dengan Cemburu (5)
102 Bagaimana Dengan Cemburu (6)
103 Bagaimana Dengan Cemburu (7)
104 Bagaimana Dengan Cemburu (8)
105 Cinta Itu .........
106 Cinta Itu ........... (2)
107 Cinta Itu ..... (3).
108 Cinta Itu.......... (4)
109 Cinta Itu ...... (5)
110 Cinta Itu ....... (6)
111 Cinta Itu ........ (7)
112 Cinta Itu ........ (8)
113 Merajut Pelangi Musim Gugur
114 Merajut Pelangi Musim Gugur (2)
115 Merajut Pelangi Musim Gugur (3)
116 Merajut Pelangi Musim Gugur (4)
117 Merajut Pelangi Musim Gugur (5)
118 Merajut Pelangi Musim Gugur (6)
119 Merajut Pelangi Musim Gugur (7)
120 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta
121 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (2)
122 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (3)
123 Than You Look At Me (1)
124 Than You Look At Me (2)
125 Than You Look At Me (3)
126 Than You Look At Me (4)
127 Than You Look At Me (5)
128 Than You Look At Me (6)
129 Than You Look At Me (7)
130 Than You Look At Me (8)
131 Than You Look At Me (9)
132 Rentang Biru
133 Rentang Biru (2)
134 Rentang Biru (3)
135 Rentang Biru (4)
136 Rentang Biru (5)
137 Rentang Biru (5)
138 Rentang Biru (6)
139 Rentang Biru (7)
140 Rentang Biru (8)
141 Aral Yang Mengeratkan
142 Aral Yang Mengeratkan (2)
143 Aral Yang Mengeratkan (3)
144 Aral Yang Mengeratkan (4)
145 Aral Yang Mengeratkan (5)
146 Aral Yang Mengeratkan (6)
147 Aral Yang Mengeratkan (7)
148 Aral Yang Mengeratkan (8)
149 Aral Yang Mengeratkan (9)
150 Aral Yang Mengeratkan (10)
151 Aral Yang Mengeratkan (11)
152 Variable
153 Variabel (2)
154 Variabel (3)
155 Variable (4)
156 Variabel (5)
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Cerita Si Sulung
2
Cerita Si Sulung (2)
3
Cerita Si Sulung (3)
4
Cerita Si Sulung (4)
5
If My Heart Was Torn In Two
6
If My Heart Was Torn In Two (2)
7
If My Heart Was Torn In Two (3)
8
If My Heart Was Torn In Two (4)
9
If My Heart Was Torn In Two (5)
10
Let's Me Know That You Loved Me
11
Let's Me Know That You Loved Me (2)
12
Let's Me Know That You Loved Me (3)
13
Let's Me Know That You Loved Me (4)
14
The end of the season that I don't know if I loved you
15
The end of the season that I don't know if I loved you (2)
16
PENGUMUMAN
17
The end of the season that I don't know if I loved you (3)
18
The end of the season that I don't know if I loved you (4)
19
The end of the season that I don't know if I loved you (5)
20
The Silent White Knight
21
The Silent White Knight (2)
22
The Silent White Knight (3)
23
The Silent White Knight (4)
24
Sebuah Janji
25
Sebuah Janji (2)
26
Sebuah Janji (3)
27
Sebuah Janji (4)
28
Sebuah Janji (5)
29
Sebuah Janji (6)
30
Sebuah Janji (7)
31
Mengurai Masai, Menggenapi Janji
32
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (2)
33
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (3)
34
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (4)
35
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (5)
36
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (6)
37
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (7)
38
Dua Pria Yang Saling Bercerita
39
Dua Pria Yang Saling Bercerita (2)
40
Dua Pria Yang Saling Bercerita (3)
41
Melukis Pelangi
42
Melukis Pelangi (2)
43
Melukis Pelangi (3)
44
Melukis Pelangi (4)
45
Melukis Pelangi (5)
46
Melukis Pelangi (6)
47
Kita Harus Bicara
48
Kita Harus Bicara (2)
49
Kita Harus Bicara (3)
50
Kita Harus Bicara (4)
51
Kita Harus Bicara (5)
52
Involved & Entangled
53
Involved & Entangled (2)
54
Involved & Entangled (3)
55
Involved & Entangled (4)
56
Envolved & Entangled (5)
57
Envolved & Entangled (6)
58
RELUNG
59
Relung (2)
60
Relung (3)
61
Relung (4)
62
Relung (5)
63
Relung (6)
64
If The Time Has Come
65
If The Time Has Come (2)
66
If The Time Has Come (3)
67
If The Time Has Come (4)
68
If The Time Has Come (5)
69
Merenda Romansa
70
Merenda Romansa (2)
71
Merenda Romansa (3)
72
Merenda Romansa (4)
73
Merenda Romansa (5)
74
Merenda Romansa (6)
75
Merenda Romansa (7)
76
Merenda Romansa (8)
77
Belantara Rasa
78
Belantara Rasa (2)
79
Belantara Rasa (3)
80
Belantara Rasa (4)
81
Belantara Rasa (5)
82
Belantara Rasa (6)
83
Belantara Rasa (7)
84
Belantara Rasa (8)
85
Belantara Rasa (9)
86
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace
87
In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (2)
88
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (3)
89
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (4)
90
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (5)
91
In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (6)
92
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (7)
93
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (8)
94
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (9)
95
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (10)
96
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (11)
97
Bagaimana Dengan Cemburu ?
98
Bagaimana Dengan Cemburu (2)
99
Bagaiamana Dengan Cemburu (3)
100
Bagaimana Dengan Cemburu (4)
101
Bagaimana Dengan Cemburu (5)
102
Bagaimana Dengan Cemburu (6)
103
Bagaimana Dengan Cemburu (7)
104
Bagaimana Dengan Cemburu (8)
105
Cinta Itu .........
106
Cinta Itu ........... (2)
107
Cinta Itu ..... (3).
108
Cinta Itu.......... (4)
109
Cinta Itu ...... (5)
110
Cinta Itu ....... (6)
111
Cinta Itu ........ (7)
112
Cinta Itu ........ (8)
113
Merajut Pelangi Musim Gugur
114
Merajut Pelangi Musim Gugur (2)
115
Merajut Pelangi Musim Gugur (3)
116
Merajut Pelangi Musim Gugur (4)
117
Merajut Pelangi Musim Gugur (5)
118
Merajut Pelangi Musim Gugur (6)
119
Merajut Pelangi Musim Gugur (7)
120
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta
121
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (2)
122
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (3)
123
Than You Look At Me (1)
124
Than You Look At Me (2)
125
Than You Look At Me (3)
126
Than You Look At Me (4)
127
Than You Look At Me (5)
128
Than You Look At Me (6)
129
Than You Look At Me (7)
130
Than You Look At Me (8)
131
Than You Look At Me (9)
132
Rentang Biru
133
Rentang Biru (2)
134
Rentang Biru (3)
135
Rentang Biru (4)
136
Rentang Biru (5)
137
Rentang Biru (5)
138
Rentang Biru (6)
139
Rentang Biru (7)
140
Rentang Biru (8)
141
Aral Yang Mengeratkan
142
Aral Yang Mengeratkan (2)
143
Aral Yang Mengeratkan (3)
144
Aral Yang Mengeratkan (4)
145
Aral Yang Mengeratkan (5)
146
Aral Yang Mengeratkan (6)
147
Aral Yang Mengeratkan (7)
148
Aral Yang Mengeratkan (8)
149
Aral Yang Mengeratkan (9)
150
Aral Yang Mengeratkan (10)
151
Aral Yang Mengeratkan (11)
152
Variable
153
Variabel (2)
154
Variabel (3)
155
Variable (4)
156
Variabel (5)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!