The end of the season that I don't know if I loved you (5)

Tepat seperti yang dikatakan oleh Namu, jalan menuju bandara Incheon menjadi lebih ramai dari biasanya. Walaupun tidak sampai macet, tapi lumayan memakan waktu juga.

" Kau tadi kemana kak? pagi-pagi buta sudah pergi. Nggak bersama mas Alend ? ".

" Nggak, dia masih molor di kamarnya. Ada hal penting yang harus ku selesaikan...... dan aku juga tidak mau kehilangan kesempatan untuk bisa mengantarmu ".

Cinta tersenyum dan tersipu, ia merasa sangat berbunga-bunga. Namu pun kembali tersenyum hangat mendapati Cinta kini tengah menatapnya dengan semburat rona yang sangat manis.

" Sudah tidak marah dengan ku lagi ? ", tanya Namu kemudian bersamaan dengan membeloknya mobil kearah kiri menuju Incheon.

" Siapa yang marah ? ", tanya itu terdengar sedikit ketus keluar dari bibir Cinta.

" Ku pikir kau sangat marah pada perbuatan ku semalam.... sampai-sampai tidak membalas pesan ku ".

Cinta tidak menjawab, ia hanya tertunduk.

" Apa kau benar-benar sudah memaafkan ku ? ".

" Aku ....aku berendam terlalu lama semalam, dan setelahnya langsung tidur. Pesan kakak baru kubaca pas sarapan tadi ... ", sergah Cinta dengan sedikit gugup.

" Ooh.... " . Hanya itu yang keluar dari bibir Namu, setelahnya ia kembali berkonsentrasi pada jalanan yang mulai menampakkan antrian di pintu masuk.

Sementara itu Cinta berusaha mengalihkan pandangannya. Ia teringat kembali semua sentuhan lembut yang tiba-tiba saja menjadi hasrat menuntut dari Namu. Dia mengingat dengan baik bagaimana seluruh tubuhnya tak kuasa menolak bahkan dengan suka rela memenuhi tuntutan dari tubuh Namu. Beruntung hatinya masih bisa mengendalikan akal sehatnya, yang kemudian menjaganya dari perbuatan terlalu jauh. Tapi jujur saja, semalaman semua kedekatan dan kehangatan sentuhan itu membuatnya bermimpi sangat manis dan berpeluh. Cinta tertunduk malu.

" Hei... kau tersipu lagi. Kenapa ? ".

" Ah tidak... Hanya.... ".

" Ada apa ..... katakanlah ". Namu mendesak dan terlihat sangat penasaran. " Ada yang pasti ingin kau sampaikan padaku... pasti. Kenapa tidak kau katakan sekarang saja ... ".

" Aku.... hanya saja aku masih merasa sedang bermimpi .... ".

" Oh ya? mimpi yang indah pasti ya Cinta ".

" Ya... dan aku takut, saat terbangun nanti..... pasti yang ada hanya kesedihan... ".

Namu menghela nafas panjangnya, saat itu mobil mereka telah memasuki parking base. Seperti tak menghiraukan yang disajikan gadis disebelahnya, namun Namu nampak mengetatkan rahangnya seperti sedang menahan sesuatu yang meremas hati, terasa nyeri. Cinta pun hanya bisa menunggu saja.

" Apakah kau berpikir .... hubungan kita ini tidak akan direstui ? ", tanya Namu kemudian. Ia mendekat pada Cinta dan melepas safety belt gadis itu.

" Aku... tidak berharap demikian. Tapi.... aku sangat takut. Kita berdua dibesarkan bersama sebagai kakak beradik..... dan.... ", Cinta menggantung ucapannya. Ia menautkan kesepuluh jemarinya dan saling memilin. Cemas itu tak tertutupi lagi.

" Hal itu.... itu bagianku. Kau berdoa saja ya. Sudah pernah kubilang bukan ?. Aku yang akan mengatakan semuanya pada mama papa ku ... dan aku juga yang akan datang memintamu secara langsung ... pada om dan Tante Juna. Dengan segala konsekuensinya .... aku siap .. bagaimana dengan mu ? ".

" Menyimpan perasaan penuh debaran saat melihat mu tersenyum, merindukan mu saat kita berjauhan, dan telah sangat terbiasa bergantung padamu.... bahkan, jutaan kali aku mencoba untuk menipu diriku sendiri, tapi... aku selalu sakit hati saat ada wanita lain yang mendekati mu. Lalu saat sebuah keajaiban itu terjadi... kau juga mempunyai perasaan yang sama denganku.... apakah aku masih bisa berfikir tentang konsekuensi yang harus ku tanggung ?. Yang paling menakutkan saat ini adalah .... jika kita memang tidak bersama lagi..... atau terpaksa harus berpisah dan kembali mengingkari perasan ini ".

Namu terdiam, tapi dia terkesima dengan penuturan tanpa polesan. Polos, lugu dan datang dari kemurnian perasaan seorang wanita yang mencintai tanpa syarat. Sungguh, ini adalah sebuah anugerah yang tidak terperi. Rasa haru dan rasa bahagia itu bahkan kini membuatnya gemetar dalam senyuman.

" Cinta ..... ", hanya itu yang mampu terloloskan dari bibirnya. Sementara sepasang matanya kini mulai mengabut, tapi bukan oleh hasrat seperti semalam namun karena rasa haru dan bahagianya.

" Kak.... dua puluh menit lagi pesawat ku berangkat. Mau mengantarku sampai batas akhir? atau cukup sampai disini ? ".

Pertanyaan itu menyadarkan Namu dari perasaan bahagia yang memakunya. Ia pun tersenyum dan kemudian keluar dari mobil, membawakan koper Cinta. Lalu dua orang yang sedang kasmaran itupun melangkah bersama.

" Cinta .... ", Namu menyerahkan koper gadis itu . Ini adalah batas terakhir para pengantar, dan Namu terlihat mengepalkan kedua tangannya. Lalu perlahan memasukkan kedua telapak tangan yang lebar itu ke saku celananya . Ia tersenyum .... tapi terasa sedikit getir, seperti menahan sesuatu.

Cinta berhenti dan seolah-olah menunggu. Hingga beberapa saat, ia menunggu Namu yang masih tetap tersenyum menatapnya. Hingga terdengar panggilan dari mikrofon bandara dengan bahasa Inggris yang menyebutkan : Miss Aurora Kanaya Cinta Hanjani from Indonesia .........

" Kakak .... ". Cinta tak bisa lagi menunggu, ia pun menghambur ke dada Namu.

Pria itu terkesiap, perlahan ia mengeluarkan kedua tangannya dan membalas pelukan gadis ini. ' Aku berusaha menahan diri untuk tidak membuat mu tersakiti lagi... terancam bahaya dari hasrat ku lagi ', desis Namu dalam lirih hatinya.

" Kita akan segera bertemu lagi Cinta.... berangkatlah, tunggu aku di rumah ya ".

" Iya kak.... aku menunggumu dan berdoa untuk kita ".

Cinta menghela tubuh Namu dan menjauhkannya sedikit, sehingga ia bisa menatap sepasang mata coklat terang yang menawan itu.

" I love you ... so much ". Dan Cinta pun memberanikan dirinya, mengabaikan rasa sungkannya. Ia sedikit berjinjit dan memejamkan matanya sambil mengecup lembut bibir pria tampan yang kini telah menjadi belahan jiwanya. Beberapa saat ia menikmati bibir yang lembut dan hangat itu, hingga kembali terdengar seruan yang memanggil namanya dari pengeras suara.

" Aku berangkat kak... ".

Kata terakhir itu membuat Namu tersadar jika ia masih berada di planet bumi, padahal sesaat tadi ia merasa sudah berada diantara nebula dan mengitari cincin Saturnus. Ia tersenyum menatap Cinta yang berjalan mundur sambil tetap menatapnya.

" Ya Cinta ....I love you too. I will gonna miss you ..... Cinta ".

Cinta tersenyum dan segera berbalik, melangkah dengan sedikit tergesa. Tapi langkahnya ringan. Beberapa kali ia menoleh kebelakang dan merasa hangat mendapati Namu masih tetap di sana, berdiri dan menunggunya menghilang dibalik gerbang keberangkatan. Hingga akhirnya ia sudah tidak bisa melihat pria itu lagi. Untuk pertama kalinya ... ia merasa sangat berat harus berpisah. Seminggu ini... pasti akan lebih berat dari bertahun-tahun dulu.

Sementara itu Namu masih terpaku tak bergerak dari tempatnya, berharap ia mempunyai kekuatan seperti Superman dengan tatapan X-ray nya sehingga bisa melihat tembus ke dalam tembok beton itu. Ia tersipu sendiri sambil menyentuh bibirnya yang terasa sedikit basah. Cinta menciumnya, berinisiatif bukan membalas ciuman yang sudah lebih dahulu diberikannya. Bukankah ini sangat luar biasa ?, Namu pun kembali tersenyum.

" Oh my God .... ", ia tersentak. Saat meraba saku celananya, ia baru sadar akan sesuatu yang sudah dipersiapkan. Dan ia benar-benar lupa, itu artinya ia harus menunggu seminggu lagi. Padahal pagi-pagi sekali ia sudah membangunkan Mr.Choi dan minta diantarkan untuk mengambil benda ini.

Tapi kini dia lupa...... benar-benar lupa. Dan semua itu karena ciuman seorang dewi Cinta. Namu menepuk jidatnya sendiri.... bodoh!!!, makinya pada diri sendiri.

Ini adalah akhir dari musim itu

Masa dimana kau tidak mengetahui tentang cinta mu

Dan kudapati senyuman yang lebih indah dari dahulu

Mungkin karena aku sudah tidak ragu lagi

Saat nanti kita bersama lagi, bolehkah aku menyebutmu ... Cinta ku ?

................

Meninggalkan seorang pemuda yang melangkah dengan sedikit kecewa pada sang jarak dan waktu yang memisahkan dirinya dengan sang belahan jiwa. Tapi lebih kecewa lagi dengan kebodohannya sendiri yang telah lupa untuk memberikan sebuah benda cantik yang diperolehnya dengan susah payah. Hanya karena ia mendapatkan ciuman dari cintanya. Itulah Namu yang kini terlihat sangat loyo meninggalkan bandara Incheon, seperginya Cinta.

Sementara itu jauh disana, ribuan kilometer jarak dan luasan samudera yang membentang, di sebuah negara kepulauan yang indah yang saat ini dituju oleh Cinta dengan penerbangannya. Saat itu hari baru saja akan memasuki senja, ketika seorang pria muda mendapatkan notifikasi pesan masuk.

Ia tersenyum sambil membelai kepala seorang anak yang datang dalam gendongan ibunya. Gadis kecil itu tidak lagi menangis seperti saat ia baru saja datang tadi. Sebatang cokelat sebagai hadiah yang diberikan untuk si kecil ini ternyata cukup efektif.

" Siapa namanya ? ... "

" Risa dokter ", jawab ibunya.

" Ah ya Risa.... obatnya harus dihabiskan, biar demamnya cepat sembuh. Besok lagi jangan main hujan-hujanan ya. Dan selalu cuci tangan pakai sabun kalo habis main, habis ke WC dan kalau makan ... biar nggak sakit perut ".

" Nggih, iya pak dokter ", si ibu menjawab mewakili anaknya yang masih sedikit terisak dengan sisa tangisnya.

" Risa mau cokelat lagi ? ".

" I.. iya pak dokter ", kali ini sikecil itu menjawab.

" Empat hari lagi datang kemari... tapi obatnya sudah harus habis ya ".

Si gadis kecil itu mengangguk sambil menyunggingkan senyum penuh semangat. Bahkan ia menyempatkan diri untuk melambaikan tangannya saat sudah berpamitan pada pak dokter baik hati yang memberinya batangan cokelat.

Pak dokter muda itu membalasnya dengan senyuman yang menyiratkan kepuasan. Tapi notifikasi pesan masuk yang diterimanya kembali, membuat raut wajahnya yang cukup tampan itu berubah menjadi sangat serius.

' Pak Haidar, pasien ny. Wening (31 th) pre-eklampsia berat. Baru saja mengalami kejang lagi '.

Pesan itu membuatnya melesat dengan cepat menuju lemari peralatan. Meraup Alat-alat yang kemudian dimasukkannya dalam tas berbentuk kotak dengan lapisan seperti alumunium foil. Kening nya berkerut sambil meneliti kembali peralatan yang sudah masuk itu.

" Sarung tangan steril, Apron, Kasa steril, Pisau bedah dan Bisturi no. 10..... curved mayo scissor, adson forcep.... Klem Kocher, Klem Allis.... ahh... ya .. Retraktor Richardson..... ya Tuhan... tidak ada resusitsi neonatus .... ".

Wajah tampan dengan bekas cukuran jambang lebat yang keabu-abuan itu terlihat kesal dan juga khawatir. Tapi pesan masuk kembali itu membuatnya segera beralih. Dengan cepat ia menyambar bawaannya dan keluar dari ruangan.

Hujan sudah tidak selebat tadi, tapi masih menyisakan udara dan angin dingin yang berhembus cukup kencang. Ia melihat ibu dan anak kecil yang diperiksanya tadi masih ada di teras, sepertinya menunggu hujan sedikit lebih bersahabat lagu.

" Loooh... nggak bawa payung Bu ? ".

" Bawa kok pak dokter... tapi kalau sampai rumah, kami tetep basah kuyup. Nunggu reda aja... paling sebentar lagi ".

" Ooh... rumah ibu di sebelah mana ? ".

" Di sana dok.... ehm ... dekat rumah pak RW ", ibu itu menunjuk kesatu arah.

" Pak RW ya... dengan poli kesehatan desa sebelah mananya ? ".

" Oh itu.... masih ke Utara lagi.... nggak jauh, nggak sampai sepuluh menit jalan ".

" Begitu ya... bareng aja ya kalau gitu. Kebetulan ada yang mau melahirkan ".

" Benarkah dok.... ", sesaat sinar mata ibu itu tampak berbinar. " Ah tidak .... terimakasih pak dokter. Malah jadi merepotkan ", ibu itu menolak dengan halus.

" Ayolah Bu.... tidak apa-apa. Kan searah ... ya Risa, naik mobil pak dokter ".

" Iya .... ", bocah kecil itu terlihat bersemangat dan menatap ibunya penuh harap. " Iya mak Risa mau naik mobil pak dokter ".

Tak berapa lama kendaraan Jeep itu sudah melaju menembus hujan yang nampaknya tidak akan mereda sedikit pun. Setelah beberapa kali melalui jalan yang mulai terlihat gelap dan menanjak, mereka tiba di sebuah bangunan rumah dengan halaman yang cukup luas.

Ibu dan gadis kecilnya itupun turun dan mengucapkan banyak terimakasih. Dan pria ini membalas dengan senyuman dan lambaian tangan, sebelum akhirnya membelokan kendaraannya masuk kedalam halaman tersebut. Sebelum keluar ia meraih tas punggungnya dan juga tas kotak berisi segala peralatan.

Celana jeans-nya berwarna abu-abu, entah karena sudah saking lamanya atau memang begitulah warnanya. Kemeja katun warna hitam itu nampak nyaman dikenakannya. Wajahnya sedikit tertutupi oleh topi yang dipakai. Langkahnya lebar dan ringan, membuat tas punggung yang disandangnya seolah menari.

Dengan sigap pemuda itu menerobos kerumunan di depan sebuah rumah bangunan. Lalu masuk kedalam rumah sederhana yang nampak rapi dan bersih itu. Beberapa orang di dalam sana nampak menyambutnya dengan raut wajah lega penuh pengharapan.

" Dokter Haidar .... ", sambut seorang wanita muda dengan sedikit senyum lega di wajah yang pias.

" Gimana mba... sudah dapat kabar dari kapal ambulance ? ".

" Gelombang tinggi dok, cuaca sangat tidak memungkinkan untuk merujuk ke rumah sakit besar. Terlalu beresiko ... dokter lihat dulu kondisinya ".

Tanpa menunggu lagi, pria yang disapa dengan sebutan dokter Haidar itupun merangsek masuk. Di sebuah kamar yang lumayan luas dengan dua bed periksa dimana di salah satunya terbaring seorang wanita yang nampak lemah. Sementara selang infus dan DC terpasang ditubuhnya, sinar matanya redup.

" Dosis inisial pertama 4 gr, kedua 6 gr..... begitu kejang sudah injeksi 4 gr lagi.... ini sudah lewat dua puluh menit, Alhamdulillah belum..... semoga tidak kejang lagi ".

Yang dimaksudkan oleh wanita muda yang nampak sangat cekatan ini adalah pemberian magnesium sulfat. Terapi yang digunakan untuk wanita hamil dengan pre-eklampsia atau tensi yang tinggi. Dokter Haidar dengan serius memeriksa denyut jantung ibu ini. Lalu mengulas senyum.

" Masih pusing atau mual ? ".

" Mboten pak dokter ...... sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Niki si dedek .... ", sambil mengelus-elus perutnya, " Sudah anteng lagi .... nggak gerak-gerak. Tadi sempat kenceng-kenceng ...... ".

Menurut si ibu hal itu tampaknya adalah sebuah berita yang sedikit menenangkan, karena ia tidak merasakan sakit. Tapi bagi seorang dokter Haidar yang kini tengah saling tatap dengan pandangan tercekat pada wanita yang adalah bidan desa, hal itu adalah sebuah alarm tanda bahaya.

" Mba Isna ...."

" Ya dok.... ".

" Evakuasi .... ", dengan mantap pria itu berucap seolah bertitah.

" Siap dok !!!!!! ".

Dan petang itu dibawah guyuran hujan yang tak kunjung mereda, bahkan kini diikuti oleh angin yang menderu. Mobil itu kembali melaju menembus temaram yang mulia pekat. Berpacu dengan waktu, berusaha menyintas batas seperti tengah mengelabui dewa kematian.

Dokter Haidar Mandala Wirayudha, mencengkeram kemudi kendaraannya dan melajukannya dengan gesit. Seolah mengejar kesempatan dan memburu harapan. Setiap orang berhak untuk hidup dan sehat lebih lama, tekadnya berkumandang dalam katupan rahangnya yang nampak tanpa putus asa.

' Berikanlah aku satu kesempatan lagi ya Tuhanku yang maha penyayang ....... menjadi bagian dari takdir mu, menyelamatkan dua nyawa ini..... aku mohon ....'

Terpopuler

Comments

ary rachmawati

ary rachmawati

Wirayudha ... jd inget mas Tama di novelnya mom sephinasera .. 😍

2022-03-02

1

Zeeylaa To Zila

Zeeylaa To Zila

muncul haidar

2022-01-23

0

sumiati efendi

sumiati efendi

1 lagi ksatria hadir

2022-01-12

0

lihat semua
Episodes
1 Cerita Si Sulung
2 Cerita Si Sulung (2)
3 Cerita Si Sulung (3)
4 Cerita Si Sulung (4)
5 If My Heart Was Torn In Two
6 If My Heart Was Torn In Two (2)
7 If My Heart Was Torn In Two (3)
8 If My Heart Was Torn In Two (4)
9 If My Heart Was Torn In Two (5)
10 Let's Me Know That You Loved Me
11 Let's Me Know That You Loved Me (2)
12 Let's Me Know That You Loved Me (3)
13 Let's Me Know That You Loved Me (4)
14 The end of the season that I don't know if I loved you
15 The end of the season that I don't know if I loved you (2)
16 PENGUMUMAN
17 The end of the season that I don't know if I loved you (3)
18 The end of the season that I don't know if I loved you (4)
19 The end of the season that I don't know if I loved you (5)
20 The Silent White Knight
21 The Silent White Knight (2)
22 The Silent White Knight (3)
23 The Silent White Knight (4)
24 Sebuah Janji
25 Sebuah Janji (2)
26 Sebuah Janji (3)
27 Sebuah Janji (4)
28 Sebuah Janji (5)
29 Sebuah Janji (6)
30 Sebuah Janji (7)
31 Mengurai Masai, Menggenapi Janji
32 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (2)
33 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (3)
34 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (4)
35 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (5)
36 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (6)
37 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (7)
38 Dua Pria Yang Saling Bercerita
39 Dua Pria Yang Saling Bercerita (2)
40 Dua Pria Yang Saling Bercerita (3)
41 Melukis Pelangi
42 Melukis Pelangi (2)
43 Melukis Pelangi (3)
44 Melukis Pelangi (4)
45 Melukis Pelangi (5)
46 Melukis Pelangi (6)
47 Kita Harus Bicara
48 Kita Harus Bicara (2)
49 Kita Harus Bicara (3)
50 Kita Harus Bicara (4)
51 Kita Harus Bicara (5)
52 Involved & Entangled
53 Involved & Entangled (2)
54 Involved & Entangled (3)
55 Involved & Entangled (4)
56 Envolved & Entangled (5)
57 Envolved & Entangled (6)
58 RELUNG
59 Relung (2)
60 Relung (3)
61 Relung (4)
62 Relung (5)
63 Relung (6)
64 If The Time Has Come
65 If The Time Has Come (2)
66 If The Time Has Come (3)
67 If The Time Has Come (4)
68 If The Time Has Come (5)
69 Merenda Romansa
70 Merenda Romansa (2)
71 Merenda Romansa (3)
72 Merenda Romansa (4)
73 Merenda Romansa (5)
74 Merenda Romansa (6)
75 Merenda Romansa (7)
76 Merenda Romansa (8)
77 Belantara Rasa
78 Belantara Rasa (2)
79 Belantara Rasa (3)
80 Belantara Rasa (4)
81 Belantara Rasa (5)
82 Belantara Rasa (6)
83 Belantara Rasa (7)
84 Belantara Rasa (8)
85 Belantara Rasa (9)
86 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace
87 In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (2)
88 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (3)
89 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (4)
90 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (5)
91 In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (6)
92 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (7)
93 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (8)
94 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (9)
95 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (10)
96 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (11)
97 Bagaimana Dengan Cemburu ?
98 Bagaimana Dengan Cemburu (2)
99 Bagaiamana Dengan Cemburu (3)
100 Bagaimana Dengan Cemburu (4)
101 Bagaimana Dengan Cemburu (5)
102 Bagaimana Dengan Cemburu (6)
103 Bagaimana Dengan Cemburu (7)
104 Bagaimana Dengan Cemburu (8)
105 Cinta Itu .........
106 Cinta Itu ........... (2)
107 Cinta Itu ..... (3).
108 Cinta Itu.......... (4)
109 Cinta Itu ...... (5)
110 Cinta Itu ....... (6)
111 Cinta Itu ........ (7)
112 Cinta Itu ........ (8)
113 Merajut Pelangi Musim Gugur
114 Merajut Pelangi Musim Gugur (2)
115 Merajut Pelangi Musim Gugur (3)
116 Merajut Pelangi Musim Gugur (4)
117 Merajut Pelangi Musim Gugur (5)
118 Merajut Pelangi Musim Gugur (6)
119 Merajut Pelangi Musim Gugur (7)
120 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta
121 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (2)
122 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (3)
123 Than You Look At Me (1)
124 Than You Look At Me (2)
125 Than You Look At Me (3)
126 Than You Look At Me (4)
127 Than You Look At Me (5)
128 Than You Look At Me (6)
129 Than You Look At Me (7)
130 Than You Look At Me (8)
131 Than You Look At Me (9)
132 Rentang Biru
133 Rentang Biru (2)
134 Rentang Biru (3)
135 Rentang Biru (4)
136 Rentang Biru (5)
137 Rentang Biru (5)
138 Rentang Biru (6)
139 Rentang Biru (7)
140 Rentang Biru (8)
141 Aral Yang Mengeratkan
142 Aral Yang Mengeratkan (2)
143 Aral Yang Mengeratkan (3)
144 Aral Yang Mengeratkan (4)
145 Aral Yang Mengeratkan (5)
146 Aral Yang Mengeratkan (6)
147 Aral Yang Mengeratkan (7)
148 Aral Yang Mengeratkan (8)
149 Aral Yang Mengeratkan (9)
150 Aral Yang Mengeratkan (10)
151 Aral Yang Mengeratkan (11)
152 Variable
153 Variabel (2)
154 Variabel (3)
155 Variable (4)
156 Variabel (5)
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Cerita Si Sulung
2
Cerita Si Sulung (2)
3
Cerita Si Sulung (3)
4
Cerita Si Sulung (4)
5
If My Heart Was Torn In Two
6
If My Heart Was Torn In Two (2)
7
If My Heart Was Torn In Two (3)
8
If My Heart Was Torn In Two (4)
9
If My Heart Was Torn In Two (5)
10
Let's Me Know That You Loved Me
11
Let's Me Know That You Loved Me (2)
12
Let's Me Know That You Loved Me (3)
13
Let's Me Know That You Loved Me (4)
14
The end of the season that I don't know if I loved you
15
The end of the season that I don't know if I loved you (2)
16
PENGUMUMAN
17
The end of the season that I don't know if I loved you (3)
18
The end of the season that I don't know if I loved you (4)
19
The end of the season that I don't know if I loved you (5)
20
The Silent White Knight
21
The Silent White Knight (2)
22
The Silent White Knight (3)
23
The Silent White Knight (4)
24
Sebuah Janji
25
Sebuah Janji (2)
26
Sebuah Janji (3)
27
Sebuah Janji (4)
28
Sebuah Janji (5)
29
Sebuah Janji (6)
30
Sebuah Janji (7)
31
Mengurai Masai, Menggenapi Janji
32
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (2)
33
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (3)
34
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (4)
35
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (5)
36
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (6)
37
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (7)
38
Dua Pria Yang Saling Bercerita
39
Dua Pria Yang Saling Bercerita (2)
40
Dua Pria Yang Saling Bercerita (3)
41
Melukis Pelangi
42
Melukis Pelangi (2)
43
Melukis Pelangi (3)
44
Melukis Pelangi (4)
45
Melukis Pelangi (5)
46
Melukis Pelangi (6)
47
Kita Harus Bicara
48
Kita Harus Bicara (2)
49
Kita Harus Bicara (3)
50
Kita Harus Bicara (4)
51
Kita Harus Bicara (5)
52
Involved & Entangled
53
Involved & Entangled (2)
54
Involved & Entangled (3)
55
Involved & Entangled (4)
56
Envolved & Entangled (5)
57
Envolved & Entangled (6)
58
RELUNG
59
Relung (2)
60
Relung (3)
61
Relung (4)
62
Relung (5)
63
Relung (6)
64
If The Time Has Come
65
If The Time Has Come (2)
66
If The Time Has Come (3)
67
If The Time Has Come (4)
68
If The Time Has Come (5)
69
Merenda Romansa
70
Merenda Romansa (2)
71
Merenda Romansa (3)
72
Merenda Romansa (4)
73
Merenda Romansa (5)
74
Merenda Romansa (6)
75
Merenda Romansa (7)
76
Merenda Romansa (8)
77
Belantara Rasa
78
Belantara Rasa (2)
79
Belantara Rasa (3)
80
Belantara Rasa (4)
81
Belantara Rasa (5)
82
Belantara Rasa (6)
83
Belantara Rasa (7)
84
Belantara Rasa (8)
85
Belantara Rasa (9)
86
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace
87
In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (2)
88
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (3)
89
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (4)
90
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (5)
91
In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (6)
92
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (7)
93
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (8)
94
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (9)
95
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (10)
96
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (11)
97
Bagaimana Dengan Cemburu ?
98
Bagaimana Dengan Cemburu (2)
99
Bagaiamana Dengan Cemburu (3)
100
Bagaimana Dengan Cemburu (4)
101
Bagaimana Dengan Cemburu (5)
102
Bagaimana Dengan Cemburu (6)
103
Bagaimana Dengan Cemburu (7)
104
Bagaimana Dengan Cemburu (8)
105
Cinta Itu .........
106
Cinta Itu ........... (2)
107
Cinta Itu ..... (3).
108
Cinta Itu.......... (4)
109
Cinta Itu ...... (5)
110
Cinta Itu ....... (6)
111
Cinta Itu ........ (7)
112
Cinta Itu ........ (8)
113
Merajut Pelangi Musim Gugur
114
Merajut Pelangi Musim Gugur (2)
115
Merajut Pelangi Musim Gugur (3)
116
Merajut Pelangi Musim Gugur (4)
117
Merajut Pelangi Musim Gugur (5)
118
Merajut Pelangi Musim Gugur (6)
119
Merajut Pelangi Musim Gugur (7)
120
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta
121
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (2)
122
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (3)
123
Than You Look At Me (1)
124
Than You Look At Me (2)
125
Than You Look At Me (3)
126
Than You Look At Me (4)
127
Than You Look At Me (5)
128
Than You Look At Me (6)
129
Than You Look At Me (7)
130
Than You Look At Me (8)
131
Than You Look At Me (9)
132
Rentang Biru
133
Rentang Biru (2)
134
Rentang Biru (3)
135
Rentang Biru (4)
136
Rentang Biru (5)
137
Rentang Biru (5)
138
Rentang Biru (6)
139
Rentang Biru (7)
140
Rentang Biru (8)
141
Aral Yang Mengeratkan
142
Aral Yang Mengeratkan (2)
143
Aral Yang Mengeratkan (3)
144
Aral Yang Mengeratkan (4)
145
Aral Yang Mengeratkan (5)
146
Aral Yang Mengeratkan (6)
147
Aral Yang Mengeratkan (7)
148
Aral Yang Mengeratkan (8)
149
Aral Yang Mengeratkan (9)
150
Aral Yang Mengeratkan (10)
151
Aral Yang Mengeratkan (11)
152
Variable
153
Variabel (2)
154
Variabel (3)
155
Variable (4)
156
Variabel (5)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!