The end of the season that I don't know if I loved you (4)

" Hei... ".

Tarikan dari telapak tangan yang lebar dan hangat itu menghentikan langkah bergegasnya.

" Tadi aku 'kan sudah bilang ... kau harus bertanggungjawab, mau lari kemana ? ".

" Tanggungjawab apa? ... memang kenapa harus bertanggung jawab ? . Jangan cari-cari alasan tidak jelas ya kak .. ".

Namu tersenyum menyeringai, sementara Cinta cemberut dan masih berusaha menarik tangannya dari jalinan jemari pria ini. Setelah apa yang terjadi akhir-akhir ini, ia merasa kalau pria ini memang sudah bukan lagi kakak tersayangnya lagi, sudah menjelma menjadi pria tersayang yang menggoda. Tapi terkadang juga menyebalkan dan memalukan. Seperti kelakuannya beberapa saat lalu.

Saat itu masih diparkiran restauran, ketika semua rahasia hati baru saja terungkap. Cinta yang merasakan wajahnya panas merona karena malu memilih untuk berjalan tergesa menghampiri kendaraan yang membawa mereka. Sementara suara usil Syailendra dan juga kekehan penuh kemenangan dari Namu, jelas terdengar mengekorinya.

" Curang kau Cinta... kau sudah tahu perasaanku dari Alend, tapi masih pura-pura sok imut.... ".

" Loh ... wanita 'kan seperti itu Namu. Terus ? .... jadinya yang nembak duluan siaoa ? ", Syailendra mengajukan pertanyaan yang terdengar seperti sebuah provokasi.

" Ya aku laaaaah..... gentleman gitu loh ", sambar Namu. " Tapi .... tentu saja dia yang memancing ..... he.. he.. he ".

Cinta sontak menghentikan langkahnya, berbalik dan menatap kesal pada dua orang pria yang kini begitu kompak tertawa dan melakukan high five.

" Pasti sudah ciuman... ", tebak Syailendra.

" Oh ... itu... hemgghhh... ". Kalimat Namu termampatkan karena tiba-tiba saja menutup mulutnya, lebih tepatnya mengatupkan mulut Namu dengan ibu jari dan jari telunjuknya, dengan sedikit menariknya.

" Auw...aduh... ".

" Hua... ha... ha... ha... ", Syailendra meledakkan tawanya tanpa ditahan-tahan lagi. " Sudah... sudah.... aku sudah tahu kok. Hei bro... gimana rasanya jadian ? ".

" Wuaaaaah.... pokoknya. Tapi Lend, kami masih backstreet ... tolong jaga rahasia ini ya ".

" Okay.... beres ".

" Cinta .... ".

Dan saat Cinta menoleh perlahan ke arah panggilan itu berasal. Ia dibuat membatu dan terpaku, sebuah kecupan hangat sekilas mendarat di pipinya.

" Heiiiii.... masih ada aku ini ", protes Syailendra.

" Sengaja memang. Biar kamu lihat ", balas Namu dengan cueknya. " Oh ya Cinta, setelah ini.... aku akan minta pertanggungjawaban mu ".

" Hah ?!!!!!!! ".

Dan kini mereka telah kembali berdua, setelah Syailendra meminta jangan diganggu dulu malam ini. Mau istirahat, begitu alasannya. Namu yang sudah sampai di depan kamarnya menahan tangan Cinta, dan mengunci gadis itu dalam tatapan yang hangat.

" Kita harus bicara banyak hal.... masuklah dulu. Atau kau ingin bicara di luar dan lihat oleh ... mungkin papa dan mama kita yang bisa saja tiba-tiba lewat ? ".

" Ya ... tidak mengapa. Di sini saja ".

" Lalu.... kalau tiba-tiba saja mereka melihat kita... saat sedang bermesraan bagaimana ? ", Namu tersenyum dan mengedip dengan genit.

" I.. itu... apa yang ingin kau bicarakan kak ?", Cinta terlihat sangat gugup.

" Masuk dulu ya.... ", Namu kembali menarik tangan Cinta perlahan.

Pada akhirnya Cinta pun menyerah kalah dan membiarkan Namu membawanya masuk kedalam kamar itu. Baru dua hari yang lalu ia menerobos masuk ke dalam kamar ini masih dengan riang dan tanpa permisi. Duduk dengan santai diatas ranjang, bahkan sedikit menganggu si pemilik kamar yang masih sibuk dengan laptopnya. Kini ia kembali masuk justru dengan perasaan yang sangat canggung.

" Creek .... Klek ".

Suara pintu itu tertutup dan dikunci oleh si pemilik kamar. Yang kini juga masih tak sedikitpun mengalihkan tatapan darinya. Cinta menjadi salah tingkah, debaran jantungnya juga semakin meningkatnya. Ia tak mampu bergerak, dan tak kuasa menjauh.

" Cinta .... "

Namanya terdesahkan dari si pemilik sepasang mata cokelat yang terang. Saat ini tengah menatapnya dengan lapisan-lapisan kabut yang mulai menyelimuti perlahan. Nafas Namu terdengar sedikit mulai memburu, seiring langkahnya yang semakin mendekat.

Cinta terpaku, terjerat pada pesona yang memikat. Sehingga ia hanya mampu mengikuti saja saat tubuhnya kembali direngkuh mendekat. Tanpa melepaskan tatapan, ia merasakan kembali kehangatan yang tercipta karena kedekatan. Kedua tangan pria itu telah melingkar di pinggangnya, dan membuat tubuh mereka semakin rapat seolah tanpa sekat.

" Kak...... ", panggilan itulah yang terloloskan tanpa sempat menjadi sebuah kalimat.

" Kelak .... kedepannya, aku berharap ..... kau memanggilku dengan mesra... bahkan mendesahkan namaku juga ".

" Kak.... aku .... ".

" Aku akan menjagamu Cinta ", Namu menyergah dengan cepat. " Aku akan memiliki mu Cinta .... aku akan segera datang pada om Juna dan meminta mu ..... dengan ksatria ".

" Aku .... takut .... kak ".

Tiba-tiba saja wajah sang Cinta menjadi sedikit berona pucat. Bahkan ia menggigit sedikit ujung bibirnya dan kedua kelopak matanya berkerjap dengan resah.

" Cinta ..... aku tidak akan menikahi siapapun kecuali engkau. Hanya kamu Cintai.... yang akan menjadi satu-satunya pendamping ku.... ibu dari anak-anak ku ... cinta... ku ".

Rasa haru, rasa bahagia itupun menggilir tangis perlahan. Cinta tak menangis tanpa isak, hatinya berbunga-bunga tapi juga nelangsa. Kemudian Namu mengahapus perlahan air mata dan jejaknya itu, dengan jemarinya.

" Bagaimana ... kita akan mengatakan tentang cinta kita pada kedua orang tua kita ? ".

" Biar aku saja Cinta ..... kau doakan aku saja ya ", Namu tersenyum meyakinkan keraguan yang terbersit di mata Cinta.

" Ya... aku akan berdoa untukmu ... untuk cinta kita ini kak ".

Namu tersenyum sambil menyentuh bibir Cinta dengan lembut. Dengan ujung jarinya, ia membelai bibir yang lembut dan terlihat merekah segar dengan warna peach.

" Semalam ..... kenapa kau mendorongku ? "

" Hah ?! ", Cinta sedikit melongo karena kurang memahami pertanyaan Namu.

" Saat aku mencium ini .... ", kata Namu seraya kembali membelai bibir Cinta.

Cinta tidak menjawab, tapi ia menjadi sangat tersipu. Berusaha menunduk, tapi gagal karena Namu sudah menahan dagunya. Dan kembali pandangannya terkunci oleh tatapan pria tampan yang menghanyutkan ini.

" Aku masih seminggu lagi di sini... itu kalau semua berjalan lancar. Bagaimana nanti mengatasi rindu padamu ? .... apakah aku mampu bertahan ? ".

" Dulu... saat kita terpisah di Belanda, di Inggris ... mampu bertahan, dan itu bertahun-tahun.... besok hanya satu Minggu ... ".

" Tapi Cinta .... saat itu aku memang sedang berusaha keras melupakan mu. Tapi saat ini.... aku .... sedang pada tahap sangat tidak mau jauh darimu ..... Cinta ".

Cinta menarik nafas panjang, ia kebingungan menghadapi Namu yang tiba-tiba saja menjadi posesif seperti ini. Tapi ia sendiri pun sebenarnya juga kebingungan dengan dirinya. Ada rasa takut dan cemas yang juga menelusup dalam dominasi rasa bahagia di hatinya kini.

" Kau belum menjawab pertanyaan ku yang tadi ... malah sudah kau alihkan pembahasan yang lain ".

.

" Pertanyaan yang mana sih kak ? ".

" Kenapa semalam kau mendorong ku ... saat aku menciumu ? ".

" Emmmmh.... ituu.... ".

" Tidak usah mencari alasan, karena aku akan melakukannya lagi ... ".

Tanpa memberikan kesempatan pada Cinta untuk sekedar bernafas dengan normal. Bahkan juga tidak memberikan kesempatan pada wanita ini untuk berfikir dua kali. Tangan kanan Namu telah memerangkap pinggang rampingnya dan tangan kiri itu juga menahan tengkuknya sehingga Cinta menengadah tertahan.

Detik berikutnya ia hanya bisa memejamkan mata, mengepalkan kedua tangannya dan menahan dada pria ini. Tapi ia menikmati betapa hangat dan manisnya sentuhan bibir seorang Namu. Perlahan dan penuh kelembutan, kontras dengan perlakuan kedua tangan yang memerangkap tubuhnya.

Sayang itu hanya sesaat saja, karena sesudahnya bibir itu bergerak liar menjelajah dan merangsek terlalu dalam bersama hasrat yang semakin bergejolak. Cinta yang tadi sedikit memejamkan matanya kini melihat bagaimana Namu melakukan semua itu dengan mata terpejam.... samar, karena tak adanya jarak pada wajah mereka.

Ciuman itu berubah menjadi menuntut dan memaksa, seolah Namu sedang menumpahkan semua yang ditahannya belasan tahun ini. Dan Cinta tak kuasa menolaknya, karena sentuhan jemari Namu membuatnya seperti tak bertenaga. Ia lumer dan meleleh karena panasnya hasrat dari pria yang kini sedang menciumnya.

Perasaan takut tiba-tiba saja menyelimutinya, saat ia merasakan ada sesuatu yang menekankan dengan keras di bagian perutnya. Dan Cinta sebagai wanita dewasa, sangat mengerti apakah sesuatu itu. Sementara Namu seolah tidak bisa dihentikan lagi. Bahkan pria ini semakin berani, kedua tangannya sudah mulai tak terkendali. Cinta tersentak, hatinya seperti terkoyak.

" Hemmpf... hentikan !!! ". Cinta mendorong tubuh Namu dengan kuat.

Keduanya terengah-engah dengan nafas yang memburu. Tiba-tiba saja Namu seperti tersadar dari hipnotis seseorang. Wanita dihadapannya ini kembali menitikkan air mata, ada selintas ketakuta di wajahnya. Dan Namu terlempar pada rasa bersalah yang dalam.

" Cinta .... ma-maafkan aku .... maaf Cintaku ".

" Kau .... menakutkan Kak..... aku sangat takut pada mu .... ", dan Cinta menangis sambil mendekap dadanya.

Namu tersadar sepenuhnya, ia mengibaskan kepalanya kuat-kuat seperti sedang menyingkirkan semua pikiran buruk yang sesaat tadi menguasainya. Perlahan ia membungkuk, mengambil mantel Cinta yang entah bagaimana tadi bisa tercampak. Tapi pasti karena ulah dirinya. Lalu menyelimutkannya pada punggung dan bahu gadis ini. Dan ia pun dapat melihat Cinta menutupi bagian dadanya yang sedikit berantakan dengan beberapa kancing yang terbuka.

" Maafkan aku Cinta..... ". Namu memejamkan matanya sambil memegang kedua bahu gadis itu. Penyesalan itu datang seperti air bah, tapi tentu saja datang setelah badai hasrat cukup mengguncangkan kewarasannya.

" Aku berjanji akan menjagamu.... tapi justru aku sendiri yang hampir merusak mu..... maafkan aku Cinta ". Suara itu penuh penyesalan, tak terutupi dan sangat jelas terlihat dari sinar mata Namu yang begitu redup.

Jemarinya gemetaran saat mengancingkan kembali benda bulat berwarna pink yang manis di baju Cinta. Pun demikian saat ia kembali mengusap air mata yang masih mengalir. Namu mengumpat pada dirinya sendiri, ia yang hampir saja berbuat terlalu jauh hingga karena tak terkendali dengan hasrat liarnya.

" Ku antar ke kamar mu ". Perlahan ia pun menuntun Cinta keluar dari kamarnya.

" Su... sudah ... sampai di sini saja ", Cinta menahan Namu yang hendak ikut mengantarnya hingga kedepan kamar. " Hanya berjarak lima kamar..... disitu, kakak tidak usah ikut ... ke sana ".

" Ya .... Cinta, selamat beristirahat ".

Tapi Namu tetap berdiri mengawasi dan menunggu Cinta yang berjalan masuk menuju kamarnya. Perasaannya tidak menentu, ia seperti terpuruk dengan rasa bersalah. Namun saat gadis itu sesaat menoleh kepadanya dan mengembangkan senyum, dan saat itu sudah tidak ada lagi air mata serta raut wajah yang menyiratkan ketakutan seperti tadi.

Namu merasa sedikit lega, ia mengangguk dengan sebuah bisikan dari gerakan mulutnya yang kentara. Kemudian dia pun membuat gerakan dengan kedua jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk hati yang di sematkan dimana jantung itu berada. ' I Loco You ', begitu desisnya

Diujung lorong sana, Cinta yang tersenyum sambil mengangguk menerima pesan cinta dari pria yang masih menatapnya dengan mesra. Lalu menegaskan hatinya sendiri untuk segera masuk kedalam kamar. Memutus keinginannya untuk tetap bersitatap dengan pria di sebelah sana.

................

Pagi ini Namu dengan sengaja melewatkan sarapannya, ia pagi-pagi benar sudah berangkat pergi. Tidak ada yang tahu, entah kemana. Padahal hari ini kantor masih libur. Perbuatan pria muda ini cukup menghebohkan empat orang yang kini menatap Cinta dengan penuh rasa penasaran.

" Kemarin seharian kalian bersama. Dia tidak mengatakan apa-apa ? ", Orlin bertanya sambil tetap mengoleskan selai pada rotinya.

" Tidak Tante, ia tidak bilang apa-apa. Hanya saja.... kemarin itu, ada sesuatu yang disampaikan mas Alend ... emh maksud ku Syailendra. Sepertinya hal penting.... mungkin mereka berdua pergi bersama ".

" Loh ?! Syailendra di sini juga ? ", Hana terlihat begitu bersemangat menyela pembicaraan itu.

" Iya, kemarin kami berdua yang menjemputnya ".

Terlihat Hana menatap Arjuna suaminya dengan penuh arti. Cinta bukannya tidak mengetahui hal tersebut. Tapi ia lebih memilih pura-pura tidak mengetahuinya.

" Kau jadi berangkat ke Jakarta besok nak ? ", tanya Arjuna kemudian.

" Iya pah ".

" Tidak bisa kau mundurkan barang sehari dua hari lagi ", kembali Hana bertanya penuh harapan.

" Mah, dua orang bossnya ada disini. Dan aku.... bagaimana mungkin malah justru ikut-ikutan meninggalkan pekerjaan ..... ".

" Betul itu Cinta ".

" Mas !!! ". Begitulah tanggapan berbeda yang diberikan oleh Mandala dan Orlin.

" Saat kita bekerja maka bertanggungjawablah pada yang dikerjakan. Saat bersama keluarga ... jangan pernah bawa-bawa pekerjaan. Besok cari suami yang meminta mu tidak bekerja ", Mandala menimpali dengan ekspresi cuek, tidak memperdulikan lirikan Orlin istrinya dan Hana kakaknya yang menikam.

" Jangan seperti kedua wanita ngeyel ini.... ", lanjut Mandala lagi.

" Hei .... kami tidak ngeyel, tapi kau juga menyetujui kesepakatan itu 'kan mas ", protes Orlin sambil menyikut lengan suaminya.

" Terpaksa .... dari pada perang terus ".

" Heiiii.... sudah hampir dua puluh tujuh tahun kau baru protes sekarang ? . Dasar ... ".

" He... he... tambah cantik 'kan kalau lagi marah seperti itu ". Mandala menarik tubuh istrinya dan segera memberikan sebuah kecupan lembut, meredam emosi yang mulai meletup-letup.

Cinta melihatnya dengan senyuman yang semakin lebar. Dia sudah terbiasa dengan bagaimana sikap penuh romansa dari om dan tantenya ini.

Ketika sarapan itu hampir selesai dan waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat, saat itulah terlihat Namu yang datang tergesa. Rambutnya terlihat sedikit berantakan dan nafasnya memburu. Ia terlihat habis sedikit berlari.

" Hei.... kau kenapa? ", Orlin bertanya dengan sedikit khawatir.

" Its okay mah ... ", Namu langsung mencium pipi mamanya. Tanpa permisi langsung menghabiskan separuh cangkir kopi yang masih sedikit hangat, tentu saja itu punya Mandala.

" Sarapan dulu ... kau darimana ? ", Orlin bertanya sambil menyuapkan potongan kecil rotinya.

" Ehmm ... enak, nanti saja. Eh ... Cinta, kau sudah siap... ayo kuantar sekarang. Jalanan lumayan macet ".

Namu menolak halus, ia justru mengkhawatirkan Cinta yang harus sudah sampai di bandara Incheon sebelum pukul setengah sepuluh. Dan gadis itupun mengangguk tak membantah.

" Kau yang mengantar 'kan kak ? ".

" Tentu saja " .

.............

Terpopuler

Comments

Zeeylaa To Zila

Zeeylaa To Zila

hampir bablas

2022-01-23

1

sumiati efendi

sumiati efendi

duh duh hati-hati oppa Namu jangan kebablasan

2022-01-12

0

Elsa Jennie

Elsa Jennie

namu.......... "i loco you"..... 😘

2022-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Cerita Si Sulung
2 Cerita Si Sulung (2)
3 Cerita Si Sulung (3)
4 Cerita Si Sulung (4)
5 If My Heart Was Torn In Two
6 If My Heart Was Torn In Two (2)
7 If My Heart Was Torn In Two (3)
8 If My Heart Was Torn In Two (4)
9 If My Heart Was Torn In Two (5)
10 Let's Me Know That You Loved Me
11 Let's Me Know That You Loved Me (2)
12 Let's Me Know That You Loved Me (3)
13 Let's Me Know That You Loved Me (4)
14 The end of the season that I don't know if I loved you
15 The end of the season that I don't know if I loved you (2)
16 PENGUMUMAN
17 The end of the season that I don't know if I loved you (3)
18 The end of the season that I don't know if I loved you (4)
19 The end of the season that I don't know if I loved you (5)
20 The Silent White Knight
21 The Silent White Knight (2)
22 The Silent White Knight (3)
23 The Silent White Knight (4)
24 Sebuah Janji
25 Sebuah Janji (2)
26 Sebuah Janji (3)
27 Sebuah Janji (4)
28 Sebuah Janji (5)
29 Sebuah Janji (6)
30 Sebuah Janji (7)
31 Mengurai Masai, Menggenapi Janji
32 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (2)
33 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (3)
34 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (4)
35 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (5)
36 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (6)
37 Mengurai Masai, Menggenapi Janji (7)
38 Dua Pria Yang Saling Bercerita
39 Dua Pria Yang Saling Bercerita (2)
40 Dua Pria Yang Saling Bercerita (3)
41 Melukis Pelangi
42 Melukis Pelangi (2)
43 Melukis Pelangi (3)
44 Melukis Pelangi (4)
45 Melukis Pelangi (5)
46 Melukis Pelangi (6)
47 Kita Harus Bicara
48 Kita Harus Bicara (2)
49 Kita Harus Bicara (3)
50 Kita Harus Bicara (4)
51 Kita Harus Bicara (5)
52 Involved & Entangled
53 Involved & Entangled (2)
54 Involved & Entangled (3)
55 Involved & Entangled (4)
56 Envolved & Entangled (5)
57 Envolved & Entangled (6)
58 RELUNG
59 Relung (2)
60 Relung (3)
61 Relung (4)
62 Relung (5)
63 Relung (6)
64 If The Time Has Come
65 If The Time Has Come (2)
66 If The Time Has Come (3)
67 If The Time Has Come (4)
68 If The Time Has Come (5)
69 Merenda Romansa
70 Merenda Romansa (2)
71 Merenda Romansa (3)
72 Merenda Romansa (4)
73 Merenda Romansa (5)
74 Merenda Romansa (6)
75 Merenda Romansa (7)
76 Merenda Romansa (8)
77 Belantara Rasa
78 Belantara Rasa (2)
79 Belantara Rasa (3)
80 Belantara Rasa (4)
81 Belantara Rasa (5)
82 Belantara Rasa (6)
83 Belantara Rasa (7)
84 Belantara Rasa (8)
85 Belantara Rasa (9)
86 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace
87 In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (2)
88 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (3)
89 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (4)
90 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (5)
91 In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (6)
92 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (7)
93 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (8)
94 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (9)
95 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (10)
96 In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (11)
97 Bagaimana Dengan Cemburu ?
98 Bagaimana Dengan Cemburu (2)
99 Bagaiamana Dengan Cemburu (3)
100 Bagaimana Dengan Cemburu (4)
101 Bagaimana Dengan Cemburu (5)
102 Bagaimana Dengan Cemburu (6)
103 Bagaimana Dengan Cemburu (7)
104 Bagaimana Dengan Cemburu (8)
105 Cinta Itu .........
106 Cinta Itu ........... (2)
107 Cinta Itu ..... (3).
108 Cinta Itu.......... (4)
109 Cinta Itu ...... (5)
110 Cinta Itu ....... (6)
111 Cinta Itu ........ (7)
112 Cinta Itu ........ (8)
113 Merajut Pelangi Musim Gugur
114 Merajut Pelangi Musim Gugur (2)
115 Merajut Pelangi Musim Gugur (3)
116 Merajut Pelangi Musim Gugur (4)
117 Merajut Pelangi Musim Gugur (5)
118 Merajut Pelangi Musim Gugur (6)
119 Merajut Pelangi Musim Gugur (7)
120 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta
121 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (2)
122 Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (3)
123 Than You Look At Me (1)
124 Than You Look At Me (2)
125 Than You Look At Me (3)
126 Than You Look At Me (4)
127 Than You Look At Me (5)
128 Than You Look At Me (6)
129 Than You Look At Me (7)
130 Than You Look At Me (8)
131 Than You Look At Me (9)
132 Rentang Biru
133 Rentang Biru (2)
134 Rentang Biru (3)
135 Rentang Biru (4)
136 Rentang Biru (5)
137 Rentang Biru (5)
138 Rentang Biru (6)
139 Rentang Biru (7)
140 Rentang Biru (8)
141 Aral Yang Mengeratkan
142 Aral Yang Mengeratkan (2)
143 Aral Yang Mengeratkan (3)
144 Aral Yang Mengeratkan (4)
145 Aral Yang Mengeratkan (5)
146 Aral Yang Mengeratkan (6)
147 Aral Yang Mengeratkan (7)
148 Aral Yang Mengeratkan (8)
149 Aral Yang Mengeratkan (9)
150 Aral Yang Mengeratkan (10)
151 Aral Yang Mengeratkan (11)
152 Variable
153 Variabel (2)
154 Variabel (3)
155 Variable (4)
156 Variabel (5)
Episodes

Updated 156 Episodes

1
Cerita Si Sulung
2
Cerita Si Sulung (2)
3
Cerita Si Sulung (3)
4
Cerita Si Sulung (4)
5
If My Heart Was Torn In Two
6
If My Heart Was Torn In Two (2)
7
If My Heart Was Torn In Two (3)
8
If My Heart Was Torn In Two (4)
9
If My Heart Was Torn In Two (5)
10
Let's Me Know That You Loved Me
11
Let's Me Know That You Loved Me (2)
12
Let's Me Know That You Loved Me (3)
13
Let's Me Know That You Loved Me (4)
14
The end of the season that I don't know if I loved you
15
The end of the season that I don't know if I loved you (2)
16
PENGUMUMAN
17
The end of the season that I don't know if I loved you (3)
18
The end of the season that I don't know if I loved you (4)
19
The end of the season that I don't know if I loved you (5)
20
The Silent White Knight
21
The Silent White Knight (2)
22
The Silent White Knight (3)
23
The Silent White Knight (4)
24
Sebuah Janji
25
Sebuah Janji (2)
26
Sebuah Janji (3)
27
Sebuah Janji (4)
28
Sebuah Janji (5)
29
Sebuah Janji (6)
30
Sebuah Janji (7)
31
Mengurai Masai, Menggenapi Janji
32
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (2)
33
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (3)
34
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (4)
35
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (5)
36
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (6)
37
Mengurai Masai, Menggenapi Janji (7)
38
Dua Pria Yang Saling Bercerita
39
Dua Pria Yang Saling Bercerita (2)
40
Dua Pria Yang Saling Bercerita (3)
41
Melukis Pelangi
42
Melukis Pelangi (2)
43
Melukis Pelangi (3)
44
Melukis Pelangi (4)
45
Melukis Pelangi (5)
46
Melukis Pelangi (6)
47
Kita Harus Bicara
48
Kita Harus Bicara (2)
49
Kita Harus Bicara (3)
50
Kita Harus Bicara (4)
51
Kita Harus Bicara (5)
52
Involved & Entangled
53
Involved & Entangled (2)
54
Involved & Entangled (3)
55
Involved & Entangled (4)
56
Envolved & Entangled (5)
57
Envolved & Entangled (6)
58
RELUNG
59
Relung (2)
60
Relung (3)
61
Relung (4)
62
Relung (5)
63
Relung (6)
64
If The Time Has Come
65
If The Time Has Come (2)
66
If The Time Has Come (3)
67
If The Time Has Come (4)
68
If The Time Has Come (5)
69
Merenda Romansa
70
Merenda Romansa (2)
71
Merenda Romansa (3)
72
Merenda Romansa (4)
73
Merenda Romansa (5)
74
Merenda Romansa (6)
75
Merenda Romansa (7)
76
Merenda Romansa (8)
77
Belantara Rasa
78
Belantara Rasa (2)
79
Belantara Rasa (3)
80
Belantara Rasa (4)
81
Belantara Rasa (5)
82
Belantara Rasa (6)
83
Belantara Rasa (7)
84
Belantara Rasa (8)
85
Belantara Rasa (9)
86
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace
87
In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (2)
88
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (3)
89
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (4)
90
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (5)
91
In Your Eyes I See The Missing Piece of Peace (6)
92
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (7)
93
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (8)
94
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (9)
95
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (10)
96
In Your Eyes I See The Missing Piece Of Peace (11)
97
Bagaimana Dengan Cemburu ?
98
Bagaimana Dengan Cemburu (2)
99
Bagaiamana Dengan Cemburu (3)
100
Bagaimana Dengan Cemburu (4)
101
Bagaimana Dengan Cemburu (5)
102
Bagaimana Dengan Cemburu (6)
103
Bagaimana Dengan Cemburu (7)
104
Bagaimana Dengan Cemburu (8)
105
Cinta Itu .........
106
Cinta Itu ........... (2)
107
Cinta Itu ..... (3).
108
Cinta Itu.......... (4)
109
Cinta Itu ...... (5)
110
Cinta Itu ....... (6)
111
Cinta Itu ........ (7)
112
Cinta Itu ........ (8)
113
Merajut Pelangi Musim Gugur
114
Merajut Pelangi Musim Gugur (2)
115
Merajut Pelangi Musim Gugur (3)
116
Merajut Pelangi Musim Gugur (4)
117
Merajut Pelangi Musim Gugur (5)
118
Merajut Pelangi Musim Gugur (6)
119
Merajut Pelangi Musim Gugur (7)
120
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta
121
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (2)
122
Merangkai Rasa Menjembatani Cinta (3)
123
Than You Look At Me (1)
124
Than You Look At Me (2)
125
Than You Look At Me (3)
126
Than You Look At Me (4)
127
Than You Look At Me (5)
128
Than You Look At Me (6)
129
Than You Look At Me (7)
130
Than You Look At Me (8)
131
Than You Look At Me (9)
132
Rentang Biru
133
Rentang Biru (2)
134
Rentang Biru (3)
135
Rentang Biru (4)
136
Rentang Biru (5)
137
Rentang Biru (5)
138
Rentang Biru (6)
139
Rentang Biru (7)
140
Rentang Biru (8)
141
Aral Yang Mengeratkan
142
Aral Yang Mengeratkan (2)
143
Aral Yang Mengeratkan (3)
144
Aral Yang Mengeratkan (4)
145
Aral Yang Mengeratkan (5)
146
Aral Yang Mengeratkan (6)
147
Aral Yang Mengeratkan (7)
148
Aral Yang Mengeratkan (8)
149
Aral Yang Mengeratkan (9)
150
Aral Yang Mengeratkan (10)
151
Aral Yang Mengeratkan (11)
152
Variable
153
Variabel (2)
154
Variabel (3)
155
Variable (4)
156
Variabel (5)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!