BAB 14

Sania Bagun dari tidurnya dan mencium wangi bunga yang sangat menangkan.

Ia segera menoleh ke nakas samping tempat tidurnya melihat bunga krisan merah yang diletakkan dalam vase bunga.

"Aku jadi ingat, Aris selalu menaruh bunga Krisan di atas meja makan." Sania tersenyum mengingat momen saat ia pertama kali makan bersama suaminya.

Meski saat itu hanya telur dadar, tapi ia tetap senang karena Arisla yang membuatnya.

Tapi senyuman Sania segera memudar ketika ia ingat kembali bagaimana Aris membawa langsung surat cerai mereka ke kamarnya.

Bagaimana pria itu tak mau berbicara dengannya, bahkan tak mau berlama-lama melihatnya.

"Aris, suamiku,, aku cukup senang karena pernah menyandang status sebagai istrimu, walau hanya beberapa hari saja, dan walau hanya diisi oleh pertengkaran. Tapi aku sangat senang karena pernah menjadi orang yang kau perlakukan dengan lembut Mas." Kata Sania dengan suara pelan dibarengi air matanya yang menampakkan diri di pipinya.

"Non, kenapa menangis?" Bibi Sani yang masuk ke kamar Sania begitu kaget melihat Sania sedang menangis memandangi bunga yang diletakkan di atas nakas.

Sania segera menghapus air matanya dan melihat Bibi Sani yang datang membawa secangkir teh melati.

"Tidak apa kok Bi, aku hanya ingat tentang sepotong kenaganku dengan bunga Krisan ini."

"Non, tidak baik berlarut-larut dalam kesedihan. Ada banyak orang yang mengharapkan Non Sania kembali seperti dulu lagi, berbincang dnegan mereka dan tertawa bersama."

"Bibi benar, tapi aku masih belum bisa Bi, aku masih perlu waktu untuk memulai hidupku yang baru." Hidup baru melupakan semua kejadian pahitku.

"Iya Non, pokonya Non harus tetap semangat!"

"Iya makasih Bi." Ucap Sania dengan tulus.

'Aduh,, saya mesti ngapain lagi ya?' Gumam Bibi Sani sambil melihat ke arah pintu dimana Aris sedang mengintip dari sana. Kasihan Mas Aris kalau saya keluar sekarang, apa lagi dia sudah mengingatkan saya suapaya berlama-lama di sini.

"Bi, bibi mau ngapain lagi?" Tanya Sania ketika melihat Bibi Sani masih tinggal, tidak seperti biasanya langsung keluar saja.

"Oh,, itu Non, anu,, Itu Den, eh maksudnya Nona muda menyuruh saya memastikan Non menghabiskan tehnya sebelum saya keluar." Ucap Bibi Sani berbohong.

Maaf ya Non, saya jadi berbohong, tapi ini demi kebaikan suami Non yang sedang mengobati rindunya.

"Ohh, ya udah Bi, saya akan minum sekarang." Ucap Sania meraih gelas yang berisi teh melati.

"Hati-hati Non, tehnya masih panas." Bibi Sani memperingatkan.

Sania mengangguk mengerti lalu perlahan menyesap teh melatinya.

'Ya ampun istriku kenapa cantik sekali, baru bangun tidur saja udah bercahaya seperti itu, apa lagi kalau dandan.' Gumam Aris yang sedari tadi memperhatikan Sania.

Sementara Sania yang telah selesai meminum tehnya mengembalikan gelas kotornya ke Bibi Sani.

"Terima kasih ya Bi," ucapnya.

"Iya Non, apakah masih ada yang perlu Bibi kerjain?" Tanya Bibi Sania berharap ada kejaan untuknya supaya Adit yang sedang mengintip di balik pintu bisa merasa puas.

"Apa ya Bi, kayaknya tidak ada lagi."

"Oh, iya Non, kalau begitu saya keluar dulu ya Non.

"Iya Bi, makasih."

"Iya Non." Bibi Sani kemudian keluar dari kamar Sania dan menutup pintu dengan rapat.

"Maaf ya Den, saya tidak bisa lebih lama lagi, soalnya tidak ada kerjaan." Katanya penuh penyesalan pada Aris yang terlihat kecewa begitu Bibi Sani keluar dari kamar Sania.

"Iya tidak apa Bi, makasih ya Bi."

"Iya Den, nanti malam saya ajakin lagi deh," ucap Bibi Sani menyemangati Aris.

"Iya Bu, makasih ya."

"Cie,,, cie,,,,, yang lagi ngintipin istri!" Adel yang muncul tiba-tiba membuat Aris dan Bibi Sani menjadi kaget.

"Non Adel bikin kaget!" Gerutu Bibi Sani.

"Oh, Bibi biasa ajah dong. Emang lagi nagapain bisik-bisik di sini?" Tanya Adel dengan suara yang di gas.

"Aduh Non, jangan keras-keras bicaranya, nanti Non Sania terganggu."

"Ih Bibi apaan sih, emangnya yang punya rumah ini cuma Kak Sania? Aku juga kan anak Ayah sama Ibu, jadi bebas mau ngapain ajah di rumah ini!"

"Aduh Non, ya udah ya, bibi permisi kebawa dulu," kata Bibi Sani segera, ia tidak mau beradu mulut dengan Adel.

Melihat kepergian Bibi Sani membuat Adel mengarahkan pandangannya pada kakak iparnya yang sedang menatap pintu kamar Sania.

"Aduh Mas, kenapa sih,,, ummm mmmmmm....."

Aris segera menutup mulut iparnya itu dan membawa Adel menjauh dari kamar Sania.

"Aduh Mas! Apaan sih! Kan asin!" Gerutu Adel sambil meluda ke rumput.

"Apa yang asin Dek?" Tanya Aris dengan bingung.

"Ya tangan Mas lah! Asin banget tahu!"

"Asin? Kan Mas gak pernah pegang garam."

"Aduh Mas! Coba deh jilatin tangan Mas, pasti rasanya asin!"

"Apa? Jadi tadi kamu jilatin tangan Mas?" Tanya Aris dengan kaget.

Adel segera sala tingkah karena Aris "Ya,, ya gimana lagi, kan Mas dulu yang mulai."

Aris segera melap telapak tangannya dengan baju kaosnya "Kamu jorok Del ya."

"Ih, mas lebih jorok lagi, masa baju si pake ngelap sih. Oya Mas, kalau Kak Sania udah gak mau sama Mas, Gimana kalau aku ajah yang gantiin?" Adel dengan mata berbinarnya melihat ke arah Aris.

Ya ampun, kenapa ni bocah? Gumam Aris kebingungan.

"Gini ya Mas, meskipun aku masih SMA, tapi aku gak kalah cantik kok sama Kak Sania. Nanti juga kalau aku udah tamat sekolah aku pasti bisa seperti Kak Sania, jadi cewek pintar, mandiri, suka ke bar, dan,,"

"Maaf ya, Mas nyelah kamu, tapi kamu masih SMA, jangan dulu mikirin lelaki. Mending fokus dulu sama PRnya ya.."

"Ih Mas apaan Sih! Aku tuh udah gede!" Gerutu Adel meninggalkan Aris.

'Hah! Anak jama sekarang, masih sekolah gitu udah jadi bibit pelakor, gimana gedenya nanti?' Gerutu Aris dalam hatinya.

Huh! Kak Aris benar-benar negeselin!" Gerutu Adel seraya berjalan kembali ke lantai di menuju kamarnya.

Ketika ia berada di tangga, ia melihat ke arah kamar Sania, dan muncul ide nakal di pikirannya.

Selama ini, Adel selalu bertengkar dengan kakaknya karena Adel selalu tidak menurut dengan apa yang dikatakan Sania, jadi ia merasa sangat senang ketika Sania menikah dan tinggal jauh dari rumah.

Itulah mengapa ketika Sania kembali ke rumah dan terus mengurung diri di kamar, Adel menjadi cuek karena ia tidak mau kembali dikekang oleh kakaknya.

Adel segera menghampiri pintu kamar Sania.

Tok tok tok....

"Kak Sania,, ini aku Adel. Boleh masuk gak Kak?"

Adel menunggu sebentar, namun tak ada jawaban dari dalam.

"Apa Kak Sania sedang mandi ya?"

Adel mencoba membuka pintunya, dan ternyata tak di kunci.

Segera ia masuk ke kamar Sania dan mendapati Sania memang berada di kamar mandi dengan suara air yang dinyalakan.

"Mm, aku akan menunggu saja di sini." Kata Adel sambil duduk di bangku meja rias.

Tak lama menunggu, akhirnya Sania keluar dari kamar mandi, ia begitu kaget melihat Adel sedang duduk di meja riasnya, mencoba masker yang baru ia beli.

"Adel!"

"Eh, Kakak... Ucap Adel sambil cengingiran melihat Sania yang kini memergokinya.

"Kamu ngapain di kamar kakak?" Sania melihat ke arah pintu, memang ia lupa mengunci pintunya.

"Ya salah Kakak gak ngunci pintu. Jadi kupikir sengaja supaya aku bisa masuk. Opsss,, aku gak boleh banyak bicara, aku lagi pake masker sialnya."

"Kamu keluar sekarang."

Adel segera memperlihatkan muka memelasnya pada Sania.

"Aku ingin sendiri. Cepat keluar."

"Ya udah deh Kak." Adel segera berdiri berniat meninggalkan kamar Sania. Tapi ia berbalik lagi ketika ia ingat tujuan utamanya menemui Sania.

"Kak, aku mau minta sesuatu."

Dengan tatapan tidak perduli, Sania melihat adiknya.

"Itu, Mas Aris boleh buat aku kan Kak? Kan sekarang kakak udah gak mau lagi sama dia, ya dari pada mubazir kak."

Mendengar nama Aris membuat luka yang ditahan Sania kembali terbuka. Hatinya begitu sakit.

"Keluar!"

"Ih Kak, jawab dulu dong. Boleh gak nih barang bekas dikasih ke yang membutuhkan? Kan selama ini juga semua pakaian dan sepatu bekas kakak dikasih buat aku."

"Kakak bilang keluar!" Suara Sania meninggi membuat Adel tak punya pilihan lain dan segera meninggalkan kamar kakaknya.

Sementara Sania yang masih tertinggal di kamarnya segera jatuh ke lantai dengan pipi dialiri air matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!