Uhuk... Uhuk....
Sania terbatuk-batuk ketika ia dengan perlahan mendapatkan kesadarannya.
Kenapa panas sekali?
Kenapa juga aku terbaring di lantai? Gumamnya seraya berusaha berdiri sambil terbatuk-batuk.
Sania yang merasa kepanasan segera mengelilingkan pandangannya dan memilih menjauh dari tempat yang dipenuhi asap itu.
Semakin ia berjalan, semakin terasa panas badannya, hingga dengan samar ia melihat Aris di depannya.
Aris? Itu Aris bukan? Gumamnya seraya berusaha berjalan dengan benar menghampiri Aris.
Kenapa ia terlihat sangat tampan?
Apa dia berpenampilan seperti ini untuk menggoda perempuan?
Itu sebabnya ia ke tempat sepeti ini dengan pakaian itu?
Sial! Aris itu hanya milikku! Suamiku! Perempuan lain tidak boleh memilikinya!
Dengan cepat ia mendekat lalu melingkarkan tangannya di leher Aris dan mendekatkan wajahnya dengan Aris menatap sayu pria di depannya.
Rasa panas dan hasrat yang sedari tadi di tahannya semakin menguasainya ketika ia memperhatikan wajah tampan pria itu.
"Mas, aku mencintaimu,," ucap Sania kemudian.
"Sayang, istriku, ini,, ini kenyataan?" Sania merasakan tangan pria itu mengelus rambutnya, itu sangat menenangkannya.
"Mas, aku menginginkanmu!"
"Sayang, kau mengatakan apa? Apa,, apa yang kau inginkan?"
Suara Aris yang serak disertai tangan Aris yang kini menjalar di sekitar pinggangnya membuat Sania semakin terbuai.
"Mmm, mas tolong aku, aku,, aku mau kamu!" Sania begitu menuntut.
"Kau, kau tidak akan menyesal?"
"Mm..." Gumam Sania dan menyatukan bibirnya dengan Aris.
...
Kebakaran yang terjadi di bangunan 5 lantai itu hanya terjadi di sisi timur, dan pemadaman kebakaran yang tidak jauh dari tempat itu, pemadam kebakaran dengan cepat sampai dan mengalahkan si jago merah.
Dan di lantai 3 dimana Amran masih dalam keadaan pingsan tak lagi bangun karena pekerjaannya hari itu membuatnya harus beristirahat lebih lama.
Pagi harinya ketika ia terbangun, ia begitu terkejut mendapati dirinya sendirian.
"Dimana Sania?"
Katanya dengan panik sambil memperhatikan ruangan itu dan mendapatkan ponselnya untuk menelpon Sania.
Sayangnya, dering ponsel itu malah terdengar di ruangan mana ia berada. Dengan cepat ia melihat tas milik Sania berada di atas tempat tidur yang kusut itu.
Apa Sania berada di sini kemarin?
Amran kembali mengingat peristiwa kemarin malam dan akhirnya tersadar apa yang telah terjadi.
"Sial!!!!" Umpatnya seraya berlari ke kamar mandi, berharap Sania berada di sana.
Ia panik mencari ke semua tempat dan tak menemukan gadis itu.
Semoga saja Sania sudah pulang dan tidak terjadi apa-apa padanya. Gumamnya berlari ke lantai bawah untuk meninggalkan tempat itu.
Dilantai bawah ia bertemu dengan petugas keamanan.
"Permisi Pak, Anda baik-baik saja?" Tanya sang petugas.
"Ya saya baik-baik saja, tapi saya ingin bertanya, apa Bapak melihat seorang gadis yang menggunakan gaun pendek dengan rambut panjang, kulit putih, wajahnya oval, pokonya gadis itu sangat cantik? Ia juga menggunakan heels setinggi 13 cm."
"Maaf Pak, kemarin di sini terjadi kebakaran, jadi saya tidak memperhatikan semua orang karena sangat kacau."
"Apa Pak? Kebakaran?" Amran menjadi sangat panik.
"Iya Pak, tapi Bapak tenang saja, kebakarannya hanya terjadi di sisi timur bangunan, dan tidak ada korban jiwa."
Amran merasa sangat lega.
"Tapi masih ada satu kamar yang di huni di lantai satu. Sepertinya mereka tidak menyadari kalau ada kebakaran, mungkin saja itu teman Bapak."
"Benarkah? Kamarnya nomor berapa Pak?"
"115 Pak."
"Baik, terima kasih Pak." Amran segera berlari mencari kamar yang di maksud.
Amran telah berdiri di depan pintu ketika ia mengingat wajah cantik Sania.
Ia tidak bisa membayangkan kalau ia akan menemukan Sania, orang yang dicintainya itu sedang bersama dengan laki-laki.
Tidak, pasti bukan Sania di kamar ini, aku yakin.
Amran sudah berjalan untuk meninggalkan kamar itu ketika ia segera berubah pikiran dan akhirnya kembali membuka pintu itu.
Yang dilihatnya ialah dua orang laki-laki dan perempuan yang terbaring di atas tempat tidur.
Wajah perempuan itu tak terlihat karena tertutup oleh rambutnya. Tapi laki-laki yang disana, ia yakin itu sepupu Sania.
Amran menggertakkan giginya saat ia berjalan mendekat dan melihat perempuan yang sedang di peluk oleh Aris.
Ia mengulurkan tangannya dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah perempuan itu.
Sania!!!!
Gumamnya dengan kaget seraya mundur beberapa langkah tak mampu menerima kenyataan itu.
Apa yang, apa yanh harus kulakukan?
Amran terdiam di tempatnya melihat dua orang itu.
Kalau sampai Sania tahu ia telah tidur dengan kakaknya, ia pasti akan menderita karena melakukannya dengan keluarganya sendiri.
Keluarga mereka akan mengusir mereka dan tak mengakuinya lagi karena saudara tidak mungkin bisa menikah.
Ini akan menjadi dosa besar dan aib bagi keluarga Sania.
Aku harus melakukan sesuatu!
Dengan cepat Amran menguasai dirinya sendiri dan segera bergerak. Ia meminta seorang penjaga memindahkan Aris ke kamar sebelah.
Lalu ia menelpon anak buahnya untuk membawa Aris kembali ke rumahnya.
Amran kemudian melepaskan kaos yang ia gunakan lalu berbaring di samping Sania, membelakangi gadis itu.
Maafkan aku San, hanya ini yang bisa kulakukan agar kau tidak mempermalukan keluargamu, agar kau tidak dianggap membawa aib bagi keluargamu.
...
Karena sangat kelelahan, Sania tertidur sampai tengah hari. Ketika ia sadar, ia merasakan seluruh tubuhnya remuk, dan yang lebih parah, bagian bawah tubuhnya sangat sakit, terasa begitu perih.
Kepalanya pun sangat pusing membuatnya memerlukan beberapa detik untuk tersadar sepenuhnya.
Ketika ia membuka matanya ia melihat ruangan dimana ia berada.
Namun ketika ia menoleh, ia melihat seorang lelaki yang telanjang dada berbaring membelakanginya.
Apa? Apa yang terjadi?
Gumamnya panik seraya duduk memeriksa tubuhnya yang dipenuhi tanda keunguan.
Dengan cepat air matanya mengalir deras membuatnya merasa sangat sesak.
Siapa, siapa itu?
Sania tidak memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan itu, ia segera mencari pakaiannya dan berlari ke toilet memakainya sambil terisak membayangkan nasibnya.
Sementara Amran yang mendengar suara tangisan Sania hanya bisa terdiam dan berpura-pura tidur. Ia tidak mau bangun untuk membuat gadis itu merasa malu.
Maafkan aku San,, aku gagal menjagamu. Tapi apa pun yang terjadi aku akan tetap menerimamu dengan tulus, bahkan jika kau memiliki anak dari kecelakaan ini, aku akan tulus menerimanya.
Sania selesai menggunakan pakaiannya dan segera keluar dari kamar itu setelah ia mendapatkan tas miliknya.
Dengan cepat ia menahan taxi dan kembali ke rumahnya. Ia sangat buru -buru karena khawatir akan suaminya, ia bahkan tak perduli lagi dengan supir taksi yang melihatnya menangis keras, atau semua tetangganya yang memperhatikannya berlari dengan air mata menuju rumahnya.
"Eh, siapa itu?"
Ibu-ibu dan beberapa gadis yang berniat menemui Aris yang tak datang ke acara warga segera memulai gosip mereka.
"Iya Bu, aku baru melihatnya. "
"Eh,,eh,,,,eh,, kenapa mala masuk ke rumah Pak Aris?"
"Apa ia kekasih Pak Aris?"
Feni: "Bu, Neng semua, itu sepupunya Pak Aris, mungkin lagi ada masalah, kita sebaiknya tidak mengganggunya dulu. "
"Eh, Feni, dari mana kamu tahu? "
Feni: "Iyalah Bu, saya kan sering ke rumahnya Pak Aris. Pak Aris juga yang bantu saya waktu saya melamar pekerjaan di perusahaan besar, jadi saya tahulah kalau sekarang Pak Aris tinggal sama sepupunya."
"Ohh, gitu ya, pantas saja dia tidak datang di acara kemarin, gara-gara nganterin kamu ya!"
"Iya ni, Mbak Feni main di belakang, kan kita jadi gak bisa cuci mata deh. "
Feni: "Eh, ehh, pada sewot semua, Mas Aris itu milik saya! Jadi jangan pernah di godain lagi!."
"Cih!"
"Tapi niya ibu-ibu semua, kok sepupu Pak Aris pakai pakaian seksi kayak gitu ya?"
"Huh! percuma ajah cantik kalau kelakuannya macam pelakor yang suka godain semua orang."
Feni: Eh,,, ini pada mala gibahin orang! Dia itu bekerja di kantor besar, wajar ajah kalau penampilannya harus menarik!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments