1 minggu telah berlalu, sekarang Sania sudah kembali ke rumah.
Ia juga tidak mengurung diri lagi di kamar dan mulai berjalan-jalan di rumah, atau pun menonton TV di ruang keluarga.
Seperti sekarang, ia sedang menonton TV bersama Adel.
Adel duduk di lantai memperhatikan kakaknya yang begitu serius melihat acara TV tentang ibu hamil.
"Kak?" Katanya.
"Mm?"
"Kakak kok tidak tidur sama Kak Aris sih?" Adel sudah berhenti memanggil Aris dengan kata Mas setelah tau kalau Aris memang belum bercerai dengan kakaknya.
Pertanyaan Adel segera menarik perhatian Sania hingga ia mengalihkan pandangannya pada Adel "Memangnya kenapa?"
"Gini ya Kak, orang bilang kalau orang baru menikah satu bulan lebih, pokoknya selama 3 bulan, itu adalah masa bulan madu. Suami istri biasanya sangat lengket kayak lem hingga susah dipisahkan."
"Dengar ya dek, wanita hamil biasanya punya kemauan yang aneh, kayak kakak sekarang lagi ngidam gak dekat-dekat sama suami kakak."
Adel mangut-mangut mengerti. "Iya Kak, aku pernah dengar ada ibu hamil yang ngidam ceraiin suaminya, kira kira Kakak juga bakal begitu nggak?"
"Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Kamu berharap Kakak ceraiin Mas Aris?"
"Gak berharap sih Kak, tapi pengennya itu jadi kenyataan." Kata Adel lalu berlari meninggalkan kakaknya sendirian.
"Apa? Adel! Kembali kemari!"
"Kak! Ibu hamil dilarang teriak kencang atau marah-marah, nanti diikutin anaknya lho." Teriak Adel yang sudah berlari ke atas lantai dua.
"Awas kamu Del!" Kesal Sania.
Saat itu juga, Aris muncul dari pintu depan, ia tidak habis pikir dengan kakak beradik yang selalu bertengkar itu.
Aris segera melangkah ke arah sofa dimana istrinya sedang duduk dengan kesal. "Jangan cemberut sepeti itu, kau jadi semakin jelek jadinya." Ucapnya membelai kepala istrinya.
"Apa sih kamu Mas! Kan aku udah bilang jangan dekat-dekat sama aku!" Kesal Sania lagi lalu berdiri meninggalkan Aris.
"Yang sabar ya Den, Ibu hamil memang seperti itu. Banyak ngambeknya." Ucap Bibi Sani yang muncul dari dapur.
"Iya Bi, ya udah saya ke kamar dulu ya." Ucap Aris lalu berjalan ke kamarnya.
Malam harinya, setelah makan malam Aris menemui Agus di ruang kerjanya.
"Ayah," ucapnya ketika melihat Agus telah menunggunya di sofa.
"Masuklah Nak."
Aris segera masuk dan duduk bersama ayahnya di sofa. "Ada apa Ayah memanggilku?" Tanyanya.
"Ini tentang Sania, kau tahu anak di kandungannya cepat atau lambat akan segera lahir. Ayah khawatir,,"
"Tidak usah khawatir Ayah, aku sudah menyuruh seseorang untuk menyelidiki peristiwa di bar. Katanya mereka akan mendapat informasinya dalam satu minggu." Jawab Aris yang sudah tahu apa yang akan dibahas oleh Agus.
"Bagus, kamu bertindak lebih cepat. Tapi Ayah minta satu hal, apa pun kenyataannya. Dari kejadian itu, kau tidak boleh meninggalkan istrimu."
"Ayah tak perlu kawatir, aku sangat mencintai istriku, jadi aku tidak mungkin meninggalkannya." Jawab Aris dengan yakin.
Keduanya masih berbincang seputar pekerjaan ketika di depan kamar Aris, Adel sedang menguping ruangan kosong itu.
Saat itu juga, Sania yang tak bisa tidur dan mungkin karena bawaan bayinya ia sangat ingin melihat Aris, ia kemudian turun untuk melihat Aris di kamarnya.
Tapi ia malah dikejutkan dengan Adel yang sedang berada di depan kamar Aris.
Sania mengerutkan keningnya ketika ia berjalan menghampiri Adel dan menepuk bahu adiknya itu.
"Astaga! Setan!" Umpatnya dengan kaget berbalik melihat Sania.
"Ngapain kamu Dek?" Tanya Sania sambil memandang tajam ke arah Adel.
"Eh, Kakak, aku pikir ada setan lewat, ternyata malah ratu neraka." Ucap Adel cengingiran sebelum berlari meninggalkan Sania.
"Dek! Awas kamu ya!"
'Huh, untungnya Kak Sania lagi hamil, jadi aku aman kalau gangguin dia.' Gumam Adel terus berlari sampai ia menabrak Aris yang baru saja kembali dari ruangan Agus.
"Aduh!" Gerutu Adel karena ia segera jatuh ke lantai.
"Kenapa lari-lari sayang?" Tanya Agus melihat kelakuan putrinya di malam hari.
Adel segera bangun dan menatap dua lelaki yang sedang melihatnya dengan tatapan bertanya-tanya. "Itu, Adel baru saja bertemu ratu neraka. Jadi Adel lari deh! Eh tahunya malah ketemu raja surga." Ucap Adel cengingiran sebelum berbalik menuju kamarnya "Aku dengar segala yang baik tidak seharusnya disatukan dengan tidak baik. Apa lagi ratu neraka sama raja surga mau disatuin, ya gak mungkinlah!"
Agus segera mengerti dengan yang dimaksud putrinya. Ia hanya bisa menghela nafasnya lalu berkata "Jangan dengarkan dia Nak, dia masih kecil jadi suka bicara sembarangan." Ucapnya pada Aris.
"Iya Ayah, aku mengerti, kalau begitu Aris ke kamar dulu."
"Baik Nak."
Aris segera turun ke lantai satu dan menemukan Sania sedang berdiri di pintu kamarnya. 'Apa yang dilakukanya?' gumam Aris seraya berjalan mendekat ke Sania.
Tapi ia segera menghentikan langkahnya saat melihat Sania mengelus perutnya ya g rata.
"Sayang, kenapa kau membuat Ibu jadi seperti ini hmm?" Ucap Sania bertanya pada bayi dalam perutnya. "Kalau kau mau sesuatu, sebaiknya minta yang lain saja, jangan minta Ibu ketemu sama Mas Aris ya.."
'Jadi istriku ngidam ketemu sama aku?' Gumam Aris penuh rasa bahagia.
Tanpa menunggu lebih lama lagi ia segera menghampiri Sania dan memeluk gadis itu dari belakang "Sayang, apa kau merindukanku?" Katanya sambil menyandarkan dagunya di bahu Sania.
"Emm Mas, apa yang kau?"
"Apa? Aku sedang memeluk istriku yang kurindukan." Goda Aris.
Wajah Sania segera memanas dan memerah. Ia berusaha menguasai dirinya lalu mendorong Aris dan berlari pergi meninggalkan Aris.
"Pintu kamarku selalu terbuka untukmu sayang." Kata Aris tersenyum melihat kelakuan istrinya yang malu-malu.
'Padahal saat kami baru menikah dia sangat pemarah, kenapa jadi berbeda sekarang?’ Gumam Aris tak mengerti dengan para perempuan.
Aris memasuki kamarnya dan membiarkan pintu kamarnya tak dikunci, ia berjaga-jaga kalau saja istrinya merindukannya lagi dan ingin menemuinya.
Ia segera bersih-bersih sebelum naik ke tempat tidur dan membungkus diri dengan selimut.
Jam terus berputar ketika di lantai dua di kamarnya, Adel sedang gelisah karena tak bisa tidur akibat wajah tampan Aris terus terngiang-ngiang di pikirannya.
"Sial!!! Besok adalah ujian tengah semester dan aku sama sekali tidak bisa tidur gara-gara Kak Aris, suami si ratu neraka!" Gerutunya sambil berguling-guling di tempat tidurnya.
"Tidak! Aku harus mengakhiri perasaan bahagia ini! Sadarlah Adel! Kak Aris itu sudah jadi suami orang, itu kakak kamu sendiri! Jadi jangan mencintainya, ok!" Adel kembali memejamkan matanya.
Sayangnya ia tidak bisa, setiap kali ia memejamkan matanya, ia terus melihat wajah Aris yang tampan.
"Baiklah! Ini yang terakhir!" Katanya segera bangun dan mengenakan sendalnya sebelum mengendap keluar dari kamarnya menuju lantai satu.
Ia tiba di depan pintu kamar Aris dan menyandarkan telinga lebih dekat ke arah pintu. "Pokonya ini yang terakhir kalinya aku menguping Mas Aris mendengkur." Ucapnya.
Ketika ia sudah beberapa menit di sana, ia sudah pegal dan akhirnya mengarahkan tangannya untuk berpegangan pada gagang pintu.
Klik..
Pintunya terbuka.
"Astaga!" Ucap Adel dengan kaget dan segera berlari bersembunyi di balik tangga karena ia pikir Aris akan keluar dari kamarnya.
Tapi tenyata tidak, pintu itu terbuka sedikit dan tidak ada suara-suara aneh selain suara dengkuran yang semakin jelas terdengar.
'Apa Kak Aris sengaja tidak mengunci pintunya karena ia tahu aku selalu datang ke sini setiap malam?' Gumam Adel lalu berjalan ke arah pintu Aris membuka pintu kamar.
'Astaga, meskipun lagi tidur mendengkur, Kak Aris tetap saja ganteng. Gimana gak semakin suka aku,," gumamnya menatap pria yang lelap itu.
'Hanya kali ini, saja, pokoknya ini yang terakhir aku ke kamar Kak Aris. Dan karena ini yang terakhir, biarkan aku memberimu ciuman pertamaku Kak,' Adel bergumam sambil berjalan memasuki kamar Aris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Miadi
Adel menjijikkan
2021-11-14
0
Ariya Elf
sehat selalu thor ..
ku tunggu up mu selanjutnya...
2021-04-07
2