BAB 10

Mas,, maafin aku, maaf Mas... Kita baru saja menikah beberapa hari dan aku sudah melakukan penghianatan besar terhadapmu.

Sania terisak sambil berlari di lorong kompleksnya karena taksi yang ia tumpangi mogok tepat di jalan ke kompleks rumahnya.

Ia tidak perduli lagi dengan tetangga yang langsung bergibah ketika melihatnya berlari sambil terisak, apa lagi dengan pakaian yang berantakan.

Saat ini yang paling penting ialah suaminya, ia telah berhianat pada suaminya.

Ketika ia tiba di depan rumah ia segera membuka pintu yang tak terkunci itu dan melihat sofa di ruang tamu telah kosong.

"Mas?" Teriaknya sambil terisak keras.

"Kamu dimana Mas?" Lagi teriaknya sambil mencari ke dapur dan kamar mandi, namun suaminya itu tak ada.

"Mas,, maafin aku! Aku salah!" Isak Sania ketika ia telah terjatuh ke lantai.

Aris yang ditidurkan di kamar Sania jadi tersadar ketika ia mendengar suara istrinya menangis.

Dengan kepala pusing Aris bangun dan memijat keningnya sebelum membuka pintu kamar.

"Sayang? Kamu kenapa?" Tanya Aris dengan bingung seraya menghampiri istrinya itu.

"Mas,," ucap Sania sambil terisak ketika melihat suaminya mendekat ke arahnya.

Ia segera berdiri dan mendekat ke arah Aris lalu memeluk pria itu.

"Maafkan aku Mas, aku salah, aku,, aku salah!" Isaknya di pelukan pria itu.

Aris sangat tersentuh mendengar Sania kini memanggilnya dengan sebutan Mas, apa lagi gadis itu kini memeluknya.

"Apa yang salah Sayang? Ceritakan pada Mas," ucap Aris sambil mengusap rambut Sania, berusaha menenangkan gadis yang terisak itu.

"Hiks,, Mas, aku,, aku salah, Mas, maafkan aku." Lagi Isak Sania.

"Iya, Mas maafkan kok, tapi kamu kenapa?" Aris dengan sabar menghadapi istrinya itu.

Sania melepaskan pelukannya dan menatap Aris, pria yang ia cintai itu, pria yang membuatnya harus melajang selama bertahun-tahun hanya untuk menunggu Aris yang tiba-tiba menghilang ketika mereka tamat SMA.

"Mas, aku, aku melakukan kesalahan besar."

Aris mengusap air mata Sania dan memperbaiki rambut gadis yang berantakan itu.

Saat itulah ia melihat tanda-tanda keunguan di leher Sania.

Aris mengerutkan keningnya dan mengingat peristiwa kemarin malam.

Apa ini, aku yang membuatnya kemarin? Apa yang kemarin itu bukan mimpi?"

Sania menyadari Aris melihat tanda keunguan di lehernya, ia segera merasa bersalah dan menjauh dari Aris. Apa lagi ia memperhatikan reaksi suaminya yang jelas tidak menerimanya.

"Mas, aku, aku salah." Pikirannya menjadi kacau "Aku tak pantas di maafkan. Aku melakukan kesalahan besar dan patut di hukum."

Air mata Sania terus mengalir ketika ia mengatakannya.

"Sayang, tunggu, apa,, apa kemarin kau,," Aris belum menyelesaikan perkataannya ketika Sania sudah menyelah "Aku akan kembali ke rumah dan berbicara dengan Ayah."

Sania segera masuk ke kamarnya.

Aku sudah kotor sekarang, aku tidak pantas lagi bersama Aris, ia berhak mendapatkan gadis yang lebih baik.

Aku akan pulang sekarang!

Sementara Aris yang berada di luar berusaha mengingat kejadian semalam dan ia yakin kalau ia dan Sania sudah melakukannya, dan bekas-bekas di tubuh Sania adalah ulahnya juga.

Tapi kenapa Sania minta maaf padaku?

Tunggu!

Kenapa aku ada di rumah dan bukannya di klub bersama Sania?

Aku harus menanyakannya pada Sania, ia pasti ingat juga.

Aris kemudian mendekat ke pintu kamar Sania.

"Sayang, bolehkah aku masuk?" Tanyanya pada istrinya.

Sania yang sedang mengganti baju segera menghentikan aktifitasnya ketika mendengar Aris.

Air matanya kembali berlinang dan ia menghapusnya dengan kasar.

"Katakan saja di situ, aku sedang ganti baju." Ucapnya dengan suara parau.

"Tidak sayang, aku akan menunggumu selesai."

Aris menunggu selama beberapa waktu hingga Sania akhirnya keluar dari dalam kamar.

"Sayang, kau mau kemana? Kenapa membawa kopor?" Aris begitu panik melihat istrinya.

"Aku akan pergi ke rumah Ayah, apa yang kau ingin katakan?" Sania tidak berani menatap mata suaminya, itu terlalu sakit.

"Untuk apa sayang? Aku akan ikut, tunggu sebentar." Ucap Aris sambil berdiri.

"Tidak perlu! Cepat saja katakan yang ingin kau tanyakan, aku buru-buru!" Suara Sania meninggi dengan air mata yang ditahannya.

"Nanti saja sayang, tunggu saja aku, aku akan siap dalam 5 menit." Ucap Aris buru-buru berlari ke kamar mandi.

Sania tidak memperdulikan suaminya itu dan segera meninggalkan rumah itu.

Ketika ia tiba di ruang orang tuanya, ia mendapati rumah itu kosong dan hanya ada asisten rumah tangga saja.

"Bi, kemana semua orang?" Tanyanya pada Bibi Sani.

"Oh itu Non, Tuan dan Nyonya sedang menghadiri acara pembukaan katanya. Saya lupa pembukaan apa. Dan Nona muda sedang pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugasnya."

"Ya udah Bi, nanti panggil saya kalau Ayah sama Ibu udh pulang ya."

"Baik Non."

Sania segera pergi ke kamarnya dan melemparkan dirinya ke atas tempat tidur.

Sementara Aris yang sudah selesai mandi dan berganti baju begitu kecewa karena istrinya sudah pergi meninggalkannya.

Tapi Aris tetap memilih menyusul istrinya, ia tidak mau mertuanya salah paham kalau ia telah lalai menjaga istrinya.

Aris telah ada di parkiran motornya dan akan berangkat ke rumah mertuanya ketika ponselnya berdering.

Aris: "Halo Pak Oman."

Pak Oman: "Halo Pak Aris, Bapak Ada dimana sekarang?"

Aris: "Saya ada di rumah Pak, ada apa ya?"

Pak Oman: "Gini Lo Pak, saya ada jam mengajar di jam terakhir, tapi tiba-tiba anak saya sakit, harus di bawa ke rumah sakit sekarang. Bapak bisa tidak menggantikan saya dulu."

Aris merasa dilema, tapi ia masih bisa menyusul istrinya nanti setelah selesai mengajar. "Baik Pak, saya akan ke sekolah sekarang."

Pak Oman: "Baik Pak, terima kasih ya Pak Aris."

Aris: "Iya Pak, sama-sama, semoga anak Bapak cepat sembuh ya."

Aris mengakhiri panggilan itu dan segera berangkat ke sekolah.

Di perjalanan menuju sekolah, ia bertemu dengan Feni.

"Mas! Mas!" Teriak Feni menghentikan motor Aris.

Aris segera menghentikan motornya di depan Feni. "Ada apa neng?" Tanyanya.

"Mas mau kemana?"

"Mau ke SMP Neng."

"Pas banget Mas, Neng juga mau ke sana nemuin Bapak. Saya ikut ya Mas."

"Oh iya Neng, tapi saya gak bawa helm ni."

"Gak apa Mas, saya kan bisa pegangan erat sama Mas, lagi pula, saya percaya kok Mas Aris gak bakal ngebut-ngebut."

"Oh, ya udah ayo Neng."

Keduanya segera berangkat bersama ke sekolah dimana Aris mengajar.

"Mas, tadi aku liat sepupu Mas jalan sambil nangis, dia ada masalah ya?"

Bukan sepupu, tapi istri!

Aris merasa risih Feni ikut campur urusan istrinya, apa lagi saat itu Feni sedang berpegangan pada pinggangnya.

"Iya, katanya ada masalah di kantor."

"Iya, aku kasihan banget liat sepupu Mas, semoga masalahnya cepet kelar ya."

"Mm."

Mereka segera tiba di sekolah. Aris tak berbicara lebih banyak pada Feni, ia segera menuju ke kelas di mana ia akan mengajar.

Siswa 1: "Hah! Pak Oman lagi yang masuk."

Siswa 2: "Iya, bakal mengantuk lagi deh kita!"

Siswa 3: Sekolah ini memang gak adil. Dari semua kelas kita sendiri yang tidak mendapat jatah diajar sama Pak guru tampan. Malah yang sering masuk kelas kita Pak Oman yang membosankan itu.

Siswa 1: Hah benar, tapi aku harap sekarang Pak Oman lagi sakit perut biar yang gantiin dia masuk adalah Pak Ganteng......

Semua siswa perempuan: Amin

Siswa laki-laki : moga ajah yang gantiin Pak Oman adalah Bu Tiwi yang cantik.

"Selamat sore anak-anak...." Suara Aris yang muncul di depan pintu membuat semua siswa perempuan yang awalnya lesu melompat kegirangan karena doa mereka dikabulkan.

Selamat siang Pak!! Seru mereka dengan semangat.

Aris menjadi kebingungan, karena biasanya semua guru yang mengajar di kelas itu, apa lagi pada jam akhir selalu mengeluh karena semua siswanya susah di urus karena mengantuk.

Terpopuler

Comments

Suri Hadassa

Suri Hadassa

Buka Hari Menancapkan 10 jempolnya❤️❤️

semangat Thor 💪💪💪

di tunggu feedbacknya 🙏😊😘

2021-04-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!