BAB 4

Ketika Sania keluar dari kamar mandi, ia mendapati semua barang milik Aris sudah diletakkan di belakang sofa di ruang tamu.

"Aku sudah membereskan semua barang-barang ku."

"Bagus. Kau tidak perlu menungguku untuk makan malam, aku akan keluar bersama temanku dan kemungkinan akan pulang larut malam."

"Baiklah, tapi kau harus menjaga dirimu baik-baik."

"Tidak usah memberiku ceramah, aku bukan anak kecil lagi yang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk." Sania tidak menoleh lagi pada Aris ketika ia segera memasuki kamarnya dan berdandan untuk keluar bersama temannya.

Satu jam kemudian, Sania membuka pintu kamarnya dan mendapati Aris sedang menunggunya.

Aris mengulurkan beberapa lembar uang Rp.100.000 "Bawahlah ini, gunakan untuk,,"

"Aku bilang tidak perlu! Dengar ya! Kita ini adalah dua orang asing yang terperangkap dalam perjodohan orang tua, jadi tidak usah sok baik, atau sok peduli, apa lagi berusaha menarik perhatianku! Lagi pula, uang ini mana cukup untuk kugunakan!" Bentak Sania sebelum berjalan keluar dari rumah itu.

Aris segera mengejar istrinya "Kalau kau tidak mau menerima uang ini, aku akan mengantarmu saja, paling tidak itu bisa menghemat ongkos,,"

"Tidka usah! Kau lihat aku sudah berdandan sepeti ini? Kalau aku diantar naik motor, apa lagi menggunakan helmmu yang bau itu, rambutku bisa rusak dan lepek!

Udah masuk sana! Aku sudah memesan taxi online!"

"Baik, kalau begitu kau harus hati-hati."

"Iya aku tahu! Cepat masuk sana!" Sania kemudian berjalan ke depan rumah menaiki taxi yang sudah tiba.

"Ya Tuhan, lindungilah istri Hamba.. Amin."

...

"Huh! Ini sudah pukul 10.00 malam dan Sania belum kembali juga, apa dia baik-baik saja?" Aris terus berbicara dengan suara pelannya sambil bolak-balik di depan rumah menunggu kepulangan istrinya.

Akhirnya setelah menunggu 2 jam lagi tepat ketika waktu menunjukkan pukul 12.00 malam, akhirnya ia melihat sebuah mobil mewah berhenti di depan rumahnya.

Aris masih terpaku di tempatnya memperhatikan mobil mewah itu ketika ia melihat seorang pria berwajah tampan dengan semua barang mahal berada di tubuhnya turun dari atas mobil.

Pria itu segera berjalan ke sisi mobil yang lainnya dan membuka pintu mobil. Lalu seorang gadis yang adalah istri baru Aris turun dari atas mobil di bantu pria asing itu.

"Kau terlalu baik, aku masih bisa berdiri kok." Sania berbicara dengan suara parau nya.

"Tidak masalah, aku bertanggungjawab memastikan kau tiba dengan aman." Pria itu berbicara dengan lembut.

Aris begitu tersentak mendengar pembicaraan kedua orang itu. Dengan spontan ia segera melangkahkan kakinya mendekati kedua orang itu lalu mendorong pria si itu menjauh dari istrinya. "Sayang, aku kan membantumu." Ucapnya seraya memegangi Sania.

Mendengar suara menjengkelkan itu membuat Sania mendongakkan kepalanya dan menyadari Arislah yang kini membantunya berdiri. "Sialan! Menjauh dariku!" Bentaknya.

"Tapi, aku ini adalah su.."

"Diam! Berapa kali aku bilang agar kau tidak mencampuri urusanku! Sekarang tinggalkan aku sendiri!"

"Huh, Sania, kau tidak boleh terlalu kasar pada sepupumu." Selah Amran dari belakang. Pria itu kemudian menyelipkan dirinya di antara Sania dan Aris.

"Kak Aris, maafkan, aku tapi aku akan membantu Sania masuk ke dalam rumah." Lalu tanpa menunggu jawaban Aris, Amran segera membantu Sania berjalan ke dalam rumah meninggalkan Aris yang masih dalam tatapan kosong melihat pemandangan itu.

"Pulanglah segera!" Sania memperingatkan Amran ketika gadis itu sudah terkapar di atas ranjang miliknya.

"Baiklah, istirahat yang baik." Ucap pameran sebelum ia keluar dari kamar Sania mendapati Aris yang sudah menunggunya di ruang tamu. "Halo Kak Aris, perkenalkan saya Amran, calon kekasih Sania."

Aris mengepalkan tangannya dengan kuat sambil menggerakkan giginya mendengar pria itu berani-beraninya mengakui istrinya sebagai calon kekasihnya. Aris baru saja akan membuka mulutnya ketika suara dari dalam kamar menghentikannya. "Aku bilang pulang cepat!"

"Ohaha... Baik Nyonya kecilku!" Amran sedikit berteriak menjawab Sania. "Kak Aris, kalau begitu saya pamit pulang."

"Baiklah." Jawa Aris dengan suara yang dipaksakan.

Setelah lelaki itu pergi, Aris memasuki kamar istrinya dan melihat Sania dalam keadaan tepar di atas tempat tidur.

Dengan sabar ia melepas sepatu gadis itu dan menyelimutinya sebelum keluar dari kamar dengan perasaan kacau.

...

"Aris!" Teriakan Sania di pagi hari saat ia bangun dan melihat rumah itu kosong, bahkan di atas meja tak ada sedikitpun makanan yang bisa ia makan.

"Sial! Apa dia marah karena kemarin malam?" Gerutu Sania saat perutnya sudah sangat kelaparan karena tidak makan dengan benar pada malam sebelumnya.

"Ada apa?" Seorang pria yang muncul dari balik pintu dengan sebuah kantong plastik di tangannya.

"Kau dari mana saja? Kau lupa kalau kau punya istri untuk di siapkan sarapan?" Kesal Sania sambil berjalan ke arah kulkas untuk .mencari bahan makanan.

"Maaf, aku baru dari warung membeli nasi bungkus." Ucap Aris seraya meletakkan plastik berisi nasi bungkus di atas meja.

Sania segera menutup kulkas dan duduk di meja makan. "Kenapa kau tidak memasak dan malah membeli makanan di warung?"

"Maaf, aku terlambat bangun." Ucap Aris seraya memindahkan nasi bungkus milik Sania ke piring.

"Oh," ucap Sania sebelum mulai makan tanpa memperdulikan Aris lagi.

"Kau bekerja hari ini? Aku akan mengantarmu."

"Tidak usah."

"Tapi,,"

"Sekali tidak ya tidak! Apa kau tuli?" Sania meletakkan sendoknya dan berdiri." Kau membuat nafsu makanku hilang." Ucapnya lalu berbalik meninggalkan Aris.

Aris hanya bisa memandangi kepergian istrinya itu. Dengan paksaan ia melanjutkan sarapannya sebelum bersiap untuk mengantar Feni.

Tok... Tok... Tok....

Aris mengetuk pintu kamar Sania, namun tak ada jawaban dari dalam.

"Sayang, apa akan berangkat sekarang, hati-hatilah saat ke kantor, jaga dirimu." Ucapnya lalu berjalan ke luar rumah.

Aris masih sementara memanaskan motornya di samping rumah ketika mobil mewah yang kemarin datang mengantar istrinya kembali lagi berhenti tepat di depan rumah mereka.

Setelah itu Aris melihat istrinya keluar dari dalam rumah dengan rok span dan kemeja berwarna putih menghampiri pria itu.

"Kau terlihat cantik!" Amran dengan senyum hangatnya melihat gadis yang ia cintai berjalan ke arahnya.

"Jangan menggodaku!" Ucap Sania dengan sedikit kesal.

"Hei! Apa-apaan! Aku mengatakan yang sebenarnya." Amran berjalan ke pintu sisi lain mobil dan membukakannya untuk Sania.

"Silahkan putri." Ucapnya.

"Apa sih kau!" Sania terkikik sambil masuk ke dalam mobil.

Amran akan kembali ke tempat duduknya ketika ia melihat Aris sedang memperhatikan mereka. "Ah, Kak Aris, aku minta ijin untuk menjemput Sania."

"Ya, jaga dia baik-baik." Aris begitu sakit hati harus menyerahkan istrinya untuk di jaga oleh pria lain.

"Tentu saja Kak, aku pasti akan menjaganya dengan seluruh kemampuanku."

"Hei! Jangan tinggal bercerita! Kita sudah terlambat!" Teriakan Sania dari dalam mobil membuat Amran merasa kaget dan Aris merasa semakin sesak.

"Baiklah, baik! Dasar cerewet!" Jawab Amran pada Sania sebelum berbalik melihat Aris sekali lagi, "Kami pergi dulu Kak Aris."

Dengan anggukan yang dipaksakan Aris merasa semakin sesak melihat Sania yang bahkan tak memandangnya lagi lalu mobil itu menghilang dari pandangannya.

Terpopuler

Comments

Miadi

Miadi

Laki2 ky gitu 1 dari 1000

2021-11-14

0

widya

widya

wkwkwk ada aja imajinasi penulisnya.
emangnya ada ya laki model aris ini di dunia ?

2021-04-11

2

Nenni Muh Amin

Nenni Muh Amin

klo ad perempuan kayak gini modelnya,udah aku pulangkan ke orang tua nya perempuan g menghargai suami

2021-04-11

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!