Theo: "Aku yang pertama melakukannya."
Koko: "Hahaha.. Bro! Ia adalah perawan, kau tidak akan sanggup memuaskannya, akulah yang berpengalaman membuat berdarah seorang gadis, jadi,,"
Rolan: "Apa yang kalian bicarakan, aku jauh lebih pantas karena akulah yang berhasil membujuk Sania untuk meminum air itu."
Theo: "Bro! Kau tidak boleh lupa kalau akulah yang sudah membuat Amran tidak bisa menghalangi kita untuk membawa Sania. Aku yang pantas pertama karena berhasil menyingkirkan si penghalang!"
Mereka masih sibuk berdebat ketika alaram kebakaran akhirnya berbunyi.
"Sial!"
Theo tidak berpikir panjang lagi saat ia segera berlari ke luar, sementara dua orang yang masih tinggal saling berpandangan sebelum kembali melihat ke arah Sania yang masih tergeletak di atas tempat tidur.
Koko: "Ayo membawanya keluar,"
Rolan: "Kau mau mati terpanggang demi gadis itu?"
Koko semakin dekat ke arah Sania "Aku tidak perduli, setelah aku membawanya keluar aku akan memberinya jatah lalu menjadikannya istriku."
"Kau gila! Tapi aku suka rencanamu! Tapi, bagaimana dengan Amran?" Rolan melihat Amran yang masih tertidur pulas di sofa.
"Biarkan saja! Ia ia akan segera sadar dan memikirkan sendiri cara menyelamatkan diri." Koko sudah mengangkat Sania dari tempat tidur.
"Kau benar, tapi,,"
"Apa yang kau pikirkan? Kalau kau mau menolongnya, kau bisa menggendongnya sekarang!"
"Hah? Aku? Tidak! Biarkan saja dia di sini!"
Keduanya akhirnya membawa Sania menuju lorong yang sudah sepi.
Tapi saat mereka tiba di lantai bawa, orang sangat berdesakan menuju pintu keluar hingga jalan mereka menjadi terhalang.
"Gawat! Nggggghhhh...." Koko yang menggendong Sania mengerang.
"Ada apa?" Tanya Rolan dengan panik saat bau asap semakin menyengat.
"Obat yang ku makan mulai bereaksi," jawab Koko dengan wajah memerah.
"Berikan gadisnya padaku!"
"Apa? Kau gila?"
"Aku yang akan membawanya kalau kau sudah tidak kuat berjalan."
"Kau,,, sial! Ahhh,," Koko melepaskan Sania dari gendongannya dan mendorong gadis itu ke tembok. Ia menahan tubuh Sania agar tidak terjatuh ke lantai.
Sementara Rolan yang melihat temannya sedang berusaha melepas pakaian Sania hanya bisa menggertakkan giginya merelakan perawan yang mereka dapatkan dengan susah payah kini akan diambil oleh Koko.
"Tolong cepat keluar! Api semakin membesar!" Teriak petugas keamanan.
"Sial!" Rolan tidak perduli lagi dengan Koko dan Sania, ia tidak mau mati terpanggang demi seorang gadis. Rolan segera berlari keluar dari tempat itu menyusul orang-orang yang mulai menghilang dari pandangannya.
Sementara Koko yang sementara berjuang melepaskan hasratnya tidak perduli lagi dengan asap yang kini semakin tebal, ia sudah berhasil menurunkan kancing celananya dan hanya perlu membuka sedikit pakaian Sania.
"Sial! Nggghh" geramnya karena kesusahan menopang tubuh Sania.
Baru saja ia akan menarik gaun mini Sania saat petugas datang menghampirinya.
"Maaf Tuan, silahkan menjeda aktifitasnya dulu, saya takut, bukan anak yang lahir, tapi malah mayat gosong.."
"Hais!!!" Koko berteriak kesal.
"Silahkan ke arah sana Tuan," kata petugas itu dengan ramah lalu berlari memeriksa semua ruangan di bar itu.
Koko segera mendapatkan setengah kesadarannya dan melihat bahwa di tempat itu memang sangat banyak asap.
Ia kembali memandangi kecantikan Sania, tapi ia tidak punya pilihan selain meninggalkan Sania, karena ia tak memiliki tenaga lebih banyak untuk membawa wanita itu, apa lagi ia dalam keadaan terangsang hebat.
"Sial! Semoga kau tidak mati dan aku bisa memberimu pelajaran di lain waktu. Uhukk... Uhuk..." Koko menjatuhkan Sania ke lantai lalu meninggalkan gadis itu sambil terbatuk-batuk menuju pintu keluar.
...
Di tempat lain, di lantai yang sama, Aris baru saja tersadar dari pingsannya. Ia memijat kepalanya yang terasa pening sebelum membuka kelopak matanya untuk melihat tempat ia berada.
Sebuah kamar yang tampak sangat asing baginya. Ia sendirian.
Dengan susah payah ia bangun dan berjalan ke arah pintu. Ada apa ini? Gumamnya seraya membuka pintu itu dan langsung merasakan bau asap di lorong tersebut.
"Tuan,, Tuan,, Silahkan tinggalkan tempat ini, kebakaran sedang terjadi di sisi timur bangunan. Silahkan lewat ke sana."
"Ap? Apa? Kebakaran?" Seketika Aris tersadar dari rasa pening yang ia rasakan.
"Ya Tuan, silahkan berlari ke arah sana." Lalu petugas itu kemudian berjalan meninggalkan Aris.
"Istriku! Hah! Sania, kamu dimana sayang..." Aris segera berlari menuju arah yang diberitahukan Pak petugas.
"Aku harus memastikan Sania sudah berada di luar ruangan bersama dengan Amran." Ucapnya sambil berlari menyusuri lorong.
Namun, dalam langkahnya, ia merasa ada sesuatu yang aneh, badannya mendaki gelisah, ia merasa panas dan ia sedikit kesulitan berjalan karena sesuatu yang mengganjalnya di bawah..
"Aku kenapa?"
Ucapnya menghentikan langkahnya dan berpegangan pada dinding untuk menenangkan diri.
"Sania,," Aris mulai berhalusinasi memikirkan istrinya, orang yang dicintainya.
Bahkan pikirannya menjadi sangat liar ketika ia memikirkan bibir gadis lalu semakin liar membayangkan Sania berada di dekatnya sedang merayunya untuk bercumbu.
"Sayang,," tiba-tiba ia melihat sosok Sania sedang berjalan ke arahnya dalam pakaian yang sangat seksi, seolah gadis itu akan menyerahkan dirinya pada Aris.
Dan akhirnya, gadis itu semakin mendekat ke arahnya, dan tanpa aba-aba bibir mereka telah berdekatan dengan tangan Sania sudah melingkar di leher Aris.
"Mas, aku mencintaimu,," itulah yang didengar Aris dari bibir seksi Sania.
"Sayang, istriku, ini,, ini kenyataan?" Aris dengan tangannya mengelus kepala Sania dan merasakan rambut halus gadis itu benar-benar menyentuh telapak tangannya.
"Mas, aku menginginkanmu!" Lagi, suara Sania terdengar sangat merdu di telinga Aris, hal itu membuat obat perangsang yang sudah mulai bereaksi di tubuhnya semakin meningkatkan nafsunya.
"Sayang, kau mengatakan apa? Apa,, apa yang kau inginkan?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya ke sekitar pinggang Sania dan melingkarkannya di sana.
"Mmm, mas tolong aku, aku,, aku mau kamu!" Lagi terdengar di telinga Aris Sura parau gadis impiannya itu.
"Kau, kau tidak akan menyesal?" Tanya Aris ketika ia memang sudah sudah sabar untuk bercinta dengan istrinya itu. Lagi pula, mereka sudah sah di mata agama dan negara.
"Mm..." Gumam Sania dan menyatukan bibirnya dengan Aris.
Tanpa penolakan, Aris menarik pinggul gadis itu dan melingkarkan kaki Sania di pinggangnya lalu mendorong pintu kamar yang tak jauh dari mereka.
Ciuman itu berlangsung panjang sampai mereka tiba di atas tempat tidur dengan posisi Sania tertindih eh Aris.
"Kau yakin tidak akan menyesal?" Tanya Aris lagi saat ia merasakan gadis itu sangat melekatkan tubuhnya pada Aris, hal itu pun membuat Aris yang terpengaruh obat perangsang semakin memburu nafasnya menahan hasratnya.
"Tidak Mas! Ayolah cepat!" Bentak Sania pada Aris.
"Baik sayang, jangan menyesal!" Lagi kata Aris memperingatkan Sania sebelum mulai menundukkan kepalanya untuk melakukan pembukaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Miadi
Orang kebakaran ni malahan asik MP 😅
2021-11-14
1