Daven menggertakan giginya sendiri, merasa kesal dengan semua yang baru saja diucapkan oleh Andrew.
" Kenapa aku bisa sekesal ini sih? Aku tidak sedang jatuh cinta kan sama dia? ini pasti bukan cinta.tapi karna aku gak suka aja, melihat Alena bersama laki-laki lain,di saat masih jadi istriku. Itu sama aja dengan menentangku. Dan aku tidak suka jika ada orang yang menentangku. Ya... aku yakin pasti gara-gara itu. " Daven membatin, berusaha untuk menyangkal perasaannya.
Daven kembali berusaha untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya. Tapi bayangan Alena kembali menari-nari di benaknya. Dia seperti melihat wajah Alena, ada di layar monitor Laptop yang ada dihadapannya.
"Hmm, si wanita pendek itu, lagi ngapain ya sekarang? Atau jangan-jangan dia ...." gumam Daven sedikit panik dan sontak memeriksa rekaman CCTV dirumahnya yang sudah terhubung ke Laptopnya.
Daven mencari keberadaan Alena diruang tamu, tapi dia tidak menemukan keberadaan wanita itu di sana. Setelah itu Daven beralih ke ruang keluarga. Tapi, Alena juga tidak ada di sana. Raut wajah Daven sudah mulai gusar. Pikiran-pikiran negatif mulai masuk ke dalam kepalanya.
"Apakah dia pergi keluar menemui laki-laki itu? awas saja kalau sampai itu terjadi! Habis kamu Alena ditanganku." Daven mengepalkan tangannya di atas meja. Amarahnya kembali memuncak.
Daven memutar kembali video rekaman CCTV 2 jam yang lalu, setelah dia keluar dari rumah tadi pagi. Dia memutar rekaman itu, untuk mengetahui apakah Alena pergi keluar rumah atau tidak. Setelah di tunggu-tunggu, tidak ada tanda-tanda Alena keluar rumah.
"Itu dia... itu dia!" Daven bersorak sendiri ketika melihat Alena yang berjalan menuju dapur.
"hah? ke dapur? Sial kenapa aku gak kepikiran untuk melihat CCTV di dapur dari tadi?" Daven mengumpati kebodohannya sendiri.
Daven akhirnya mengalihkan Video CCTV yang ada di dapur, untuk melihat kegiatan Alena di sana. Tampak Alena sedang berkutat dengan kegiatannya membuat kue.
Alena yang merasa seperti diawasi seseorang, bulu kuduknya seketika meremang. Dia mengitari seluruh ruangan dengan memutar bola matanya.Seketika kedua netranya menangkap kamera CCTV yang terletak di sudut ruangan dapur itu. Perlahan-lahan Alena, melangkah menghampiri kamera CCTV itu, dan melihat dengan seksama seperti sedang meneliti sesuatu.
Daven yang melihat Alena mendekat, dengan bodohnya buru-buru bersembunyi ke bawah meja, seperti orang yang ketakutan ketangkap basah.
"Sial, Aku ngapain sembunyi? Dia kan gak bakal bisa lihat juga, kalau aku lagi ngeliatin dia.! Daven keluar dari bawah meja sambil mengumpati kebodohannya sendiri. Detik berikutnya dia tertawa terbahak-bahak melihat Alena yang menari-nari sambil membuat adonan kuenya.
*******
Sementara itu Alena sudah selesai membuat adonan kuenya. Dia pun menuangkannya ke dalam cetakan kue, lalu memasukkannya kedalam oven.
Sambil menunggu kue nya matang, Alena mencuci semua peralatan yang dia pakai saat membuat adonan kue tadi. Lalu dia mengembalikannya pada tempatnya. Untuk mengisi kebosanannya, Alena meraih ponselnya dan memainkan game yang ada di ponselnya itu. Alena tertawa senang ketika dia berhasil memenangkan level demi level dalam permainan game itu. Segala tingkah laku Alena tidak lepas dari pandangan Daven yang sekarang sudah panas dingin. Dia mengira Alena tertawa senang karena sedang chating dengan laki-laki bernama James itu.
Daven sontak menutup Laptopnya dengan keras. Dia berdiri dari kursi kebesarannya, lalu meraih ponselnya untuk menghubungi Andrew.
"Andrew, kamu antar aku pulang sekarang! sepertinya Alena sudah mulai bertingkah! " Daven langsung memutuskan sambungan teleponnya sebelum Andrew sempat menjawab .
Andrew sedikit berlari menghampiri Daven yang sudah menunggu di samping mobilnya.
" Alena bertingkah bagaimana Tuan? " tanya Andrew dengan nafas yang ngos-ngosan.Dia benar-benar khawatir, kalau Alena benar-benar sedang bertingkah.
"Tidak usah banyak tanya, Ayo bawa mobilnya! " Daven melemparkan kunci mobilnya dan langsung ditangkap dengan baik oleh Andrew.
Sebenarnya Daven bisa saja membawa mobilnya sendiri, tapi karena hatinya sedang dipenuhi amarah, dia tidak mau kalau dia hilang kendali dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sehingga kecelakaan bisa saja kembali terjadi.
Jarak tempuh dari kantor ke rumah, yang biasanya dicapai sekitar 20 menit, kini hanya memakan waktu 10 menit.Karena dari tadi Daven selalu berisik berteriak, buruan ke Andrew.
Daven langsung turun dan sedikit berlari masuk ke rumah tanpa menuggu Andrew turun dari mobil. Emosinya kini sudah sampai ke ubun-ubun sehingga membuat rahangnya mengeras dan manik matanya berkilat-kilat.
Andrew benar-benar khawatir sekarang. Dalam benak Andrew, timbul dugaan kalau Alena menerima James masuk ke rumah Daven tanpa izin dari Daven.
Andrew berlari menyusul Daven, dia takut kalau Daven akan gelap mata natinya dan menghajar James habis-habisan.
Sementara itu, Alena yang masih asyik dengan permainannya, tiba-tiba terjingkat kaget karena ponselnya dirampas oleh seseorang.
"Kembalikan ponselku Tuan! " ucap Alena sambil berusaha mengambil kembali ponsel itu dari tangan Daven. Akan tetapi Daven menepis tangan Alena, dan tidak memperdulikan permintaan Alena.
Daven dengan santai membuka semua riwayat Chat yang baru di dalam ponsel Alena. Tapi, sama sekali dia tidak menemukan Chat yang berlebihan di dalam ponsel itu.
Setelah selesai dan tidak menemukan hal yang membuatnya kesal tadi, dia melemparkan ponsel itu ke atas meja tanpa ada kata maaf sama sekali.
" Ponsel kuuuuu!" teriak Alena meraih ponselnya dan segera memeriksanya, apakah ponselnya itu masih bisa dipakai atau tidak. Alena sangat menyayangi ponselnya itu, karena itu adalah ponsel pertama yang berhasil di belinya dengan gaji pertamanya sewaktu masih bekeja di sebuah kafe.
" Hmmm, ponsel buruk begitu tidak usah di sayang-sayang! ponsel itu sudah tidak layak pakai lagi. Buang ajalah! " dalam ucapan Daven terselip sebuah ledekan.
"Anda memang kejam Tuan. Anda tidak tahu, kalau ponsel ini sangat berharga bagiku karena ini aku beli dengan hasil keringatku sendiri. Tuan enak, dari kecil sudah terlahir kaya, sehingga anda bisa membeli apa yang anda mau dengan gampang. Kalau saya Tuan, bisa membeli ponsel yang begini saja sudah sangat senang " ujar Alena dengan manik mata yang kini sudah penuh dengan cairan bening sambil mengelus -elus ponselnya itu.
Daven tidak bergeming sama sekali mendengar ucapan Alena yang terkesan seperti mendiktenya.Entah kenapa dia tidak sanggup untuk marah, padahal jelas-jelas Alena sudah mulai berani bicara padanya dan bahkan mengatainya kejam.
Andrew yang dari tadi memperhatikan interaksi kedua insan itu, hanya bisa menghela nafasnya. Dalam manik mata berwarna perak itu, terlihat mengandung penuh tanda tanya, Apa maksud Daven tadi yang mengatakan kalau Alena bertingkah. Padahal dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat kalau Alena tidak bertingkah sama sekali.
Andrew mengitari pandangannya ke seluruh ruangan, kedua netranya seketika menangkap benda yang berupa kamera CCTV di sudut ruangan dapur itu. Seketika seulas senyuman terbit di bibirnya karena sekarang dia memahami apa yang terjadi.
" Sepertinya Tuan Daven, dari tadi mengawasi Alena dengan melihat video rekaman CCTV. Dia pasti mengira kalau Alena sedang berhubungan dengan laki-laki lain lewat ponsel, makanya tadi dia buru-buru merebut ponsel itu! " Batin Andrew sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
"Ka Andreww! " Alena tiba-tiba memeluk Andrew dengan sedikit terisak.
kedua netra Andrew seketika membesar dengan sempurna, wajahnya seketika tegang, ketika melihat rahang Daven yang sudah mengeras, dengan tatapan yang terhunus tajam,dan tangan sudah terkepal di bawah sana.
Tbc
Please like ,vote dan komen. Thank you.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Nenk Khanaya
perang antar bos dan sekertaris👏👏👏👏👏
2021-06-09
0
Erni Kusumawati
wow....perang di mulai..
2021-05-14
0
Laztri Fauzan
nah lo... singa daven muncul tuh..
2021-04-04
0