"Andrew,tolong kamu suruh Jenny mengantar kopi untuk ku! " titah Daven tanpa melepaskan pandangannya pada layar monitor di depannya.
Andrew langsung melakukan panggilan ke ruangan pantri, untuk melaksanakan perintah Daven.
15 menit kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Masuk !" ucap Daven tegas.
"Permisi tuan, ini kopi anda" Seorang gadis manis,terlihat melangkah menuju meja Daven untuk meletakkan kopi pesanannya.
"Kamu siapa?! mana Jenny? " ucap Daven setengah membentak, sehingga membuat office girl itu terlonjak kaget.
"Ma-maaf tuan, nona Jenny izin terlambat hari ini, karena harus mengantarkan neneknya check-up ke rumah sakit" gadis manis itu berucap dengan sedikit gemetaran, dan menunduk tidak berani untuk menatap orang penting di depannya.
"Ya sudah kamu boleh pergi! " sambil mengibaskan tangannya kearah gadis itu.
"Eh, tunggu dulu!, aku mau minum kopinya dulu. Kalau tidak cocok di lidahku,kamu harus bawa pergi kopi ini, dan tunggu sampai Jenny datang, baru kamu suruh dia antar kopiku." panggil Daven kembali sebelum office girl itu menghilang dibalik pintu.
Daven meniup pelan kopi panas itu, dan menyeruputnya lalu mengecap-ngecap lidahnya.
Semua hal yang dilakukan oleh Daven,tidak luput dari pandangan kagum dari si office girl itu. " Hanya meniup kopi saja terlihat estetik dan elegan.Ternyata tuan Daven benaran tampan. Eh, apa -an sih aku ini? kamu gak pantas tau! batinnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.Sehingga menimbulkan kernyitan kening Daven dan Andrew.
"Kamu kenapa?! kok geleng-geleng kepala?"
"Hah? ", si office girl tampak kurang fokus sehingga tidak mendengar apa yang ditanyakan oleh Daven barusan.
"Kamu tuli ya?! aku tanya kamu, kenapa kamu geleng-geleng kepala? " hardik Daven geram.
"Ma-maaf tuan. Aku tidak kenapa-napa cuma tadi agak pusing sedikit.Tapi sekarang tidak lagi tuan." seraya tetap menundukkan kepalanya.
"Hemm,ok lah, sekarang kamu boleh keluar!" Daven mengibaskan tangannya kembali.
" Tapi ingat, mulai sekarang tugas kamu,yang buat kopi untuk ku!."
" Baik tuan.Saya izin keluar dulu. satu kali lagi kamu panggil aku, selamat anda dapat hadiah piring tuan " bisik office girl itu pada diri sendiri seraya memutar badannya kembali dan melangkah keluar.
Andrew yang dari tadi tidak berkata sepatah kata pun, menatap kepergian office girl itu tanpa berkedip sama sekali, sampai tubuh kecil itu menghilang dibalik pintu.
"Andrew! bagaimana penyelidikanmu sampai saat ini? ". Sunyi tidak ada jawaban sama sekali dari Andrew.
Daven mendongkakkan wajahnya dan melihat ke arah Andrew yang masih terlihat melamun, sambil tetap menatap pintu yang kini sudah tertutup dengan sempurna.
"Andrew, apakah kamu mendengar apa yang aku katakan?" Daven meninggikan intonasi suaranya,sehingga Andrew terjangkit kaget dan seketika bangun dari alam bawah sadarnya.
"Eh, iya tuan! Maaf, tadi tuan mengatakan apa?"
"Kamu kenapa melamun?, kamu suka sama office girl tadi?" Daven bertanya seraya menyelidik raut wajah Andrew untuk membaca apa yang sedang dipikirkan oleh asistennya itu.
"Tentu saja tidak tuan!.Aku cuma sepertinya mengenal wanita itu. Sepertinya dia itu teman ku wakti kecil sewaktu masih hidup di jalanan sebelum tuan Harold mengambil ku dari jalanan tuan." sahut Andrew jujur.
"Oh, begitu? apakah kamu yakin kalau itu bener teman kamu?".
"Itu dia tuan,aku masih kurang yakin.Salahnya aku tadi tidak menanyakan namanya!"
"Apakah kamu menyukai teman kecil mu itu?"
"Aku menyukainya sebagai adik perempuan tuan.bukan dalam arti yang lain. Karena aku sudah punya wanita yang ku suka tuan" jawab Andrew dalam hati.
"Oh ya, kopi buatannya sangat enak.Kenapa kamu tidak menyuruhnya kembali ke sini dengan alasan kalau kamu juga mau kopi?.Nanti kan kamu bisa menanyakan namanya lagi! " saran Daven sambil menyeruput kembali kopinya.
*****
"Dasar sombong! egois ... kasar ..." berbagai umpatan keluar dari bibir office girl itu selepas dia keluar dari ruangan panas milik Daven, walaupun sesungguhnya ruangan itu adem dan wangi, karena Pendingin udara dan pewangi ruagan masih bekerja dengan baik.
"Hei, kenapa ngomel-ngomel Alena?!" teriak sesorang sambil memukul pundak office girl yang ternyata bernama Alena.
"Bisa tidak,sekali aja kamu tidak membuat aku kaget Jen?!" gerutu Alena sedikit kesal kepada rekannya Jenny yang ternyata sudah datang.
"Maaf ... maaf. Aku tadi udah menyapa kamu,tapi tidak ada sahutan sama sekali.Dan aku lihat kamu sepertinya lagi kesal ya?"
"Huft! Aku lagi kesal sama orang yang berasa paling tampan di perusahaan ini Jen ".
"Maksud kamu siapa? "Jenny memicing kedua matanya,bingung siapa orang yang dimaksud oleh Alena.
"Siapa lagi kalau bukan si bos yang sombong, egois dan...."
Jenny sontak menutup mulut Alena,untuk menghentikan umpatannya seraya celingukan melihay ke kiri dan ke kanan.Dia khawatir ada orang yang mendengar ucapa Alena.
"Kamu kenapa sih Jen? ngapain mulut aku kamu tutup?"! seru Alena kesal.
"Kamu yang kenapa? kamu mau dipecat dari sini? kamu mau gak punya pekerjaan lagi?" Jenny berucap dengan sedikit geram melihat tingkah Alena yang impulsif.
"Oh iya, maaf...maaf" Alena sedikit ketakutan sambil menutup sendiri mulutnya.
"Tapi, kok kamu bisa marah-marah sama tuan Daven? emang dia berbuat apa sama kamu?" bisik Jenny.
"Aku tadi gantiin kamu buat kopinya.Ketika dia melihat kalai bukan kamu yang bawa kopinya, matanya melotot kaya mau makan aku tahu gak?!. Setelah itu dia suruh aku keluar habis itu dipanggil lagi.Di suruh keluar lagi eh dipanggil lagi.Hampir aja aku mau kasih dia hadiah piring, kalau dia panggil aku sekali lagi." Alena bercerita sambil menggerutu tanpa jeda.
"Apakah tuan Daven menyemburkan kopi yang kamu buat? tanya Jenny dengan raut wajah yang terlihat was-was.
Alena menggelengkan kepalanya, menatap ragu ke arah Jenny. "Tuan Daven mau aku yang buatin kopinya mulai besok Jen.Maaf ya Jen, aku tidak bermaksud untuk mengambil alih tugas kamu" Alena menundukkan kepalanya, merasa tidak enak hati kepada Jenny.
"Kamu serius Alena?" Jenny mencengkram bahu Alena dengan lembut dengan mata yang berbinar-binar bahagia.
"Kamu kok terlihat bahagia Jen?" Alena mengrenyitkan keningnya,merasa heran dengan reaksi Jenny yang diluar ekspektasinya.
"Tentu saja senang Alena. Akhirnya aku terbebas dari manusia kutub itu". Ucap Jenny berjingkrak-jingrak kegirangan.
Alena membulatkan matanya,dengan mulut terbuka melihat sisi lain dari Jenny yang biasanya terlihat anggun, teryata bisa bertingkah kekanakan.
"Jenny ... Alena! kenapa kalian berdua enak-enakan di sini ?.Kalian mau makan gaji buta? sana cepat kerjakan pekerjaan kalian!" bentak madam Diana kepala cleaning service yang tiba-tiba muncul memergoki Alena dan Jenny.
"Baik madam!" sahut keduanya, beranjak meninggalkan madam Diana.
"Eh, Alena .... kamu buatin kopi buat tuan Andrew dan antar ke ruangan tuan Daven." titah Madam Diana,sebelum Alena dan Jenny menghilang dari hadapannya.
Mendengar Madam Diana menyebut nama Andrew,seketika raut wajah Jenny berubah sedikit masam.
TBC
Jangan lupa like,rate,vote dan komen.Thank you.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
simbok
jenny naksir Andrew kayaknya
2022-10-06
0
Fransiska Siba
lucu Alena di sini kok bisa langsung simpulkan kalau Devan sombong, egois dll? padahal baru sekali ketemu itu pun td cuman dibentak seharusnya Alena blg bos nya kok galak amat.
masa thor langsung the poin karakter seseorg tanpa menggambarkan Devan seperti? kan lucu ceritanya bawahan mengumpat bosnya disaat pertama bekerja.
kalau secaya nyata aku cuma ketakutan dan pasti aku blg bos nya galak itu pun cuman berani dalam hati.
di sini Alena mah bawahan kayak ga tahu diri tidak menghormati bosnya.
2022-06-05
0
Umi Fathan
jenny suka ma andrew
2021-06-10
0